Bagian 6

2.5K 162 2
                                    

💎Happy reading💎

Yang paling nikmat disantap saat sedang bersantai adalah mie instan. Seperti Yang Lia lakukan saat ini. Ketika sedang asyik-asyiknya ia memakan mie instan di dapur, tiba-tiba saja gadis itu mendengar suara Adrian memanggil namanya. Sedikit kencang dan berulang-ulang, awalnya gadis itu tak ingin terlalu mempedulikannya karena biasanya Adrian hanya iseng memanggilnya saja, tanpa ada hal penting yang ingin dibicarakannya kepada adiknya itu.

"Lia!" panggil Adrian sekali lagi.

"Iya, Bang! Adek di sini!" seru Lia sambil melambai-lambaikan tangan ke arah Adrian yang baru saja keluar kamar.

"Bantu cuciin motor abang gih, Dek!" titah lelaki itu saat ia baru saja tiba di depan Lia.

"Enak aja. Motor adek aja enggak adek cuci ... ya kali adek cuciin motor Abang."

Motor Lia saja sudah hampir dua bulan tak pernah dicuci, mungkin motornya hanya akan terkena air kalau tanpa sengaja ia biarkan motornya di halaman rumah saat hari hujan. Bagaimana mungkin gadis itu mau mencucikan motor Adrian? Motornya saja tak terlalu ia pedulikan. Gadis pemalas.

"Abang kasih upah, deh!" bujuk Adrian kemudian.

"20 ribu, ya!" kata Lia bersemangat, kemudian buru-buru ia habiskan mie yang tinggal sedikit itu.

"Upah cuci motornya aja cuma 10 ribu. Masa upah nganterin motor ke tempat cucian aja upahnya 20 ribu."

"Kalau enggak mau, ya udah!"

"Iya-iya!" Adrian mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang senilai 10 ribu ke tangan Lia.

"Yang 20 ribu lagi mana?"

"Ntar aja kalau udah pulang."

"Janji, ya! Awas aja kalau bohong, adek sering baca cerita di Wattpad tentang psikopat loh," ujar gadis itu sedikit mengancam.

"Iya! Iya!"

Buru-buru Lia pergi ke tempat cucian motor yang jaraknya lumayan jauh dari rumahnya. Bukan karena ingin mencuci motor di tempat yang jauh, tapi memang itu tempat pencucian motor yang paling dekat---jauh---dari rumahnya.

Tak perlu berlama-lama, hanya sekitar beberapa menit saja gadis itu sudah selesai mencuci bersih motor Adrian. Motor Adrian sudah kembali kinclong, tentu berbanding terbalik dengan motornya yang ada di rumah saat ini. Motor gadis itu bahkan seperti sudah berubah warna menjadi cokelat karena tebalnya debu dan tanah menempel di sana, padahal warna awalnya adalah merah dan hitam.

Ketika diperjalanan pulang, motor Lia atau yang lebih tepatnya motor Adrian di hadang oleh seorang ibu-ibu yang berpakaian compang-camping. Karena kasihan melihat ibu-ibu itu, Lia berhenti di dekatnya. Kasihan juga melihat ibu dengan tubuh yang tak lagi terawat itu.

"Tolong anterin ibu pulang, Nak!" mohonnya dengan mata yang berembun.

Seketika itu juga hati Lia yang selembut kapas itu meleleh. Tidak tahan melihat seorang ibu yang menangis dan juga, pakaian yang dikenakannya sudah tak layak pakai.

"I--iya, Bu! Ayo naik!" kata gadis itu ramah.

Lia melihat ibu itu tersenyum dan segera naik ke atas motornya. Ketika dia menaiki motor, hampir saja motor ini oleng.

'Nih ibu-ibu bisa naik motor enggak, sih. Sabar, Lia!'

"Rumah Ibu di mana?" tanya Lia ketika motor kinclong ini sudah ia jalankan kembali.

"Jalan aja dulu, Nak. Nanti ibu tunjukin jalannya."

Lia mengangguk saja dan terus menjalankan motornya sesuai arahan ibu itu. Di tengah perjalanan, Lia merasa telinganya ditiup-tiup sama ibu yang saat ini diboncengnya. dalam hati, Lia berdoa semoga saja ibu ini bukan tukang santet atau semacamnya.

Crazy Brother [Complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang