Bab 24

8K 766 90
                                    

Setelah berdepat dengan pikirannya, akhirnya Hana memilih lajut, ia pikir tidak terlalu bahaya hutan ini,  kerena si pemeran utama aja bisa mulus  sampai perkampungan itu.

Hana bangun dari jongkoknya, dan melangkahkan kakinya dengan hati - hati menuju perkampungan itu,  ia hanya perlu pergi ke arah selatan untuk sampai keperkampungan itu, tampa ada laju kiri kanannya.

Hana selalu melihat kiri , kanan,  atas dan bawah di setiap langkahnya,  ia pernah dengar ada pohon karnivora di dalam hutan ini dan juga bunga yang juga membahanyakan nyawa,  apa lagi hewan yang ada di hutan ini,  sampai terlihat oleh mereka nyawalah taruhannya.

" Aduh tambah jauh gue malaju,  tambah seram aja nih hutan " gumam Hana ,bulu kuduknya berdiri, saat melihat sekitarnya,  apa lagi hawanya.

Hana tetap melaju,  sesekali, ia menandai pohon dengan huruf X,  sebagai jalan pulangnya nanti,  tapi ia akan melihat sekeliling pohon itu baru mendekat. Ingat jika ada pohon yang memiliki akar dan batang yang merambat maka berhati - hatilah,  bisa saja pohon itu berbahanya,  bukan itu saja,  lihat juga pohon itu,  bagus daunnya,  lebat buahnya dan buah yang jatuh dan daun yang jatuh juga,  jika buah dan daun yang jatuh tidak tersentuh bahkan membusuk hingga menjadi kering, maka itu pohon beracun,  namun jika pohon itu banyak ulat dan sarang burung ,daunnya juga banyak lobong - lobong karena dimakan ulat maka itu pohon aman dan juga bisa dimakan buahnya .

Itulah pengetahuan yang Hana tahu,  ia juga sudah mempersiapkan dari jauh hari sebelum kehutan ini. Dalam prinsipnya jika ingin melakukan sesuatu bahkan mengambil risiko pikirkan dengan matang,  jangan gegabah dalam mengambil keputusanmu, karena itu akan berdampak pada kita. Dan terimalah setiap keputusan yang di ambil jangan menyesal di akhir,  karena itulah keputusan yang kita ambil.

" Huaa.... " reflek Hana beteriak,  saat ada sesuatu yang berat mendarat di kepalanya,  ia melompat bahkan mengibaskan tangannya kekepalanya dengan takut.

Dan teryata itu adalah monyet,  Hana geram saat monyet itu telah membuatnya terkejut,  apalagi monyet itu berani mendarat di kepalanya.

" DASAR MONYET LAKNAT " maki Hana,  tentu tidak ada yang menggubrisnya,  mana bisa monyet mengerti bahasa manusia, kalau masih monyet liar.

Hana kembali melangkahkan kakinya dengan hati dongkol, hingga tibalah,  ia di sungai yang mengalir, ia tiba -tiba mengumpat di balik pohon tua yang lebat dengan dedaunan. Saat melihat segelombol manusia yang sepertinya sedang berdiskusi.

Hana menatap segelobol manusia yang berada di sana,  ia tidak tahu siapa!, dan tujuan meraka apa!,  hingga membuatnya memilih bersembunyi,  tampa suara,  ia hanya memperhatikan saja,  cukup jelas penglihatan Hana untuk melihat meraka,  walaupun jarak jauh,  cuma percakapan meraka yang semar - semar,  hingga membuatnya menajamkan pendengarannya,  agar bisa menguping pembicaraan meraka.

" Gue dengar, anak sekolah pada kehutan ini,  apa itu nggak membahanyakan kitanya!,  kalau mereka sampai tahu tempat kita gimana! " tanya si pria botak itu dengan wajah kesal dan takut.

" Cik... Nggak bakal,  mana ada yang punya nyali masuk kedalam hutan ini,  yang kita pikirkan sekarang itu harusnya bagaimana memusnahkan perkampungan kanibal itu!,  kalau sampai kita bertemu dengan meraka,  bisa - bisa kita dimakan,  kau kan tahu beberapa teman kita sudah musnah gara - gara penduduk kanibal itu " ujar pria yang bertubuh gempal.

" Iya juga,  kita harus cepat memusnahkan meraka, padahal sudah berbagai cara kita coba,  masih saja tidak berhasil memusnahkan mereka. Kerjaan kita aja sampai tertunda gara - gara mengurus itu. Cik... Menyebalkan " ujar pria yang berbaju hitam itu dengan kesal,  saat mengingat, kejadian - kajadian lampau yang sangat menyusahkan.

" Yok kita pergi,  nanti bos marah lagi,  kalau kita keluyuran " ajak pria yang berbaju putih itu,  lalu meraka pergi dari sana.

' Apa maksud meraka !,  dan siapa meraka! Pekerjaan apa yang meraka maksud!,  gue harus mencari tahunya' batin Hana yang sudah mulai kepo.

Hana mengikitu segelombol pria itu dengan bersembunyi,  dan berhati - hati masih memperhatikan sekitarnya.  Hana juga mengambil pisau dari tasnya,  itu untuk pelindungan diri,  jika ada ancaman yang membahayakan dirinya.



I am the Antagonist Where stories live. Discover now