Bunda

2.2K 630 73
                                    

How's your day?
Jangan lupa vote dan comment ya✨

§§§

Di taman rumah sakit dengan tanaman yang di rawat hingga tumbuh menjadi begitu cantik. Dibawah awan putih bersih dengan cahaya matahari yang tidak terlalu panas. Mata Dafa menatap langit, jejak air mata begitu kentara di wajah Dafa. Nafas nya bergetar menahan tangis yang terus menerus datang tanpa berniat pergi.

Tubuh Dafa bersandar pada punggung bangku berharap jiwa nya sedikit mendapatkan ketenangan. Kenapa semuanya jadi seperti ini? Tidak bisakah Dafa berharap semuanya kembali seperti semula? Setidaknya jangan Raden. Bunda, Ayah, dan Fajar sudah pergi. Pergi nya Raden, ia tidak tahu harus hidup seperti apa lagi.

"Dafa,"

Panggilan dari Cakra sama sekali tidak membuat Dafa mengalihkan fokus nya dari menatap kosong pemandangan di depan nya. Cakra menghela nafas gusar, ia duduk disamping Dafa.

"Raden udah berjuang semampu dia,"

Tangan Cakra mengambil sebuah foto dari saku nya, ia tersenyum tipis saat melihat Raden dan Fajar tengah tersenyum didalam foto tersebut. Kemudian, tangan Cakra terulur memberikan foto tersebut ke Dafa.

"kali pertama Raden kemoterapi."

Mata Dafa memandang kedua wajah yang terdapat di dalam foto. Ada Fajar, Fajar terlihat hidup didalam sana. Dan ada Raden yang masih terlihat begitu sehat. Ia juga tersenyum. Atau mungkin Raden berusaha tersenyum agar tidak membebani Fajar.

" mereka berdua, lu marah sama mereka berdua?"tanya Cakra.

Lagi dan lagi, Cakra tidak mendapatkan balasan dari Dafa. Raden dan Fajar benar, Dafa itu yang paling memiliki kepribadian keras kepala diantara keluarga nya. Tapi kali ini, Cakra bisa memaklumi kenapa Dafa tidak merespon nya dengan baik.

" kenapa mereka rahasiain semuanya?"tanya Dafa tiba tiba.

"awalnya, keadaan Raden membaik. Dokter bilang, Raden bisa sembuh. Raden sama Fajar sepakat buat enggak ngasih tau kalian karena mereka berdua tau nya Raden bakalan sembuh."

"tapi ekspetasi mereka ternyata terlalu berbeda dari kenyataan."tambah Dafa.

Kali ini Cakra yang terdiam. Ia menyetujui opini Dafa. Kenyataan terkadang terlalu menyakitkan bagi Dafa. Ia sudah berhenti berharap pada takdir setelah Dafa kehilangan Fajar. Toh, sebanyak apapun harapan yang Dafa ucapkan hanya akan membuahkan kesakitan pada dirinya. Dulu, ia berharap Bunda tidak akan pergi sesaat sebelum Bunda masuk ke dalam ruang operasi bersalin. Ia berharap Ayah kembali tersenyum bukan tertidur dengan lelap tanpa bernafas dengan tangan memegang lembut tangan mungil milik Juan. Kali terakhir Dafa berharap Fajar pulang dengan selamat malah di hadiahi kesekian pemakaman yang menghancurkan jiwa Dafa.

𝐃𝐄𝐑𝐒𝐈𝐊 Donde viven las historias. Descúbrelo ahora