7. Kantor

17.3K 292 20
                                    

Setelah pulang sekolah, aku mendapat pesan dari Jordan. Ini pertama kali nya ia mengirimi ku pesan. Aku tidak langsung menjawab nya karena tiba-tiba ada panggilan masuk dari Mama. Memberi kabar kalau harus keluar kota menyusul Ayah ku yang berada di Sulawesi. Aku mendesah pelan, sudah biasa bagiku di tinggal mereka. Begitu panggilan di matikan, aku langsung menjawab pesan dari Jordan.

Jordan: Kau sudah pulang?

Gia: Sudah, tapi aku masih berada di sekolah. Kenapa?

Jordan: Tidak apa. Hanya sedikit pusing dengan pekerjaan ku. Aku rindu dengan mu.

Gia: Kita baru saja bertemu 3 jam yang lalu, Jordan.

Jordan: Apa aku tidak boleh merindukan mu? Suara desahan mu masih tertanam di otak ku.

Gia: Jordan!

Jordan: Aku serius. Apa kau mau menemui ku?

Gia: Kau sedang dimana?

Jordan: Share location.

Aku membuka nya, ia sedang berada tidak jauh dari sekolah ku. Lalu aku kembali mengirimi Jordan pesan.

Gia: Aku segera kesana.

Jordan: Aku akan menyuruh supir ku untuk menjemput mu.

Gia: Tidak usah. Akan lebih lama lagi jika supir mu yang menjemput ku.
Aku akan memesan ojek agar lebih cepat.

Jordan: Baiklah, hati-hati sayang.

Aku tidak menjawab pesan terakhir Jordan. Melainkan membuka aplikasi ojek dan memesan nya. Sama seperti Jordan, aku juga merindukan nya. Aku ingin berada di bawah kendali nya. Ingin jari nya menari-nari di vagina ku. Memikirkan nya saja membuat bagian bawah ku berkedut.

"Atas nama Gianindra?"

Aku mendongak, kemudian mengangguk. Helm ku pasang, menaiki motor matic itu. Jalanan yang tidak terlalu ramai itu membuat ku dengan cepat sampai ke sebuah gedung yang besar. Aku sampai terkagum-kagum melihat nya. Apa Jordan karyawan disini? Jika benar, ia sangat hebat. Karena setahu ku perusahaan ini berkembang pesat dan di kenal banyak orang.

Kaki kecilku mulai melangkah memasuki gedung itu. Aku menggenggam erat tali tas ku. Sampai di depan resepsionis, aku menjadi canggung sendiri.

"Selamat sore, ada yang bisa saya bantu?"

"Hm, itu...," aku memegang tengkuk ku. "Saya ingin bertemu Jordan. Ia bekerja disini, apa ada?"

Resepsionis itu nampak mengerutkan kening. "Apa yang anda maksud adalah Jordan Smith?" ia bertanya.

"Sa-saya juga kurang tau," jawab ku canggung. Yang ku tahu hanya Jordan saja.

Ia nampak menilai ku dari atas sampai bawah. Aku masih memakai seragam sekolah ku. Entah keberanian dari mana, namun ini semua demi Jordan.

"Pak satpam, tolong bawa dia keluar! Masih kecil sudah berani menggoda," kata nya.

Sebuah tarikan di belakang membuat ku mendongak. Ia menarik paksa tangan ku untuk keluar. Aku mencoba melepaskan nya namun kekuatan ku tidak sebanding.

"Sakit! Pak lepasin!" aku meronta.

"Sebaiknya anda keluar, jangan membuat keributan."

"Saya tidak membuat keributan. Hanya ingin bertemu Jordan," bela ku.

The Perfect CEO (Tersedia di Karyakarsa)Where stories live. Discover now