0.5 The plan

34 2 0
                                    

Jadi begini rasanya jadi manusia saat di bangku kuliah, hectic juga jadi mahasiswa. Apalagi saat orang-orang menatapku karena alisku terus saja bertaut menatap dosen yang menjelaskan materi di depan kelas, tentu saja— bagaimana tidak?

Temulawak ternyata sudah melangkah lebih jauh dari dugaanku, dia belajar ilmu hipnotis untuk digunakan kepada VSC dan memerintahkan mereka memburuku. Ditambah lagi ia menggelar banyak pengikut manusia lewat sebuah janji manis produk kecantikan.

Aku sibuk memikirkan cara memecahkan masalah-masalah itu. Hingga kelas selesai dan kami mendapatkan tugas menghafal materi dan akan diujikan 2 minggu lagi.

.
.




"Jae, kenapa harus aku? Bukannya kamu yang pinter IT?" gusarku di telepon pada Hyunjae.

Dia menyuruhku membeli produk Temulawak. Di pasar gelap.

Memang benar, Temulawak mengedarkan produknya secara terselundup. Dan berdasarkan penelusuran Hyunjae semalam, ada banyak customer nya yang hilang setelah puas dengan hasil produknya. Belakangan kasus penculikan juga banyak dilaporkan, dan dalangnya sudah pasti Temulawak. Apa sih yang ia akan lakukan pada mereka?

Aku memutuskan pergi dari kampus, naik bis sore. Sempurna bukan? Aku sudah latihan hidup menjadi manusia, enak juga sebenarnya jadi kaum mereka, tidak takut diburu, tidak ada sistem kasta, kalaupun ada, tidak sebanyak kaumku.


Not shy
Not me
ITZY~

"Halo?"

"Namja, kamu jadi barengan ke kantor penerbit gak?"

"Oh iya, kamu udah sampe?"

"Masih di kantor sih, kamu udah selesai kuliah?"

"Iya, aku kesana deh."

"Oke, kalo udah sampe, chat ya?"

"Iya,"


Seperti pasangan yang ada janji kencan bukan? Sayang sekali, aku tidak bisa terikat hubungan macam itu dengan siapapun. Apalagi manusia ambyar modelan Younghoon. Aku turun di halte yang terdekat dengan daerah kantor Younghoon berada.

Lalu meneruskan berjalan lalu berhenti di gedung bercat putih dan abu klasik yang tak terlalu besar, sepertinya inilah kantor Younghoon, tepat di pinggir jalan besar.

Kukirim pesan singkat seperti permintaannya tadi, menunggu sambil melihat lalu lalang sekitar.

"Cha Namja!"

Aku menoleh mendapati Younghoon menuruni tangga beton dengan semangat, dasinya berayun mengiringi rambutnya yang ditiup angin, memperlihatkan dahinya yang tinggi.

Tiba-tiba sebersit ide gila muncul, sangat gila hingga aku ingin membenturkan kepala ke paving gedung perusahaan ini.

Tapi semua segera kutepis agar bisa bersikap normal pada Younghoon.

"Kamu masih belum selesai kerja ya?" tanyaku tidak melihat Younghoon membawa tasnya.

"Emm, ada kasus sih, tapi bisa kukerjain dirumah. Yuk masuk! Tunggu di lobi ya, aku beres-beres dulu." ucapnya menyahut lenganku untuk segera melangkah bersamanya.

Memasuki lobi, kami berpapasan dengan gerombolan berjas hitam yang berjalan berlawanan arah dengan kami, kurang beruntung, aku tersandung kakiku sendiri saat berusaha menyingkir dari jalan orang-orang itu.


"Eits! Hampir aja," kekeh Younghoon tepat di atas kepalaku. Ia menyangga tubuhku agar tidak terpeleset dan jatuh ke lantai. Justru malah jatuh ke pelukannya.

Kuyang In DisgustWhere stories live. Discover now