BAB - 7

6.9K 568 9
                                    

SELAMAT MEMBACA

-Drama sesungguhnya, dimulai. Padahal gue bukan aktris-

"Mama? Siapa Mas? Kamu punya pacar baru?"

Seakan menghindar dari pertanyaan maut itu, Fadil pergi membawa anak kesayangannya bermain ke luar rumah, tepatnya ke taman kecil yang berada tepat di depan rumahnya.

"Raya sayang, kita main dulu yok ke depan!" ajak Fadil dengan raut muka yang sewajarnya ia tujukan kepada anak-anak.

"Ayok Pa, Laya pengin main juga," sahut Raya, dengan ekspresinya yang menggemaskan.

Seolah tidak dianggap, wanita bernama Cintya itu mendengus kesal dan menghentak-hentakkan kakinya ke lantai. "Ihh, ngeselin banget, sumpah! Gue dijadiin obat nyamuk?"

"Mas tunggu!" teriaknya sambil berlari mengejar Fadil serta Raya yang sudah berjalan lebih dulu.

"Papa, papa nanti pelgi lagi, gak?" tanya Raya, dengan suara yang masih terbata-bata-belajar berbicara.

Fadil tersenyum tipis, seraya berjongkok menyetarakan tingginya sama dengan Raya, lalu mengusap rambut hitam milik anaknya. "Iya Sayang, nanti papa mau ke kampus lagi, kan papa mau ngajar kakak-kakak kuliah, nanti Raya kalo udah gede mau jadi apa?" tanya Fadil sambil mencolek hidung mancung Raya di akhir kalimatnya.

Terlihat Raya sedikit menggerakkan bola matanya ke atas, berpikir. "Eumm, Laya mau jadi ... polisi Pa! Supaya bisa nangkep penjahat!" seru Raya bersemangat, ia terlihat sangat benci dengan penjahat.

"Wah anak papa bakal jadi orang kuat dong ya, Raya mau jadi polwan nih berarti, ya."

"Papa, bukan polwan, tapi polisi," jelasnya dengan sedikit menaik-turunkan jarinya memperjelas.

"Hehe iya, papa salah."

"Jangan ulangi lagi ya, Pa."

"Eh, Raya diajari sama siapa ngomong kayak gitu?"

"Papa dong, kan papa suka bilang gitu sama olang lain."

Prak! Prak!

"Mas, masa aku diginiin aja, aku udah dandan gini lho, Mas!" teriak Cintya kesal.

Sejenak, Fadil menghela napas pelan, berdiri lalu melangkah mendekat ke Cintya. "Kamu pergi aja sendiri, saya masih ada banyak urusan, kamu tau sendiri, kan? Saya baru aja pindah ke jadi dosen di kampus yang berbeda, dan saya gak mau dong, dicap sebagai dosen yang tidak taat aturan."

"Ya gak gitu juga Mas, kan kamu sendiri yang bilang di telepon minggu kemarin, katanya hari ini mau nemenin aku ke mall."

"Emang kamu mau beli apa di sana?"

"Ya beli bedak, baju, sepatu, tas baru lah Mas, tas ini udah jelek."

Fadil mengusap wajahnya pelan. "Jelek kamu bilang? Perasaan kamu beli tas ini bulan kemarin, lho. Sekarang udah bilang jelek? Kamu apain tasnya? Kamu jadiin keset? Atau lauk makan malam?"

"Ihh, Mas tuh gak tau masalah cewe, makanya gak ngerasaain!" ujar Cintya kesal, dengan menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

Dikhitbah Pak DosenWhere stories live. Discover now