ATHARES - 39

168 25 11
                                    

Apabila Tuhan memberiku kesempatan untuk meminta tiga permintaan, maka yang akan kuminta ialah; semoga kamu bahagia, semoga kamu bahagia, semoga kita dapat bertemu — ATHARES

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Apabila Tuhan memberiku kesempatan untuk meminta tiga permintaan, maka yang akan kuminta ialah; semoga kamu bahagia, semoga kamu bahagia, semoga kita dapat bertemu — ATHARES.

***

Athena tahu bahwa ketika mendapati beberapa surat tak bertuan di lokernya, maka ada sesuatu hal yang dirasa buruk. Tidak berbau cinta, tidak berbau ancaman, sebab ia sungkan untuk sekadar membuka dan membaca setiap kata di dalam sana kendati telah diperuntukkan untuk dirinya sekali pun. Sehingga dirasa tidak memiliki pilihan selain diam dan menyembunyikan surat-surat itu, lagi. Terhitung tiga hari sudah Athena mendapatkan surat seperti ini, masih dengan penampakan yang serupa; amplop berwarna jambon.

"Cie, dapet surat mulu, nih. Dari siapa, sih?" Nara berujar. Sempat berupaya untuk merebut salah satu di antaranya untuk dijadikan sebagai bukti, memuaskan rasa hausnya akan informasi mengenai siapa dalang di balik semua ini.

"Jangan, Nar," kata Athena. Merebut kembali apa yang telah menjadi haknya sejak awal, dilakukan semata-mata demi menjaga privasi. "Mana tau kalau surat ini bukan untuk gue. Nggak baik juga baca surat orang lain, lo tau itu."

Nara tertawa meremehkan. Meletakkan apa pun di dalam lokernya dan menutupnya segera, spontan menatap Athena lucu. "Oh, God. I know that, this is a strange thing, terlepas dari semua itu lo kolot banget, astaga sumpah demi apa pun. Ini surat spesial, Na."

"Spesial gimana? Martabak, tuh. Spesial."

"Ini surat cinta, Bu! Tempo hari gue liat ada bocah SD punya tingkat kepekaan yang tinggi, lo nggak ada apa-apanya sama dia," Nara tidak tahan untuk sekadar mendecakkan lidah. Merasa bahwa tidak akan ada habisnya membahas hal serupa berulang kali. "Astaga, betapa bodohnya gue. Bahkan lo nggak berani untuk baca semua surat itu. Jadi sia-sia aja apa yang udah gue katakan."

Athena tampak berpikir sejenak. Bukan berarti tidak memiliki persepsi saat menemukan surat pertama di sana, gadis itu merasa bahwa ada seseorang yang saat ini tengah gencar untuk mendekatinya. Dalam hal dan juga artian yang buruk, sebab apabila sosoknya benar-benar menginginkan Athena untuk menjadi kekasih atau apa pun itu, sudah pasti ada kemantapan hati dan juga pikiran hingga membubuhkan nama di sana. Menambahkan catatan kecil berupa nama pengirim surat di permukaan amplop tidak akan membunuh siapa pun. Terlebih ketika Athena seorang yang menerimanya.

Menggelengkan kepalanya tidak habis pikir, Athena lekas menutup pintu lokernya. "Sejak gue sekolah di sini, nggak ada sejarah di mana gue join sama kalian buat kongko-kongko atau bersenang-senang alih-alih belajar bersama. Apa pun itu, mustahil ada yang mau dekat sama gue, gini menurut lo siapa orang yang sudi buat dekat-dekat sama cewek yang kesehariannya membosankan selain lo?"

"Nggak ada."

"Tepat," Athena membenarkan. "Udah pasti kalau semua ini bukan untuk gue, paham?"

Nara mencebik kesal. "Tapi tetap aja—ah, udahlah. Mending gue cabut ke kelas."

ATHARES✓Where stories live. Discover now