LAST BAB

8.2K 418 13
                                    

[SELAMAT MEMBACA]
Follow dahulu sebelum membaca, kalian mudah, Iki senang ^∆^

-Sekarang ada umi bersamamu, Nak.-

Semesta semakin menunjukkan kekuasannya. Dibawah perintah Sang Kuasa.

Kalimat syukur tak henti-hentinya bergema dari mulut Fadil, setelah mengetahui darah Nada dan uminya cocok.

"Alhamdulillah, darah Ibu, cocok dengan Saudari Nada. Proses transfusi darah bisa dilakukan sekarang, guna mengurangi risiko," papar dokter dengan semburat senyumnya.

Semuanya ikut bersuka cita. Tuhan masih memberikan kesempatan bagi Nada untuk keluarganya lagi.

***

Satu jam berlalu. Proses pendonoran darah berjalan dengan lancar.

Dan sekarang, semua orang tengah berkumpul di ruangan tempat Nada berada.

Keadaan cukup hening, hanya suara kipas angin yang mengisi suasana. Serta detik jarum jam yang setia menunjukkan eksistensinya.

"Aghh ...."

Serempak semuanya mendekat. Memastikan jika suara itu benar dari Nada.

Uminya yang berdiri di samping kanan Nada, tersenyum penuh haru. Sudah sekian lama ia tak melihat wajah cantik putrinya itu. Ia merasa sangat bersalah.

Perlahan, mata Nada terbuka. Setitik cahaya masuk ke pandangannya. Sedikit silau, membuatnya harus menutup mata dengan telapak tangan.

"Aku, di mana?" lirihnya serak. Ia masih belum bisa sepenuhnya membuka mata, cahaya lampu yang teramat terang menyilaukan pandangannya.

"Kamu di rumah sakit, Nak." Suara itu. Suara yang baru Nada dengar kali ini. Namun, ia seakan tak asing dengan pemilik suara yang bergetar tersebut.

Cepat-cepat Nada membuka matanya dengan paksa. Rasa penasarannya sudah terlalu memuncak.

Mata keduanya bertemu. Perempuan paruh baya itu tersenyum. Getaran pada kulit wajahnya yang mulai keriput, terlihat jelas dari aksa cantik Nada.

"Nak, ini mama ...." Tak kuat menahan haru dan bahagia, sebulir air mata menetes dari sana.

"Ma ... mamah ...."

"Iya ... ini mama, Nak ...."

Nada menangis, air matanya tak dapat ia bendung. Tangisannya semakin pecah ketika sosok yang mengaku sebagai mamanya itu memeluknya, erat.

"Mama ... mama ke mana aja selama ini. Hiks ... Nada sudah cari mama ke mana-mana ... Nada takut kehilangan mama." Suara Nada tersendak, tangisannya terlalu deras kali ini.

"Maafin mama, Nak. Mama salah telah ninggalin kamu ... mama rindu sama kamu, Nak."

Baik Fadil, Abi, bibi, maupun Syifa, semuanya tak dapat menyembunyikan tangisnya.

Dikhitbah Pak DosenWhere stories live. Discover now