9 : Anjing Bersayap Putih

101 24 11
                                    


"Guk! Guk! Buayaaa!" Berkali-kali aku menggonggong keras ke arah pria yang tengah terduduk di sisi perairan sungai. Mata kecilku melihat ada seekor buaya yang kini sedang mengintai dirinya dari kejauhan.

Astaga! Ini benar-benar kacau, dengan cepat aku berlari menghampiri si pria bertopi jerami, topinya sangat mirip dengan topi milik ayah Dahyun.

"Guk!! Hei cepat menyingkir." Sialan, karena aku memiliki tubuh yang sangat kecil, kakiku terlalu pendek dan wajahku? Wajahku tentu saja terlalu tampan.

Pria itu malah mengabaikan ku, membiarkanku untuk terus menggonggong keras kepadanya.

"Hei anak anjing, pergilah, aku tak punya camilan enak." Katanya seraya melambaikan tangan kode untuk mengusirku.

Bodoh kataku, kau yang akan menjadi camilan enak untuk buaya jahat, tak habis pikir, aku langsung menghampiri si pria bertopi itu dan lalu mendorong ember penuh berisi ikan miliknya hingga tumpah, bahkan ada beberapa ikan yang masuk kembali ke dalam air sungai.

Pria itu langsung bangkit.

"Anjing bodoh!!" Makinya padaku.

Telinga ku melayu, aku terkejut, bahkan ayah Dahyun pun tak pernah membentakku seperti itu.

Seketika tubuhku kesakitan karena terbentur bebatuan, pria itu baru saja menendang ku dengan kaki kuatnya, oh tuhan ini sangat sakit.

"Anjing bodoh, mati saja kau!!" Pria itu memukulku lagi dibagian kepala dengan ranting pohon yang ia genggam. Aku ketakutan, pria ini marah besar, kau bisa tahu dari raut wajahnya yang memerah seperti tomat. Astaga tuhan.

Kini suaraku mulai melemah,

"Guk! Ampun tuan! Kumohon! Maafkan aku"

Berkali-kali dia memukuliku hingga tubuhku terasa kaku dan mengeluarkan banyak darah. Tak lama, tangan jahatnya mulai berhenti.

Kini pria itu tlah pergi entah kemana setelah menyiksaku dengan keras hingga terhempas, dan si buaya jahat, dia juga sudah menghilang kembali masuk ke dalam permukaan air.

Sungguh, ini bukan rencana awalku. Aku hanya ingin pergi menemui Boo dan menceritakan semua padanya.

Menceritakan tentang bagaimana Ayah Dahyun bisa berdarah di bagian hidungnya ketika pulang, menceritakan bagaimana Ibu Sana lebih menyayangi bayi mereka daripada aku.

Lalu aku ingin menceritakan tentang Tuan Kaktus yang sangat ingin bertemu dengannya.

Boo, aku hanya ingin bertemu Boo sebelum para peri anjing bersayap putih datang dari surga untuk menjemput ku.

Meski pandanganku mulai kabur, aku masih tetap bisa melihat bayangan Nona merpati yang sedang terbang di atas awan.

"Tolonggg aku... kumohon." Rintihku, dan benar dugaanku.

Para peri anjing bersayap putih sudah datang, mereka baru saja mendarat setelah datang dari atas langit lalu terduduk di sisian tubuhku.

Baiklah, mungkin ini akhirnya. Selamat tinggal ayah dan ibu, aku tahu kalian lebih mencintai bayi mungil itu daripada aku, tapi tak apa. Aku tetap mencintaimu.

Aku juga sangat mencintai Jihyo, kau adalah salah satu dari yang terbaik.
Terimakasih karena selalu
memberikan pijatan lembut pada perut tampanku, kau keren, aku menyukaimu.

Dan untuk Boo, maaf karena tidak pernah memberitahumu tentang lubang ventilasi yang sempit, aku hanya takut kau marah jika aku memanggilmu dengan sebutan "Anjing gemuk" tak apa, itu sangat baik untukmu, perut dan kakimu memang gemuk kan? Terimakasih untuk pertemuan singkat denganmu kemarin malam, selamat tinggal.

Tamat.

-thor'al 😺

Finding Dog [아리아]Where stories live. Discover now