23. Broken Coastline

258 75 2
                                    

Perjalanan yang panjang dilewati untuk pulang ke negara asal dan sialnya semua yang dikatakan polisi itu betul terjadi. Dia tidak boleh ke toilet bahkan sedetik pun, dia diawasi dan dijaga dengan keamanan super ketat karena kini dia pemeran utamanya.

Ada salah satu hal yang melegakan yaitu mengetahui bahwa gadis yang ia bawa sudah aman dari kejaran konglomerat tidak waras. Meskipun tahu kalau dia tidak bisa mengandalkan sepenuhnya pada polisi, namun setidaknya cewek itu lepas dari bahaya.

Beberapa jam yang tidak dapat dipastikan sudah berlalu sebab tak ada kebebasan bergerak baginya. Namun ketika menginjakkan kaki di luar mobil, dia langsung mengetahui jika dirinya sudah berada di Korea.

Lebih tepatnya lagi salah satu lapas di sana. Setelah mengganti baju dengan seragam tahanan, ia ditempatkan di dalam sel kurungan.

"Ini akhirnya."

"Akhir apa?"

Seseorang di sana menyaut dan Jeno membalas dengan gelengan.

"Kasus apa?" Tanya salah satu tahanan.

"Coba liat."

Mereka mengambil berkas riwayat kasus yang dipegang Jeno.

"Penipuan profesi?"

Jeno sedikit terkejut mengetahui bahwa suatu hal yang tidak disangka-sangka akan menjadi kasusnya. Pria itu tidak dapat menduga dewi fortuna sedang berada di pihaknya dan dia mesti mensyukuri hal tersebut. Walaupun sudah menyadari pasti siapa orang di balik semua ini.

Belum ada sepuluh menit di sana, seorang polisi kembali membuka pintu sel.

"Lee Jeno, anda dapat kunjungan."

Cowok itu dibawa ke suatu ruangan yang di dalamnya terdapat seseorang yang kebetulan baru saja berada di pikirannya.

"Renjun?"

"Jeno!"

Jeno tersenyum girang dan segera duduk di kursi begitu mengetahui malaikat penyelamatnya datang. Namun wajah semringah Renjun dalam sekejap sirna ketika melihat muka kawannya yang penuh luka lebam.

"Lo kenapa bisa gitu?"

"Oh ini orang bangsat itu main curang, gue gak bisa ngelawan gara-gara tangan gue diiket."

"Lo babak belur banget gila."

"Yaudah lah."

"Tenang Jen, semua riwayat kasus lo selama jadi anggota NCT udah dihapus semua. Gue inget kok, gue inget sendiri karena gue yang hapus. Jadi mereka gak punya bukti yang memadai buat nahan lo lebih lama, paling satu atau dua tahun. Selama itu lo cukup bertahan aja, terus keluar mulai jalanin hidup baru. Okay, Jen? Denger gue?"

"Ya makasih."

"Bagus."

"Jun, dengan lo jenguk gue di sini apa gak ketauan mereka?"

"Siapa?"

"Mark? Haechan? Anggota NCT lainnya?"

"Gak perlu dipikirin."

"Mira?"

"Dia baik-baik aja, mau ketemu? Dia di depan."

Jeno termenung sebentar memikirkan segala perilakunya terhadap Mira selama ini dengan perasaan bersalah. Dia merasa sudah tidak pantas lagi untuk menampakkan wajah di depan gadis itu.

"Enggak."

"Kenapa?"

"Cuma gak mau."

"Tapi kayaknya dia mau ketemu sama lo."

"Suruh pulang aja."

"Pulang?"

"Saya mau balik." Pinta Jeno kepada penjaga lapas nya.

"Jen?"

"Makasih udah mau bantuin gue Jun, gue punya banyak utang sama lo. Biar gue bayar abis ini."

"Dia mau ketemu lo."

Pria itu mengacuhkan perkataan kawannya dan beranjak pergi dari ruangan. Dirinya sungguh tidak menginginkan Mira melihatnya dengan perawakan yang tidak patut ini. Ia ingin Mira mengingatnya sebagai pria keren yang cukup kaya untuk mengajaknya terbang ke Spanyol.

Atau lelaki dermawan yang suka menghambur-hamburkan uang sesuka hati hanya untuk siswi SMA yang baru ia jumpai kemarin. Dia mau pertemuan selanjutnya lebih baik dari ini, ketimbang memperlihatkan diri dengan seragam tahanan.

Selain itu, ingatan dosa-dosanya selama ini menggerumuni kepala. Kesalahannya yang membiarkan Jisung kehilangan nyawa, membohongi Mira, mengorbankan Renjun, menipu Ayah, menghkianati geng, meninggalkan kehidupan layak bersama keluarga.

Semua berlalu dengan cepat seperti baru saja satu jam yang lalu.

Nanti, lain kali, waktu yang akan datang, ia janji untuk berani menampakkan dirinya kepada orang di luar.

Sementara Renjun keluar dengan perasaan kecewa, ia memikirkan baik-baik kata-kata apa yang harus dilontarkan kepada gadis yang sedang menunggu. Lagipula untuk alasan apa Jeno lari dari Mira? Dia tidak merasa jika kawannya itu melakukan kesalahan besar, berbohong demi kebaikan dilakukan sesekali tidak membuatnya menjadi pendosa akut.

Padahal Mira tidak memandangnya sebagai pria rendahan yang hanya suka membohongi orang lain untuk kesenangan semata, semua yang dilakukan hanya untuk orang lain hingga melupakan diri sendiri yang butuh menyentuh kebahagiaan juga.

"Gimana kak?"

Renjun menggeleng pelan sambil berkata, "Dia gak mau ketemu sama lo."

"Kenapa?"

"Maksud gue bukannya gak mau ketemu, tapi lebih ke... sibuk, dia sibuk. Waktu kunjungannya juga gak begitu lama."

"Kalau gitu aku dateng besok lagi aja."

"Ya yaudah."

Keesokan harinya seperti yang dibilang gadis itu kembali dengan membawa makanan rumah untuk nantinya dimakan bersama Jeno. Namun penjaga lapas kembali seorang diri tanpa manusia yang dia harapkan berada di sampingnya.

"Lee Jeno menolak kunjungan."

Jantungnya mencelos ke bawah, jadi seperti ini rasanya ditolak.

"Kalau boleh tau alasannya apa?"

"Maaf, saya kurang tahu."

Mira berjalan pergi dengan hati tidak senang meninggalkan bangunan yang sekarang menjadi tempat keberadaan Jeno. Entah karena apa ia memperkirakan jika hari-hari yang sebelumnya akan menjadi pertemuan terakhirnya dengan pria itu, memikirkannya saja sudah bisa membuatnya lantas menangis penuh pilu.

"Jahat dih"

"Memangnya aku salah apa?"

"Harusnya aku yang nolak ketemu sama dia."

Gadis itu masih menangis tersedan-sedan sambil mengambil sebuah kerikil, lalu melemparkannya ke gedung lapas sambil berteriak.

"Tukang palak cepet keluar woy!"






TBC

Secuestro [✔]Where stories live. Discover now