15. Revealed

338 121 2
                                    

Setelah dihujat habis-habisan oleh atasannya, Na Jaemin berusaha mengembalikan nama baiknya dengan menyelidiki kasus Lee Jeno lebih dalam. Berusaha mengusutnya sampai tuntas dan berjanji untuk menangkap kriminal itu.

Saat ini ia sedang berada di depan rumah ayahnya Jeno untuk memberi pertanyaan yang menyangkut kasus. Tentunya ia mendapat informasi lokasi keluarga pelaku dari Siyeon. Kau harus melihat berasal dari pohon mana kah buah itu jatuh sebelum mengetahui ke arah mana dia menggelinding.

Sementara itu, Eunsang baru saja pulang dengan mobilnya dan kebetulan melihat Na Jaemin di depan rumah. Lelaki SMA itu sedikit keheranan melihat seseorang berseragam polisi muncul di kediamannya.

Ketika Jaemin hendak membunyikan bel rumah, Eunsang dengan terburu-buru keluar dari mobil dan tak sengaja menyentak tangan Jaemin.

"Siapa?"

Eunsang mengamati seragam polisi Jaemin dari atas hingga bawah sampai tak menemukan sebuah keganjilan sebelum akhirnya tersenyum dengan ramah.

"Perkenalkan nama saya Lee Eunsang. Anak dari pemilik rumah ini, kalau boleh tau, apa yang membawa bapak ke sini?"

"Saya Na Jaemin dari kepolosian Incheon, ada sesuatu yang harus dibicarakan bersama tuan Lee."

"Ada apa?"

"Ini tentang Lee Jeno."

"Jeno?"

"Iya"

Ketika Jaemin hendak kembali membunyikan bel, Eunsang kembali mencegah dengan menggenggam pergelangan tangannya.

"Tuan Lee lagi gak ada di rumah. Bapak bisa bicara sama saya aja."

"Tapi—"

"Nanti saya sampaikan ke tuan Lee."

"Kalau gitu segera disampaikan."

"Iya, pasti."

Tidak disangka-sangka olehnya, ternyata selama ini ada seseorang yang berprofesi sebagai kriminal di dalam anggota keluarga. Dunia sebesar telapak tangan, buronan yang paling dicari-cari oleh polisi lokal maupun luar berada sangat dekat.

Dia tidak tau harus bangga atau tidak sebab kenyataan mengatakan bahwa kakak angkatnya sudah go internasional.

"Kapan terakhir kali kalian berinteraksi?"

"Sebelum dia pergi dari rumah."

"Dia pergi kemana?"

Eunsang berhenti menyeruput kopinya.

"Saya dapet apa kalau bilang?"

Polisi itu tersenyum menahan tawa ketika orang di sebrangnya menyeringai lebar penuh arti.

"Yang pasti, kunci untuk buka jeruji besi."

Berarti jika kau tidak mengatakannya, kau akan ditahan karena kasus menutupi kejahatan. Namun jika kau mengatakannya, kau akan lepas dari jeratan tersebut.

Sekarang seringaian lebar itu pindah ke wajah Na Jaemin. Namun untuk apa seorang Eunsang menutupi kejahatan orang yang punya hubungan tidak baik dengannya.

"Saya jawab, tapi sebagai gantinya sembunyiin kasus ini dari Tuan Lee sampai akhirnya Jeno ketangkep."

"Mudah banget, setuju."

"Yang terlihat mudah bagimu, belum tentu mudah bagi orang lain. Semua punya masalahnya masing-masing."

Setelah pertemuan singkat menegangkan itu, tentunya Na Jaemin langsung tancap gas untuk laporan kepada pusat tentang keberadaan buronan dan Eunsang termenung di dalam mobil memikirkan apakah polisi itu tidak akan mengingkari janjinya.

Dia was-was ayah angkatnya akan tahu mengenai hal tersebut, jika itu terjadi pelantikan pemimpin perusahaan pasti akan ditunda untuk mengurus pengadilan sebab ayahnya mesti mengkhawatirkan anak kandungnya.

Jarinya mengetuk-ngetuk layar ponsel sebelum akhirnya menggeserkan nama kontak yang tertera di layar.

"Jeno..."

"Ya, halo?"

"Ini Eunsang."

Ada sedikit jeda sebelum akhirnya Jeno membalas.

"Gak pake embel-embel kakak lagi?"

Eunsang tersenyum kecut memikirkan sebuah alasan ia harus memanggil kakak kepada seorang buronan kriminal yang sangat tidak terhormat. Ketika bertemu pertama kali saja dia dapat langsung menyadari kakak angkatnya yang kabur dari rumah sudah tentu hidupnya tidak akan baik-baik saja.

"Gimana di sana?"

"Kayaknya aneh kalo lo yang nanya. Tapi di sini bagus."

"Kuliah?"

Jeno mulai mencium keanehan di percakapan teleponnya kali ini.

"Bisa kasih tau apa alasan lo nanya hal yang gak seharusnya ini?"

"Kenapa marah? Apa salah nanya kabar ke kakak?"

"Kakak? Terakhir kali ketemu, lo ngusir gue dan sekarang nelpon cuma untuk nanya kabar itu gak mungkin."

"Mungkin aja."

"Langsung aja ada apa?"

"Lupain itu. Rencananya papa mau gue kuliah di sana juga, makanya gue nanya pengalaman kuliah di sana bagus atau gak."

"Banyak tugas kuliah akhir-akhir ini yang bikin capek, kenapa nanya itu??

"Capek karena kuliah atau capek karena lari dari kejaran polisi?"

"......"

"Hahaha, gue bercanda. Serius amat."

"Oh iya. Hahaha."

Eunsang menyadari tawa canggung di sebrang sana.

"Tapi bener kan?"

"Apa?"

"Tenang aja, gue gak akan bilang ke papa. Asal lo tinggal lebih lama di sana, punya kehidupan dan keluarga baru makin bagus."

"Kenapa?"

"Kenapa yang bagian mana? Bagian yang gue gak akan kasih tau papa atau saran untuk lo bangun keluarga di sana?"

"Dua-dua nya."

"Yang pertama, apa untungnya? Yang kedua, kalo lo menghilang dan pergi sejauh mungkin tanpa ada ikut campur tangan tentang perusahaan bakal menguntungkan bagi masa depan gue. Makin lama lo pergi, makin mudah buat papa ngelupain lo."

"Lucu."

"Gue bilang ini tanpa sensor sedikitpun, tanpa ada yang disembunyiin biar lo langsung ngerti maksud gue sebenernya."

"Gue gak nyangka bakal bilang gini tapi makasih."

"Hm, udah gue duga. Ada yang gak beres sama rencana kuliah dan tinggal di luar negri secara mendadak gini. Penculikan? Untuk apa lo nyulik anak SMA?"

"Bukan gue."

"Terus siapa?"

"Ada seseorang."

Jeno sedikit terkejut ketika Eunsang tiba-tiba mematikan panggilan telpon setelah sebelumnya sibuk membicarakan kasus penculikan yang ia lakukan. Sekarang tak ada satu pun orang yang dapat ia percaya, kasus serta keberadaannya sudah tersebar dan hanya tinggal menunggu saat-saat yang paling tidak diinginkan tiba.

"Renjun ya, jen?" tanya Mira.

"Bukan. Abis selesai makan langsung tidur aja. Gue mau istirahat."

"Iya."

Mira heran melihat Jeno yang mengubah suasana hatinya begitu cepat, barangkali cewek itu merasa salah bicara atau ada suatu masalah menghampiri di telepon sehingga Jeno memilih untuk mengurung diri di kamarnya.









TBC

Secuestro [✔]Where stories live. Discover now