33. Menyerah

1.3K 131 23
                                    

-o0o-
H A P P Y
R E A D I N G
-o0o-

"Akibat benturan keras di kepala Raihan saat kecelakaan, terjadi kerusakan pada otak yang mengakibatkan hilangnya ingatan pada masa lampau atau yang biasa disebut amnesia. Amnesia adalah gangguan yang menyebabkan seseorang tidak bisa mengingat kejadian yang pernah mereka alami. Raihan mengalami amnesia retrograde. Pada amnesia retrograde, pasien tidak bisa mengingat informasi atau kejadian di masa lalu pada masa-masa tertentu. Seperti kenangan lama ataupun kenangan masa kecil."

Farhan mengusap wajahnya kasar, itu tandanya Raihan tidak akan mengingat kenangan beberapa tahun yang lalu.

"Lalu, apa adik saya bisa kembali mengingat semuanya, dok?"

"Saya tidak bisa memastikan, bisa jadi amnesia ini hanya sementara. Atau mungkin, permanen."

"Tidak masalah, Raihan akan menjalani pengobatan dan beberapa terapi guna mengingat kembali memori yang hilang. Saya dan tim dokter akan berusaha semaksimal mungkin agar Raihan bisa kembali mengingat memori lamanya," lanjut dokter itu.

Farhan mengangguk, ia bangkit lalu menyalami tangan dokter. "Terima kasih, dok."

-o0o-

Angin sepoi-sepoi menerpa wajah cantik seorang gadis yang duduk termenung di tepian danau. Gadis itu memejamkan matanya, merasakan kedamaian yang beberapa waktu lalu tidak bisa ia rasakan.

Perlahan, air mata yang sedari tadi ia bendung luruh seketika. Tiba-tiba, wajah Raihan terbayang di benaknya, wajah ceria itu membuatnya rindu. Sakit sekali mengetahui kenyataan pahit yang tidak pernah ia duga. Lupa. Raihan telah melupakan semua yang pernah terjadi, dia melupakan bagaimana perjuangan mereka hingga bisa bertemu lagi. Dia melupakan awal kisah di mana sebuah tragedi di tidak masuk akal di kantin Rumah sakit kala itu. Raihan telah melupakan semuanya, melupakan cinta yang pernah Alfi curahkan.

"Mungkin benar, Manusia hanya bisa berencana tapi Allah tetap menjadi pusat perencanaan."

"Doker tau, saya di sini sudah berharap banyak. Bahkan setiap malam saya membayangkan bagaimana nanti hidup saya setelah anda hadir. Namun sepertinya, ekspetasi tidak seindah realita." Alfi terkekeh pelan, ia membuka matanya.

Objek pertama yang ia lihat adalah pantulan matahari yang mulai tenggelam. Senja, dia mengajarkan kita bahwa yang datang pasti akan pergi. Tidak ada yang kekal abadi.

Alfi menengok ke samping, sudah ramai orang yang menikmati waktu sore mereka di sini. Perlahan Alfi berdiri, ia menepuk-nepuk gamis belakangnya menghilangkan debu. Sudah cukup sore, itu tandanya ia di sini dua jam lamanya.

Alfi memilih segera pulang, karena waktu yang hampir petang.

"Semua yang hadir patut disyukuri, perjuangkan jika masih bisa. Pertahankan jika masih mampu, karena hakikatnya orang yang pergi tidak akan bisa kembali."

Langkah Alfi berhenti, bertepatan dengan tetesan hujan yang mulai turun membasahi jilbab gadis itu.

"Semua butuh waktu, tidak ada yang instan. Semua butuh usaha, pada awal dakwah, Rasulullah tidak langsung mendapat jutaan pengikut. Karena Allah mau, hamba-Nya berusaha. Semua hanya tentang waktu dan usaha, Alfi."

Alfi memejamkan matanya, mencerna baik-baik ucapan orang yang familiar di belakangnya. Usaha. Iya, Alfi akan usaha tapi dia butuh waktu untuk menenangkan diri.

Dokter Kampret ✓Where stories live. Discover now