7 : Gara-Gara Lumpur

138 30 11
                                    

"Ahri! Kau anjing nakal!"

Hiks, ibu memarahi ku tadi pagi. Dengan perasaan kaget aku merangkak memilih berjalan menuju pangkuan ayah Dahyun.

"Dahyun, kurung dia, letakan saja kandangnya di balkon"

"Sayang, jangan begitu. Diluar sangat dingin, nanti Ahri-ya akan mati kedinginan"

"Dahyun cukup! Kau selalu memanjakannya, dia semakin liar Dahyun, kau harus bersikap tegas padanya,"

Aku mendengar ibu sedang memaki ayah, aku memang tidak terlalu mengerti dengan ucapan ibu dan ayah. Tapi, aku bisa paham dengan aura yang terpancar dari wajah mereka. Ibu marah! Ya itu terlihat sangat jelas dari aura warnanya. Sangat-sangat marah.

"Sayang, dia hanya seekor anjing kecil, wajar jika sepeti itu" kata Dahyun yang mencoba menenangkan.

Ayah Dahyun menggendong ku sekarang, aku suka ini. Ayah selalu membela ku di saat-saat seperti ini. Aku mencintaimu Ayah.

Biar ku ceritakan lagi, aku memulai hariku dengan sangat baik. Nyonya matahari membangunkan ku dari mimpi indah semalam. Semalam aku bermimpi bertemu Boo juga Tan. Sangat indah!

Lalu, aku memulai hariku dengan meminum air bening di kamar mandi. Entah apa itu namanya. Jihyo bilang kalau tidak salah namanya itu, eum kloset. Jihyo melarangku untuk minum disana, tapi aku tidak peduli. Masa bodoh jika harus dimarahi oleh Ayah Dahyun juga. Yang pasti rasanya enak, sangat menyegarkan.

Setelah itu, aku pergi bergegas keluar rumah, aku ingin menyapa beberapa teman lama. Ada tuan kaktus dan paman ilalang di sana.

"Jadi, bagaimana harimu paman ilalang? Nyonya serangga tidak menggangu tidur nyenyak mu, kan?" Tanyaku penuh semangat.

"Tentu tidak, mereka menjadi baik setelah kau menegurnya,"

"Senang bisa membantumu, aku memang anak anjing tampan yang bijaksana, benar begitu?" Tanyaku dengan percaya diri.

"Benar, kau tampan"

"Baiklah, aku harus pergi, tuan kaktus sudah menungguku" pamitku, setelah itu pergi berlari menyusul tuan kaktus yang terdiam di dalam pot.

Aku harap tuan kaktus sudah bangun, karena yang ku tahu dia sangatlah pemalas, selalu bangun di siang hari. Beruntung nyonya matahari tidak pernah memarahi nya.

"Oh, selamat pagi Ahri-ya"

"Oh, selamat pagi tuan kaktus, ku pikir kau masih lelap dalam tidur,"

"Aku bangun cepat karena menunggu mu datang, bagaimana? Boo tidak ikut denganmu pagi ini?"

"Tidak, kemarin Boo pulang cepat," aku berucap seraya duduk berjongkok di sampingnya.

"Oh, benarkah. Padahal aku ingin sekali melihatnya, dia teman baikmu,"

"Aku menganggapnya teman, tapi dia menganggap ku sebagai musuh," telingaku me-layu, aku sedih karena harus menceritakannya.

"Tak apa, kau kan masih mempunya banyak teman,"

Aku memberikan senyuman selebar mungkin, yang dikatakan tuan kaktus membuat mood di pagi hariku semakin meningkat saja.

Aku kembali mengucapkan pamit padanya, ada teman yang harus aku sapa lagi. Dengan cepat, aku bergegas menuju taman. Di sana sangat sepi, aku suka ini.

"Nyonya pohon, bolehkan jika aku mempipisi mu pagi ini?" Tanyaku setelah berlari menemuinya.

"Oh, selamat pagi Ahri-ya, tentu saja boleh, pipis mu hangat membuatku segar,"

Aku senang mendengar nya, perlahan aku mundur lalu mengangkat sebelah kaki kiriku untuk mengangkanginya, setelah itu aku pipisi nyonya pohon.

Hum, lega! Nyonya pohon sangat baik, dia juga termasuk teman favorit ku.

"Terimakasih karena telah mengizinkan ku untuk mempipisi mu," kataku lalu pergi meninggalkannya.

Aku kembali mengitari halaman rumah, mencari sesuatu yang menarik untuk aku jadikan teman baru.

"GUK! GUK! ADA NGENGAT!" seruku, aku langsung berlari mengejar ngengat yang terbang itu. Hingga kakiku menapaki lumpur basah.

"GUK! GUK!"

Kakiku melompat hebat di dalam genangan lumpur, demi tuhan. Ini sangat menyenangkan! Aku berguling, membasahi bulu putihku dengan lumpur basah.

Bahkan aku melihat ada banyak burung merpati yang sedang bertengger sembari memperhatikan ku bermain lumpur.

"Ahri-ya! Kau dalam masalah besar" seru paman merpati dari atas sana.

Masa bodoh, ayah Dahyun baik, Ibu Sana juga. Mereka tak pernah marah padaku. 

Hari mulai siang, aku bergegas masuk ke dalam rumah. Perutku melilit, aku lapar. Aku pergi untuk menemui ayah Dahyun. Meminta sedikit camilan lezat di sana.

Saat berjalan menuju kamar, ibu datang dan memarahi ku. Aku melihat ayah dan ibu bertengkar karena ku.

"Bodoh, aku bodoh," aku takut jika ayah ibu harus bertengkar:(

Ayah langsung membawaku, aku pikir ayah akan membebaskan ku, ternyata tidak. Ayah malah mengurungku, aku sedih, melolong keras agar ayah Dahyun luluh.

"Ahri-ya, kenapa tubuhmu bisa sekotor ini eoh? Kau membuat seisi rumah menjadi kotor karena jejak kecil di kakimu," tegur ayah padaku.

Telingaku me-layu, aku sedih karena ibu terus mengomel, dan ayah Dahyun mengurungku.

"Tidakkkk!! Aku yakin ini pasti hanya mimpi,"

Aku tidak percaya ini semua, ayah dan ibu tak pernah marah sebelumnya, apa ini semua karena bayi anjing itu? Ah maksudku anak bayi mereka.

Jadi mereka tidak sayang lagi padaku, iyakan? Sudah pasti iya.


-thor'al 😺

Finding Dog [아리아]Where stories live. Discover now