5. Ruang kepsek

22.5K 285 8
                                    

Ketika matahari sudah menunjukkan diri nya, barulah aku terbangun dari tidurku. Kulirik jam yang ada di dinding, pukul 6 pagi dan sudah seterang ini. Buru-buru aku bangkit dari tidur ku untuk segera pergi ke sekolah.

Jujur, selama ini aku selalu bangun jam 5 pagi karena sangking tidak ingin nya telat ke sekolah. Minimal paling terlambat aku datang 15 menit sebelum jam 7. Namun kali ini aku datang saat bel masuk berbunyi. Syukurlah guru yang mengajar belum datang ke kelas.

"Ada angin apa hingga kau telat?" tanya Dera.

Aku menggeleng. "Hanya sedikit kelelahan."

Iya lelah karena perbuatan Jordan. Sepanjang pelajaran aku hanya memikirkan tentang kenikmatan yang ku dapatkan semalam dengan Jordan. Saat aku bangun tadi, Jordan sudah tidak ada di samping ku. Padahal aku sangat ingat Jordan memeluk ku hingga aku terlelap.

"Panggilan kepada Gianindra Serena agar segera menuju ruangan kepala sekolah. Sekali lagi kepada Gianindra Serena untuk segera menuju ke ruangan kepala sekolah, terima kasih."

Begitu lah suara dari mikrofon sekolah yang ku dengar. Guru yang mengajar mempersilahkan ku untuk segera keluar. Di dalam hati aku bertanya-tanya, apa kesalahan ku sehingga di panggil oleh kepala sekolah. Aku memasuki ruangan setelah terdengar sautan dari dalam.

"Permisi, pak," aku membungkukkan badan ku sebagai tanda hormat.

"Silahkan duduk," kata nya menunjuk sofa yang berada di depan nya. 

"Apa bapak memanggil saya?" tanya ku sopan.

"Aku yang memanggil mu," kata seseorang dari arah belakang ku. Suara yang terdengar familiar itu mebuat ku menoleh ke belakang. Betapa terkejut nya aku mengetahui ada Jordan disini.

"Kalau begitu saya permisi dulu pak," kata kepala sekolah ku. Bisa ku dengar suara pintu tertutup bersamaan dengan kepala sekolah yang menghilang.

"Jordan, kenapa kau memanggil ku melalui kepala sekolah? Bagaimana bisa kau melakukan ini?" cerca ku. Aku masih tidak habis fikir dengan Jordan yang nekat.

Ia berjalan mendekati ku, mendekapku, mengecup bibir ku sekilas. Walau usia Jordan sudah memasuki kepala tiga, namun entah kenapa ketampanan nya tidak luntur. Bisa-bisanya mengaguminya disaat seperti ini! rutuk ku dalam hati.

"Sudah ku bilang bukan? Apa saja bisa kulakukan, apa lagi jika ada uang. Lagi pula sekolah ini adalah milik ku," katanya yang membuatku terkejut.

"Se-sekolah ini milik mu?" tanya ku tergagap.

Jordan mengigit daun telinga ku. "Yes, sweetheart," bisik nya sensual. Tangan nya merayap memasuki seragam sekolah ku, meremas payudara kanan ku yang masih terbalut bra.

"Ahh Jordaan... Ja-jangan disini... Bagaimana jika kepala sekolah masuk?"

Tangan Jordan semakin gencar melepas kancing seragam sekolah ku hingga tersisa bra ku. Melempar asal kemeja sekolah ku. "Tidak ada yang boleh memasuki ruangan ini tanpa izin dari ku," bisik nya. "Buka mulut mu dan julurkan lidah mu. Biarkan aku menghisap air liur mu yang manis hingga habis."

Aku mengikuti perintah nya, ia membawaku kepangkuan nya sambil terus memagut lembut bibir ku. Lidahku dan lidah nya saling bergerak, bibir ku bergerak menyeimbangi gerakan nya. Tangan nya memaju mundurkan pinggulku, menggesekkan vaginaku yang masih terbalut dalaman. 

"Sshhh mmhh.... Aahhh Jordan...," desahku di sela-sela ciuman.

"Yes babe! Hanya dengan begini saja sudah nikmat! Ahh... Memek kecilmu sudah basah rupanya, ingin ku kocok? Hm? Ku masukkan dua jariku atau tiga?"

The Perfect CEO (Tersedia di Karyakarsa)Where stories live. Discover now