I'm Not a Ghost

21 2 4
                                    

Gray tak henti-hentinya mengumpat dalam hati. Pasalnya pemuda indigo itu saat ini bisa dikatakan tengah dijegal oleh sosok astral yang hampir ia tabrak beberapa saat yang lalu.

Sementar Vanya, si gadis astral terduga penjegal motor ninja biru milik Gray, cengar-cengir sembari terkekeh pelan. Gadis itu tersenyum lebar hingga menampakkan deret gigi rapinya.

“Pucuk dicinta ulam pun tiba,” gumam Vanya sembari melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Gray.

“Jangan ngelak, lo tadi negur gue, kan?” todong Vanya dengan jari telunjuk tepat ke mata si pengendara ninja biru.

“Woy, Mbak! Mbak denger nggak, sih? Ngapain mojok di bawah pohon mangga, sih, Mbak?” Gray berteriak cukup nyaring ke sepasang pejalan kaki yang baru saja duduk di bangku beralaskan kertas koran di bawah pohon mangga, tak jauh dari lokasinya saat ini.

Sepasang kekasih tersebut tentu saja malu karena diteriaki oleh Gray, lalu dengan sigap si pria langsung menarik kekasihnya menjauh dari pohon mangga.

“Hadeh! Magrib-magrib gini hampir ternoda aja mata gue,” gumam Gray berusaha mengabaikan Vanya yang semakin mendekati wajahnya. Pemuda itu bergegas menutup kaca helmnya. 

“Bau bangkai, keknya gue harus buru-buru pulang, deh!”

“Apa lo bilang? Gue bangkai, ha? Jangan pura-pura gak liat gue, deh!” seru Vanya kesal sembari memukul helm si pengendara ninja biru. Vanya shock karena pukulannya tepat sasaran, helm itu bahkan sampai mengeluarkan bunyi.

“Buset, gue bisa nampol helm!” Vanya berseru girang, lalu dengan rasa penasarannya gadis astral itu mencoba menangkup helm yang digunakan sang pengendara ninja biru dengan kedua tangannya.

Vanya tambah shock, ia bisa menyentuhnya. Gadis astral itu mengguncang-guncang kepala berhelm itu. “Asik! Gue bisa nyentuh orang!”

Darah Gray seketika mendidih mendapat perlakuan tidak senonoh dari gadis astral di depannya ini. Pemuda itu dengan geramnya menepis tangan Vanya yang menempel di sisi kanan dan kiri helmnya.

“Woy Kuntilanak! Lo bisa minggir nggak, sih?” Pemuda pengendara ninja biru itu berteriak nyaring di depan wajah Vanya.

Sontak Vanya menjauhkan diri dari pemuda itu. Gadis astral itu senang bercampur kaget, senang karena akhirnya ia menemukan seseorang yang bisa melihat dirinya, kaget karena suara pemuda itu nyaris merusak gendang telinganya.

“Gue bukan Kuntilanak! Gue masih hidup!” balas Vanya tak kalah nyaringnya dari teriakan Gray beberapa saat yang lalu.

“Cih, udah jadi hantu ngakunya masih hidup? Ada dendam yang belum terbalasakan, Mbak? Btw, gaun putihnya cocok, loh,” cibir Gray sembari terkikik pelan sembari meneliti apa yang gadis itu kenakan.

“Gaun putih apanya? Gue aja pake sweater nih! Eh, kok, baju gue tiba-tiba jadi berubah gini, sih?! Norak banget!” teriak Vanya kaget saat menatap baju yang saat ini ia kenakan.

Gaun putih semata kaki yang sudah tampak kotor dengan noda tanah, menjadikan Vanya benar-benar tampak seperti sosok kuntilanak yang sering ia tonton di film-film horror.

“Udah, Mbak, jangan kaget!  Mbaknya, kan, udah meninggal. Jadi mending, Mbak pergi aja dengan tenang, ya, atau kalau ada sesuatu yang Mbak ingin lakukan, tapi semasa hidup belum sempat, kasih tau aja, Mbak, mumpung gue lagi baik, ntar gue bantuin, biar, Mbaknya cepat ke alam baka dan gak gentayangan lagi.”

Kali ini Vanya yang merasa kesal dengan ucapan pemuda pengendara ninja biru itu. Entah apa faktor yang menyebabkan dirinya tiba-tiba mengenakan gaun khas kuntilanak ini, yang jelas Vanya murka dikatain sudah meninggal oleh pemuda di depannya itu.

To już koniec opublikowanych części.

⏰ Ostatnio Aktualizowane: Feb 23, 2021 ⏰

Dodaj to dzieło do Biblioteki, aby dostawać powiadomienia o nowych częściach!

Seventh Sense [SUDAH TERBIT✓]Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz