Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lisa mengerjap kan kedua matanya saat dirasa tidurnya sudah cukup untuknya, gadis itu berusaha bangkit dari posisinya tiduran. Mengumpulkan nyawa nya yang masih melayang di alam mimpi.
Setelah menunggu dua menit—Lisa sadar sepenuhnya. Ia melirik sekitar nya yang nampak asing. Ah, dia lupa jika ini bukan di kamar apartemen nya. Lisa sedang berada di kamar private resort milik Jung Jaehyun.
Tunggu.
Ngomong-ngomong tentang Jung Jaehyun, Lisa jadi menoleh ke samping nya. Tepat dimana semalam Jaehyun tidur di sebelah nya. Tapi saat Lisa menoleh, nyatanya Jaehyun tak ada di sebelah nya. Gadis itu mengernyitkan dahi nya, bingung.
Dimana Jung Jaehyun?
“awh.”
Ringisan sakit keluar dari bibir Lisa, area bawahnya terasa sakit dan berdenyut. Ia lupa, ini pertama kalinya Lisa melakukan nya dan wajar tubuhnya masing ‘asing’ untuk menerima nya.
Dan lagi pula ini kali pertama nya ia melakukan nya, jadi rasanya—badan Lisa seolah terbelah menjadi dua semalam. Bagaimana rasa sakit luar biasa itu menghampiri nya dan membuat nya menangis.
Membayangkan kejadian semalam—membuat Lisa menggeleng, tanpa sadar ia bersemu. Betapa memalukan nya diri nya melakukan itu dengan suami orang. Ngomong-ngomong, Lisa merasa sangat berdosa.
Wanita sebaik Wendy yang ia idam-idamkan, dengan mirisnya ia tidur dengan suami wanita itu sendiri dan wanita secantik Wendy bisa di khianati suaminnya.
Ah sungguh miris.
“Aish, aku terlambat.” Lisa berseru saat melihat jam di ponselnya yang menunjukkan pukul setengah sembilan pagi. Bagaimana ia bisa kuliah?! Jika jarak dari resort ke rumahnya saja sudah memakan waktu yang cukup lama.
Dengan sekuat tenaga —Lisa bangkit, meringis karena area bagian bawahnya benar-benar sakit. Lisa menyeret kakinya agar berjalan ke kamar mandi. Membersihkan diri lalu memakai pakaian dan cepat-cepat pergi dari sini.
Gadis itu memandang tubuhnya di pantulan cermin kamar mandi, seluruh tubuhnya, dari leher hingga ke dada nya—penuh tanda kemerahan bahkan sampai terlihat ungu. Ini jejak yang Jaehyun tinggal kan ketika mereka melakukan itu.
Lisa mendesah frustrasi, bagaimana ia menutupi lehernya jika begini? Dia akan ke kampus hari ini. Masa memakai syal?
Itu tidak mungkin, cuaca sudah cukup lumayan panas. Lisa seharusnya bilang pada Jaehyun untuk tak meninggalkan jejak di daerah lehernya, Namun bodohnya semalam ia mengabaikan itu.
Lisa terlalu tak kuasa membuka suara.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cerita yang dipromosikan
Kamu akan menyukai ini
Lisa telah menyelesaikan mandi nya dan juga telah memakai pakaian nya yang kemarin ia pakai, gadis itu meraih tas nya yang ada di atas nakas, duduk di tepi ranjang untuk mengecek ponselnya sejenak.
“Eh?” Lisa terkejut ketika mendapati note kecil yang ternyata ada di atas nakas. Tepat di sebelah tas nya, dibawah note kecil itu ada black card. Lisa lebih dulu mengambil note kecil itu.
Karena ia pikir—Black card itu adalah punya Jaehyun yang tertinggal.
Aku berangkat ke kantor, terimakasihh untuk hari ini. Berikan nomor mu kepada penjaga resort ini dan black card itu adalah milikmu. Anggap saja itu adalah imbalan untuk mu atas semalam.
“Gila.” hanya itu perkataan yang meluncur begitu saja dari bibir Lisa saat membaca note kecil itu. Bukan karena Jaehyun pergi begitu saja, melainkan karena imbalan yang diberikan laki-laki itu.
Black card?
Gila saja. Seumur-umur Lisa tak pernah memegang benda ini. Atau berharap bisa memiliki nya pun—tak pernah Lisa lakukan.
Namun gadis itu tetap mengambil black card nya, menaruh nya pada tas nya kemudian beralih mengambil ponselnya di tas. Ia mengecek notifikasi saat lockscreen ponselnya sudah terbuka.
Ada banyak pesan dan panggilan tak terjawab dari Minnie. Begitu pun dari Miyeon.
Lisa menepuk dahinya, ia merasa lupa untuk mengabari Minnie sesuai permintaan gadis itu ketika ia berangkat untuk menemui Lucas Wong yang Ternyata adalah Jaehyun.
Sungguh, kemarin sudah sangat menyita perhatian nya. Maka sebab itu ia lupa, pikiran nya terlalu campur aduk kemarin sampai ia tak sadar jika harus mengabari Minnie. Ataupun Miyeon.
Lisa terlonjak saat ponselnya berdering, ia melihat layar ponselnya yang menampilkan panggilan masuk dari Minnie. Gadis itu menelfon nya lagi.
Menggigit kuku jarinya—Lisa perlahan mengangkat panggilan nya dan menempel kan ponselnya ke telinga nya. “YAAA PABO! KENAPA KAU BARU MENGANGKAT TELEFON NYA SEKARANG?!” Suara menggelegar milik Minnie, menyapa Indra pendengaran nya.
Membuat Lisa secara refleks menjauhkan ponselnya dari telinga sambil mengusap telinga nya yang terasa berdenyut. Suara Minnie benar-benar sangat kencang.
Lalu Lisa kembali menempel kan ponselnya ke telinga nya Setelah dirasa; kini telinga nya sudah tak berdengung lagi. “Anu Minnie, aku—eumm” Lisa gugup sendiri.
Apa yang harus ia katakan mengenai ini?
“APA?! sekarang kau dimana pabo? Aku khawatir karena kau sama sekali tak menjawab telefon ku dari semalam.” Minnie masih tak berhenti mengoceh.
Lisa sendiri meringis mendengar nya. “Iya iya, maafkan aku. Aku lupa semalam mengabari mu, mengenai kemana saja aku—akan ku jelaskan nanti ya?”
“hari ini aku ijin untuk tidak kuliah, waktunya tidak cukup. Bisakah kau mengijinkan nya ke dosen ku? Kau kuliah kan?” Tanya Lisa. Ia sedikit meringis ketika bergerak dengan gelisah, tubuh bagian bawah nya kembali berdenyut.
Terdengar jeda sejenak disana. Minnie menghela nafas nya. “Memang nya kau dimana? Kau baik-baik saja? Apa Lucas Wong itu menyakiti mu?” Tanya nya, setengah mengomel namun terdengar khawatir juga.