[Epilog] Kita ini Apa Sih?

156 14 0
                                    

Jisung menutup sebuah album yang berisikan foto foto tentang masa lalunya.

Ya.. masa lalu.

Masa lalu yang dimaksud adalah Dream, foto fotonya dengan Dream. Sebuah masa lalu yang ia banggakan.

Ia bangga, ia bahagia, ia dengan lantang mengatakan ke dunia : "Mereka pernah menjadi rumah tempatku singgah, mereka pernah menjadi keluargaku, mereka pernah menjadi segalaku, dan sampai sekarang pun masih, walau semuanya sudah berubah."

Ia menitikkan air mata. Hal yang selalu ia lakukan. Merindukan - membuka album - menangis - dan mengenang. Suatu hal yang cukup menyiksa dirinya, tapi apa pedulinya? Ia tetap melakukannya tiap minggu.

Kamarnya ia kunci, ia kemudian menangis sekeras kerasnya. Tidak peduli terdengar sampai luar.

Ia masih ingat kata Jaemin padanya, menangis itu tidak apa apa, wajar bagi lelaki, menangislah sekeras kerasnya jika dunia sedang jahat denganmu, jika semesta sedang mempermainkanmu, menangislah, luapkan emosi dan kesedihanmu.

Lalu teringat dengan sebuah screenshot yang ada di galeri handphonenya.

Sebuah screenshot tentang tweet Mark, 6 tahun yang lalu.

Perawakannya mungkin sudah lebih dewasa, umurnya pun sudah lumayan tua, tapi dia masih tetap sama.

Seorang Jisung yang kesepian. Seorang Jisung yang malang. Seorang Jisung yang ditinggal untuk menghadapi kerasnya dunia sendirian. Seorang Jisung yang merindukan abang abangnya.

Yang sudah berbeda alam.

"Sumpah gue bahkan udah ga ngerti lagi, kita ini apasih? Mau bilang temen tapi kelakuan kek biadab, mau bilang musuhan tapi juga engga. How do i even meet ya'll in the first place??"

Kira kira itu cuitan Mark di twitter.

"Ya walau gitu lo tetep bersyukur kan bang ketemu kita? Nolep lo ah kalo ga ketemu kita. Iya ga iya ga? Iya lah masa engga."

Jisung tersenyum membaca balasan cuitan dari Haechan. Dalam hati ia juga menyetujui. Hidupnya mungkin sudah kosong dari tahun tahun lalu, kalau semisal Dream tidak datang ke hidupnya.

Ia sangat amat bersyukur.

Tepat sepuluh tahun sudah lewat sejak kejadian itu.

Satu hari, sebelum ulang tahun si bungsu.

Ulang tahun yang harusnya menjadi hari yang bahagia penuh tawa, namun ulang tahunnya pada waktu itu ia habiskan berdiam di kasur rumah sakit dengan air mata yang sudah mengering.

Dunianya sudah hancur sejak saat itu. Orang orang mengatakan, Andy Jian Sungvin telah mati sejak saat itu.

"BANG MARKKKK GIHHH HEALING KEMANA GITUUU."

"ITUU UJIAN LO PIKIR DULU LAH DIKIRA LO PINTER SEKALI BACA BISA LANGSUNG PAHAM??"

"Kaga sih. Tapi dahlah gue bodo amat. Bolos kali gue pas ujian."

"Cakep sih bang. Tapi bener sih mending kita kemana gitu. Capek gue belajar jujur. Padahal masih kelas 11 hedeh."

"Tumben Ji, lu bener bener capek, ya? Sini gue bantu. Chenle juga mana tuh. Kalo belajar bareng sih gue gas gas aja. Lagian gue jujur ga semangat juga ngadepin ujian besok."

Hari itu hari Kamis, tanggal 28 Januari 2021. Kini ketujuhnya sedang kumpul di rumah Chenle, seperti biasanya. Bedanya mereka seharusnya belajar bersama dengan Mark sebagai mentor, tapi setelah 2 jam di ruang tamu, satu bukupun tidak ada yang terbuka. Mark juga yang katanya ingin mengerjakan tugas kuliah, belum juga membuka laptopnya.

kita ini apasih ? • 7dream ✓Where stories live. Discover now