Nayla's POV - 3

4.9K 286 5
                                    

Gue terbangun di kursi rumah sakit. Kepala gue pusing dan mata gue terasa bengkak.

"Nay," gue menoleh dan Dania duduk di samping gue sambil memberikan botol air minum. Gue memberikan senyum tipis dan mengambil botol itu.
Seketika memori tadi sore mengisi kepala gue. Gue memasuki kamar Rumi dan Ia terbaring lemah. Ada perban di kepalanya, di tangan dan muka pun ada beberapa luka.
gue diberi tahu kalau kaki kanannya cedera. Tempurung lututnya habis dioperasi dan dia tidak bisa melakukan aktivitas yang berat-berat.

Gue dengan lelah menyandarkan kepala di bahu Dania.

"Nay, lo berdoa terus supaya dia cepet sembuh. Jangan nangisin. Gak bakal selesai masalahnya kalau lo nangis mulu" ucap Dania tegas dan gue hanya bisa menganggukkan kepala.
Walau hubungan gue sama Rumi sangat tidak jelas, gue yakin banget kalau gue udah beneran sayang sama dia.

-

2 minggu telah berlalu dan Rumi udah masuk sekolah. Gue kangen dia. Gue yakin kalau dia tau akan hal itu. Setiap istirahat, dia menyempatkan untuk nyamperin gue walau gue bilang jangan. Kaki dia masih lemah tapi dia tetep keras kepala untuk nyamperin gue padahal kelas kita jauh.
Hp gue bergetar di kantong dan gue meraihnya.

Rumi: pulsek ke depan perpus yaa mau ketemu lo
Nayla: okee

4 jam kemudian..

Gue berjalan ke perpus dan dari kejauhan gue melihat Rumi yang bersandar di salah satu tiang fondasi. Gue tersenyum dan dengan cepat jalan kearah dia. Rumi mendengar hentakan langkah gue. Dia menoleh dan duduk di bangku depan perpustakaan lalu menepuk tempat di sampingnya. Gue menurut dan langsung duduk di sampingnya.

"Gue langsung ngomong aja ya?" katanya
"Iya ngomong aja" kata gue walau jantung gue udah berdebar. Rumi mau apa?
"Lo tau kan gue mau lanjutin SMA atlit di luar?"
"Tau," kata gue pelan
"Karena keadaan gue sekarang, gue gatau jadi atau engga.Gue pengen banget Nay,tapi. Gue pengen bisa sekolah di luar dan mencapai impian gua. Tapi ya nasib-" Rumi menepuk lututnya dan tertawa miris. "Gue harus jaga titipan Tuhan dengan baik"
"Jadi..batal?" tanya gue
"Menurut lo gimana?"
"Menurut gue lo disini aja. Sembuhin dulu. Lo bilang juga gagal kan pas tes?" kata gue tanpa membalas tatapannya dan tetap memperhatikan lututnya.
"Iya pengen coba sekolah lain tapi ya- Oke gue gajadi" kata Rumi sambil menghela nafas. Baru kali ini gue ketemu orang yang mengambil keputusan dengan cepat..

"Yaudah, kalo gitu. Gua duluan ya,Nay. Maaf gabisa anterin lo lagi untuk sementara" Rumi beranjak dari bangku

"Lo sama siapa?" tanya gue

"Dijemput bokap"

"Oh yaudah..gue temenin deh kedepan" tawar gue entah darimana. Rumi tersenyum dan akhirnya kita berdua jalan ke gerbang.

Hari berganti minggu. Minggu berganti bulan. UN pun datang dan sekarang sudah saatnya pengumuman kelulusan. Gue terbaring di kasur dengan beberapa buku tugas menumpuk di samping gue. Ya beginilah nasib pelajar yang guru nya gak ikhlas kalau kita libur.
Gue meraih hp gue dan membuka group chat bersama Dania dan Sasha.

Dania: shaa SMA Pusat aja
Sasha: ogah ketemu kakak gue.primadona dia disana
Dania: kakak lo emg idaman :(
Sasha: gatau aja lo dia gmn di rumah

Ketika gue baru mau ngetik, gue mendengar bel rumah berbunyi. Gue beranjak dari kasur dan segera menuju pintu depan. Orangtua gue lagi kerja alhasil gue dirumah sendiri. Gue membuka pintu dan kaget ketika melihat Rumi dengan pakaian khas Betawi berdiri depan rumah gue.

"Hai?" sapa gue dan Rumi tersenyum. Namun senyumnya tak setulus biasanya.
"Sorry ya nih masih pake baju kelulusan haha" ucap dia
"Lulus gak?" tanya gue walau gue tau pasti jawabannya
"Lulus lah Nay, ahah hina banget gua kalo ga"
"Kesini ngapain?" tanya gue langsung karena penasaran.
"Gue..gue mau minta maaf sama lo" kata dia
"Kenapa?" tanya gue heran
"Gue tetep melanjutkan SMA di luar"

Cinta Sebatas JendelaHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin