Un Cycle

46.8K 5.5K 1.9K
                                    

HAPPY READING!

Un Cycle = Sebuah Siklus

Rất tiếc! Hình ảnh này không tuân theo hướng dẫn nội dung. Để tiếp tục đăng tải, vui lòng xóa hoặc tải lên một hình ảnh khác.

...
Un Cycle = Sebuah Siklus


     Saat sampai di kediaman Catra, Bumi langsung masuk ke dalam rumah. Ia semakin mempercepat langkahnya kala mendengar teriakan dari sang ayah. Teriakannya terdengar sangat nyaring. Menandakan bahwa suasana di dalam sedang menegang dan sesuatu telah terjadi di sana.

"Siapa yang mengajarkan kamu berbuat seperti itu, Bima?!"

Plak.

"Siapa?! Jawab Papa?!" teriak Lio menggema.

Bumi langsung mendobrak pintu. Tubuhnya mematung begitu melihat Bima yang baru saja ditampar oleh ayahnya. Di sofa ia melihat Lea dan Amora yang saling berpelukan dengan isak tangis yang memilukan.

"Dan kamu," sentak Lio pada Bumi tiba-tiba. Napasnya terengah dengan emosi yang sudah memuncak.

"Tidak usah sok jagoan dengan melindungi adik kamu ini!" lanjut Lio marah. Wajahnya sudah memerah, urat-urat lehernya terlihat menegang. "Papa tahu, selama ini Papa tahu apa yang kamu sembunyikan Bumi. Benar, kamu memang bodoh!" sentak Lio membuat Bumi merenung.

"Pa, udah." Amora bangkit memegang lengan Lio menenangkan. Lio nampak memejamkan mata untuk mengatur emosinya.

"Papa tidak mau tahu, kamu harus bertanggung jawab, Bima." Lio beralih menatap Bima datar. Yang ditatap hanya menunduk terdiam membisu.

"Dan kamu," ujar Lio kembali menatap Bumi. "Segera perbaiki hubungan kamu dengan Sandra. Papa tidak peduli kalian akan berakhir bahagia atau berpisah. Yang Papa inginkan, hubungan kalian tetap baik-baik saja dan tidak ada dendam di antara keduanya. Ingat dengan Om Hazzel, seharusnya kamu malu, Bumi."

Setelah mengucapkan kalimat tersebut Lio beralih menatap putri kesayangannya. Mengusap pipi Amora yang basah dan mencium keningnya lama. Lalu berlalu menaiki tangga dengan emosi yang semoga saja sudah reda.

Lea bangkit, menghampiri Bima dan memeluknya erat.

"Maaf, Maafin Bima, Ma." Bima meluruh, meneteskan air matanya.

"Tidak apa-apa. Dengarkan saja apa kata Papa, kamu harus bertanggung jawab. Mau bagaimanapun ini perbuatan kamu, jadi harus kamu yang terima konsekuensinya." Lea mencium Bima penuh kelembutan.

"Mama gak marah sama Bima?" tanya Bima setelah melepaskan pelukan. Lea tersenyum miris dan menggeleng.

"Mama merasa kecewa, sangat kecewa. Bima, hiks ... kenapa nak? Kenapa kamu melakukan ini?"

Bima menggeleng, mengusap air mata Lea. "Maaf, maafin Bima. Tolong jangan nangis." Bima kembali memeluk Lea erat. Amora dan Bumi yang menyaksikan hanya bisa memalingkan muka.

Sweet but Devil [Sudah Terbit]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ