Terpaut Usia [10]

4.8K 317 1
                                    

Sampai di mall, Levita bingung ingin membeli apa. Tapi karena Arsen memaksanya untuk membeli dress untuk sehari-hari dan untuk party ulang tahun Naufal besok, jadilah ia terpaksa membeli itu, dengan pilihan Arsen tentunya.

"Ini bagus, ini juga. Eh ini bagus deh, ini deh, ih... Bingung, Kak, pilihin!" rengek Levita sambil memperlihatkan dress pada Arsen.

Arsen yang tidak tahu yang mana yang bagus, Karena menurutnya itu bagus semua.

"Ambil semua aja!" titahnya.

Sebelum mengambil, Levita mengecek harga terlebih dahulu saat ia melihat harga dari dress itu, Levita menyimpannya kembali dan pergi memilih dress lain, membuat Arsen kebingungan.

"Kenapa gak jadi, jelek? Atau kemurahan?"

Mata Levita melotot saat Arsen menyebut kata kemurahan. Levita langsung ngoceh dalam hati, mengapa yang berstatus suaminya itu selalu meremehkan kata murah, padahal menurut Levita itu termasuk malah.

"Kemurahan? Kalau kemurahan aku udah pake beberapa biji kali, beli ini bisa puasa lima bulan aku," cerca Levita mendengus.

Ketika Levita melengos mencari pakaian lain, Arsenio kembali membawa baju yang tadi di pilih Levita, kemudian pergi ke kasir mendahului Levita yang tengah memilah milih lain.

Levita celingukan mencari keberadaan pria itu. Ia tidak mengerti, kemana perginya Arsen sehingga secepat itu?

Ia merogoh tas Selempangnya mencari handphone, tapi beberapa detik kemudian pria itu sudah ada berada di depan Levita.

"Nih!" Arsen menyodorkan paper bag kepada Levita.

Levita yang bingung apa itu tanpa lama membawa paper bag tersebut, dan melihat isinya. Ternyata baju tadi. "Kak, udah aku bilang jangan yang ini," ujar Levita.

"Kenapa? Kamu suka ini, 'kan? Kalau suka udah ambil aja," celetuk Arsen.

Levita mendekatkan diri pada Arsen, dan membisikkan sesuatu di telinga Arsen. "Kak, itu harga baju 3 kalau di jumlahin bisa buat nyicil motor," bisik Levita.

Arsen terkekeh. "Levita, kalau kamu suka ya gak papa, mau beli sama pabriknya aja aku kasih," jelas Arsen membuat Levita mendecih.

Baru kali ini ia di perlakukan seperti ratu. Mungkin, karena Levita sudah lama tidak berpacaran dan ia hanya berpacaran saat masih SMP, jadilah ia baru merasakan di perlakukan istimewa oleh seorang pria seperti ini.

"Mau beli dress lagi?" tanya Arsen.

Langsung di gelengi oleh Levita. Memikirkan harga tiga baju tadi saja membuat kepala Levita pusing, bagaimana jika membeli yang lain lagi.

"Ya udah kita beli heels, ya."

Mata Levita melotot ketika Arsen mengajaknya ke tempat sepatu heels yang sangat Levita benci. Selama 19 tahun hidupnya, ia tidak pernah menggunakan sepatu heels, kecuali saat hari pernikahannya, dan itu hanya bertahan 2 jam, habis itu ia ganti dengan sepatu sneakers.

"Kak, udah yuk pulang aja!" ajak Levita.

"Kenapa? Ayo pilih dulu, mau yang mana?"

"Kak, kamu tahu, kan, aku gak suka pake heels. Waktu acara nikahan kita aja aku ganti," ucap Levita.

"Masa iya nanti ke party Naufal pake sneakers sih."

"Gak papa, itu keren, lebih kekinian. Dress sama heels udah gak jaman. Ya," bujuk Levita.

Akhirnya Arsen mengalah. Arsen sempat di buat bingung dengan Levita. Bisa-bisanya ada seorang gadis sepertinya, yang lebih suka menggunakan kaos oblong, celana training atau kolor pendek, dan sandal jepit atau sneakers. Bahkan, tatanan rambut pun, Levita lebih sering di Cepol dari pada di gerai seperti wanita pada umumnya.

Keluarlah mereka dari toko sepatu, walau akhirnya Levita di paksa untuk membeli sepatu Vans oleh Arsen, dengan alasan Arsen malu jika keluar toko tidak membeli apa pun.

Kali ini, giliran Levita yang membawa Arsen ke sebuah toko pakaian khusus pria. "Heh, ngapain?" tanya Arsen.

"Beli baju buat Kakak, lah."

Levita menjelajahi tiap sudut toko itu untuk mencari baju yang cocok dengan Arsen. Matanya tertuju pada sebuah kemeja dengan warna yang senada dengan dress yang baru saja ia beli.

"Nih, bagus, gak?" tanya Levita.

Arsen mengamati kemeja yang di bawa Levita. "Kaya ABG," tolak Arsen.

Levita menghela nafas. "Aku tahu, kalau umur kamu ini udah Om-Om dan udah tua. Tapi setidaknya, selera Kakak jangan kaya Om-Om dong, gaya ABG kek," omel Levita yang langsung berjalan ke kasir.

Tapi sedetik kemudian, ia kembali ke arah Arsen, dengan tangan mengadah sambil nyengir. "Kenapa?" tanya Arsen.

"Duitnya mana? Masa ia aku yang beliin, aku aja boke belum di kasih uang jajan," keluh Levita.

Arsen mengodok saku celana dan membawa dompet, lalu memberi kartu pada Levita.

"Berasa punya anak gue," keluh Arsen memijit pelipisnya.

Memang ia, Arsen sudah seperti punya anak remaja jika bersama Levita. Dengan sifat Levita yang manja dan keras kepala. Tapi untung saja Arsen memiliki wajah yang tampan dan awet muda, jadi tidak ada yang salah paham jika ia berjalan berdampingan dengan Levita.

"Selesai."

"Mau ke mana lagi?" tanya Arsen membawa belanjaan Levita

Kini tangan Arsen sudah penuh dengan barang belanjaan mereka. Sementara tangan Levita kosong melompong.

"Nonton, yuk!" seru Levita antusias.

"Mau nonton apa?"

"Film horor, yey. Aku udah lama banget gak nonton film horor," cerocos Levita lagi.

Jika bersama Levita, Arsen selalu mengalah dan nurut. Kali ini Arsen tengah mengantri untuk mendapatka tiket, sementara Levita duduk di kursi tunggu dengan minuman dan pop corn yang sudah ia makan.

"Kenapa gak film lain aja sih? Biasanya gadis seumuran kamu sukanya film romance atau komedi gitu," tutur Arsen.

Levita bangkit lalu mengikuti Arsen untuk mendekat ke area teater.

"Apaan, gak asik. Lebih asik film horor, action atau gak mafia mafia gitu huaa keren. Apalagi kalau bunuh-bunuhan. Serasa pengen ikut ke dalam cerita," kata Levita bahagia.

"Emang ya, kamu ini beda sama gadis seumuran kamu yang lainnya. Orang lain suka KPop, ini suka wibu sama Thailand," tutur Arsen.

Levita mendelik, kemudian menaikkan satu alisnya. "Limited adition," katanya berbisik kemudian terkekeh dan berjalan mendahului Arsen.

Arsen menghela nafas panjang. Ada apa dengan dirinya ini? Melihat Levita dengan tingkah seperti itu membuat pipi Arsen bersemu.

Terpaut usia ✔️ (BUKU SUDAH DI TERBITKAN)Where stories live. Discover now