Bab 26: Ya Tuhan, Aku di Neraka?!

14 3 6
                                    

"Kaisar ingin berbicara denganmu."

"Tumben sekali, biasanya dia asal masuk tanpa salam."

Fenghuang mencibir. Merapikan rambutnya yang sedikit berantakan terkena angin, tidak menyadari raut aneh datang dari XinJian.

XinJian berpikir, 'Bukankah kamu juga begitu? Asal masuk tanpa salam ke istanaku seperti maling ayam?'

Fenghuang mengajak XinJian masuk ke dalam istananya dan sang dewa berganti baju. Tidak seperti ini adalah rapat resmi, Fenghuang hanya mengenakan jubah merah darah polos dua lapis dengan hiasan burung bangau besar di punggung. Rambutnya dibiarkan tergerai bebas, seperti sulur willow yang menggantung rendah, rampak seperti tirai yang tersapu angin.

Wajah halus itu tampak lebih santai. Berjalan ke luar dari kamar, Fenghuang kembali ke aula utama dan bersama XinJian, keduanya pergi ke Istana Langit.

Istana seorang dewa biasanya dinamakan dengan nama pemilik. Seperti: Istrana XinJian milik XinJIan, Istana Fenghuang milik Fenghuang. Atau juga dinamai dengan gelar pemilik, seperti: Istana Dewa Sastra, Istana Dewa Musim. Namun, di surga yang seluas langit, ada satu istana yang memiliki nama khusus.

Istana Langit.

Istana Langit adalah satu-satunya istana dewa di surga yang memiliki nama panggilan khusus. Juga merupakan istana dewa yang paling besar dan paling megah di surga. Didominasi oleh warna putih, memberikan kesan agung dan mulia. Tinggi menjulang menembus awan abadi, dengan puluhan menara dan halaman seluas pulau, semuanya milik Zhang Jungqi seorang.

Setelah satu setengah jam berjalan dari gerbang masuk, urat malu Fenghuang yang untungnya hari ini masih tersambung baik, membuat Dewa Musim itu mengetuk pintu setinggi puluhan meter di depan dengan anggun. Seteleh di ketuk tiga kali, pintu terbuka dan aula penuh kilau dan kemewahan terpampang di depan mereka.

Dari arah dalam, ada dua bola bulu yang berputar dan menggelinding ke arah tamu. Fenghuang membungkuk dan memeluk satu, sedangkan XinJian menangkap satu lainnya dengan ujung kaki, seperti menghentikan bola yang menggelinding. Dua bola bulu putih itu mulai bergetar, tiba-tiba, sebuah kepala bulat penuh bulu dengan dua ujung seperti gunung kecil mencuat keluar.

Bola mata bulat dan penuh, hitam seperti langit malam dan lidah kecil yang terjulur keluar. Fenghuang tidak tahan untuk memeluknya lebih arat ke dada dan bola bulu itu menjilat dagunya dengan lidah kecil merah yang bulat.

XinJian Melihat bola bulu di bawah kakinya, ada kepala kecil yang mencuat keluar. Alih-alih menjadi aktif, bola bulu itu memiliki wajah yang seolah dia baru saja berhutang sawah dan gunung. Telinga kecilnya terkulai lemas dan mata bulatnya berkaca-kaca.

Berpikir, 'Mengapa aku harus berhenti di petung es batu itu?'

Melihat ke samping, bola bulu di kaki XinJian berguling dan menggigit tepi jubah Fenghuang. Fenghuang merasakan tarikan kecil di bawah dan menunduk. Bola bulu dengan wajah menyedihkan tampak berputar di lantai dan berguling-guling. Fenghuang memungutnya dan dengan dua bola bulu di pelukannya, dia dan XinJian berjalan masuk ke tempat pertemuan.

Fenghuang tidak tahu sebenarnya, dia hanya mengikuti XinJian. Jika boleh jujur, Fenghuang benar-benar jarang berkunjung ke Istana Langit, Zhang Jungqi sendiri yang akan menyelinap seperti maling ke istananya dan Fenghuang sendiri lebih seiring menghabiskan waktu di istana XinJian.

Istana Langit, meskipun sebesar dua gunung yang dirangkai menjadi satu, nyatanya tidak memiliki banyak lorong dan ruang seperti milik Fenghuang. Fenghuang tiba-tiba merasa ada sesuatu yang salah, tapi dia tidak tahu di bagian mana yang salah, atau apa yang salah. Mengernyit bingung, Fenghuang hendak bertanya sebelum kepalanya dijentik ringan dan pandangannya memudar.

RevengeWhere stories live. Discover now