5. pengakuan

2.5K 208 26
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

Sinar matahari menyorot wajah seorang gadis yang masih terlelap dalam keadaan duduk di kursi belajar. Tangannya ditekuk di atas meja dengan kepala ada di atasnya. Gadis itu tampaknya habis membaca sebuah buku. Terbukti dengan adanya buku yang masih terbuka di samping lengannya.

Suara alarm Handphone berbunyi, pelan memang, tapi berhasil membuat gadis itu terusik. Pelan-pelan, mata indah gadis itu terbuka. Tangannya meraba handphonenya guna mematikan alarm. Setelah berhasil meraih Handphonenya, gadis itu terdiam sesaat.

"Astaghfirullah, aku ketiduran!" Dia melonjak kaget, dan segera bangkit.

Gadis itu berlari menuju kamar mandi yang ada di dalam kamarnya. Tapi belum sempat dia mengunci pintu, gadis itu keluar. Dia mencari sesuatu di gantungan baju. Benar saja, dia mencari handuk! Ceroboh memang.

Alfi keluar dari kamar mandi, kini dia memakai gamis warna pink. Pink merupakan warna kesukaannya. Terlalu kekanak-kanakan katanya, tapi Alfi tidak peduli.

Alfi melihat jam dari ponselnya, tepat tiga puluh menit lagi, dia harus menggantikan Abahnya mengajar di pesantren. Alfi mencari beberapa buku paket yang sempat Abah berikan. Buku itu berisi materi-materi yang akan Alfi bawakan saat mengajar.

"Hm, kelas sepuluh." Alfi segera membawa buku paketnya menuju kelas.

Di kalangan pesantren, Alfi dikenal sebagai keluarga ndalem yang baik hati, selalu ceria, berbeda dengan kakaknya yang mendapat julukan 'es batu Nurul Huda' begitupula di pondok putra, dirinya sering menjadi trending topik karena paras dan akhlaknya.

"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Selamat pagi," sapa Alfi dengan senyum manisnya.

"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Pagi Ning!" Seru semua santriwati.

Alfi berjalan mendekati meja guru, namun langkahnya terhenti ketika ada tangan yang menahan lengannya. Spontan, Alfi membalikkan badannya.

"Iya, kenapa?"

"Em, maaf Ning. Ini ada titipan bunga dari teman Ning Alfi." Santriwati itu menyerahkan satu buket bunga mawar. Alfi mengerutkan keningnya.

"Dari siapa?" Tanya Alfi sembari mengambil alih buket bunga tersebut.

Santriwati itu menggeleng pelan. "Kurang tau, Ning. Tadi saya habis beli gula, tapi ada yang menitipkan ini."

Alfi mendengus, sebenarnya siapa yang mengirim ini? Alfi meletakkan bunga itu di atas meja, kemudian mempersilahkan santriwati itu kembali duduk.

Alfi melepas tasnya, dan meletakkannya di atas meja. Dia mengambil ponsel untuk meminta Citra membawakan tugas yang belum sempat Alfi catat. Namun, Alfi terheran ketika melihat nomor tidak di kenal mengirimkannya pesan.

085865××××××
Bunganya udah sampai?

Alfi Hairani Ar Rasyid
Siapa, ya?

085865××××××
Your secret admirer

Alfi Hairani Ar Rasyid
Ini siapa? Jangan bercanda!

Sayangnya, pesan yang Alfi kirimkan hanya tertanda checklist satu abu-abu. Alfi mematikan ponselnya, masa bodoh dengan pengirim bunga itu.

"Baiklah, mari kita mulai pembelajaran hari ini dengan membaca doa bersama-sama."

-o0o-

Ceklekk!

Raihan masuk ke dalam ruangannya, dia melepas jas putihnya dan meletakkannya di sandaran kursi. Dia segera duduk. Tangannya memegang pelipis, hari ini moodnya hancur hanya karena mendengar pengakuan dari kakaknya.

Dokter Kampret ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora