49 : Malioboro

1.9K 91 5
                                    

Mereka berdua sudah berada dimobil sekarang. Kanaya sudah banyak mengmbil foto saat dipantai tadi, jadi perempuan itu sudah bisa bernafas dengab lega sekarang. Asal kalian tau, kemarin, malam, Kanaya sudah merengek tidak sabar ingin ke Pantai, hanya karena dia ingin berfoto ria dengan ombak.

"Jam berapa Al?"

"Jam sembilan." Jawah Alfino. Kanaya manggut-manggut saja, sepertinya mereka ke Pantainya terlalu pagi, jam enam mereka memang sudah dipantai, agar bisa melihat moment dimana matahari terbit.

"Pengen ke Candi Al!"

"Nggak besok aja? Masih ada hari esok Sayang, kamu nggak capek apa? Aku aja capek," balas Alfino yang heran dengan Kanaya. Perempuan itu sepertinya punya 10 rasa semangat, jadi dia tidak mempunyai rasa lelah.

"Ck, tapi aku maunya sekarang, mumpung masih jam segini Al." Kanaya berdecak sebal, jika kalian ingin tau, sifat Kanaya itu jika menginginkan sesuatu maka harus dituruti. Keras kepala memang.

Alfino menatap dalam Kanaya, laki-laki itu menggelengkan kepalanya pelan namun penuh penekanan, membuat Kanaya tak berani melawan dan manyun.

Alfino hanya tidak mau Kanaya kepanasan dan kulitnya terbakar oleh sinar matahari, karena dijam segini matahari akan segera muncul.

Alfino mengusap puncak kepala Kanaya. Kanaya tak membalas, ia tetap mengerucutkan bibirnya karena persoalan tadi. Persoalan kecil, tapi sudah bisa menghancurkan mood Kanaya. Entah apa yang terjadi, sekarang Kanaya menjadi degil.

Perut Kanaya serasa tidak enak, sepertinya dia mabuk karena AC mobil. Sebenarnya Kanaya bukan tipe orang pemabuk mobil, tapi Alfino baru saja mengganti pewangi mobil, mungkin itu salah satu sebabnya.

"Alfino, kepala aku pusing, perut aku mual pengen muntah, ini semua gegara pewangi yang baru aja kamu beli, seharusnya kamu beli yang harum Lavender, atau Apel. Lah ini kamu malah beli yang harum Strowberry sama Jeruk. Huaaa... Alfino! Aku jarang mabuk mobil loh, sekalinya mabuj itu bakal lama sembuhnya! Alfino tanggung jawab ih!" omel dan oceh Kanaya. Perempuan itu mulai mewek karena ingin segera pulang ke Hotel.

Alfino hanya bisa menenangkan saja, sambil mengusap-ngusap kepala Kanaya. Toh, apa lagi yang bisa ia lakukan selain itu?

"Sabar sayang, bentar lagi sampai," ujar Alfino mulai panik.

Akhirnya mereka berdua pun sampai di Hotel. Kanaya segera merebahkan tubuhnya dan memejamkam mata, berusaha agar tertidur dan rasa mual dan pusingnya lenyap.

Alfino pun turut mrnemani Kanaya yang terbaring, lelaki itu memeluk tubuh Kanaya dan mengantarkan Kanaya menuju dekapannya. Semoga semua ini mampu untuk menenangkan Kanaya.

Kanaya yang awalnya memejamkam matanya sepontan melek dan berlari dengan kecepatan cepat menuju kamar mandi. Perempuan itu memutahkan apapun yang ada diperutnya. Barulah setelah itu dia merasa lega.

"Gimana masih sakit? Masih mual? Masih-"

"Udah kok udah. Kamu nggak usah khawatir, aku mau istirahat dulu ya?" potong Kanaya, perempuan itu tersenyum tipis dan kembali merebahkan tubuhnya diranjang.

Alfino sempat geleng-geleng kepala karena tindakan Kanaya. Perempuan itu belum sarapan, tapi sudah ngeloyor untuk tidur, semoga nanti dia tidak sakit maag.

Alfino memandangi kalender yang sudah berada ditangannya, ternyata besok adalah ulang tahun pernikahannya dengan Kanaya. Hampir saja ia lupa.

"Halo, persiapkan semuanya ya! Saya akan bayar berapa pun!" ujar Alfino via televon, jiwa sultannya mulai ia tunjukkan saat ini. Alfino memang berniat ingin memberikan kejutan untuk Kanaya.

Dear Alfino (END) Where stories live. Discover now