0.2 Moving

28 2 4
                                    

Korea Selatan, Seoul. Kurasa kota ini tidak pernah tidur, melihat beberapa siswa di perpustakaan umum selarut ini, mereka pasti calon manusia workaholic. Dengan kata lain, berumur pendek. Untung saja aku sudah belajar lebih banyak daripada mereka dengan umur panjangku.

Aku mencari sebuah manuskrip tua yang pernah menjelaskan legenda vampir bermata ungu. Kalian tau kan, ungu adalah warna khas bangsawan dan simbol kekayaan. Mungkin jika manusia menkonsumsi ubi ungu setiap hari mereka akan kaya, iya kaya akan kentut karena gas yang dihasilkan saat pencernaan.

Ini dia— legenda mengatakan vampir bermata ungu lah yang bisa hidup abadi— aku masih bertanya-tanya tentang ini, bahkan bertanya pada klan lain. Mereka tidak pernah menemukan si mata ungu ini. Semua vampir yang kutahu selalu mengganti jantung mereka 500 tahun sekali, karena jantung itu akan sangat rusak jika digunakan lebih dari setengah abad.

Fyi, kami masih butuh jantung untuk mengedarkan intisari kehidupan yang kami minum.

Aku butuh 300 tahun untuk tahu hal itu, tapi kadang aku berpikir bahwa aku merupakan salah satu keturunan abadi. Karena catatan bulanan orangtua ku, mereka sengaja membunuh diri mereka di usia yang menginjak 600-an dan membuangku setelah membekali putrinya dengan segalanya tentang kehidupan.

Not shy! Not me!
ITZY~


Aku mengangkat panggilan dari salah satu informan ku, ia mengajakku bertemu di atap salah satu bangunan tanpa nama. Baiklah, semoga aku mendapat kabar bagus.

"Onion-"

"Langsung ke intinya Jahe," potongku cepat saat melihatnya ingin memelukku.

"Oke, sepupu mu ada di Korea, aku berhasil menemukan dua nama yang kemungkinan adalah dia." ucapnya tersenyum mengulurkan dokumen yang sudah terbungkus rapi dalam amplop coklat.

"Um, terimakasih." ucapku saat melihat nama "Kevin" dan "Jacob".

"Oh, dan si dempul gila, kau bisa cari— disini,"

Jahe menunjukkan padaku peta digital di tablet tipis miliknya, oh wow— itu lumayan dekat darisini. Aku tersenyum yakin vampir itu tidak akan berani keluar di siang hari sepertiku.

Aku tiba di sebuah bangunan tinggi yang diapit dua toko makanan ringan yang ramai, sepertinya Temulawak suka mencari mangsa yang berotak kecil. Kalian tau? Dengan memikat dan menghipnotis manusia-manusia yang mudah ditipu paras menawan.

Melangkah masuk, aku bisa mencium aroma manis yang sepertinya pernah kutemukan sebelumnya. Berhenti sejenak, aku mengamati sekitar...

Swing~

Sedetik yang hampir mengecohku dari pisau berkarat— kelemahanku— untung aku bisa menghindar. Mata ku mendelik marah pada Temulawak yang sudah berdiri dengan angkuh tersenyum padaku.

"Hebat, kau sudah menemukanku, lalu?" ucapnya sambil memilin rambutnya yang jatuh bergleombang.

"Membunuhmu,"

Dengan kecepatan vampir, aku menerjang ke arahnya, namun....


Brakk

Apa ini?

Dinding bangunan retak dihantam punggungku, setelah terpental oleh dinding yang tidak bisa kulihat.

Kenapa aku tidak bisa mendekatinya?

"Kenapa?" ucapnya tergelak.

Sial, kalung itu! Ternyata dia menggunakan amulet yang bisa memantulkan semua serangan kepada penggunanya. Demi koloni Palem-paleman yang tidak pernah mandi, aku tidak akan lupa dengan benda keramat itu.

Kuyang In DisgustWhere stories live. Discover now