Ch. O2

1.8K 303 13
                                    

"Selamat pagi nona." Ucap Farga, Fargo, Alois dan Darius bersamaan.

"Pagi." Aku mengucek mataku.

Mereka berempat berdiri di kedua sisi ranjang baruku.

Mulai hari ini aku adalah seorang penguasa kota kecil bernama Axton. Banyak hal yang tidak aku mengerti, banyak hal yang masih menjadi misteri dan banyak hal yang harus aku tangani.

Flashback on

"Jangan bilang bahwa kalian semua adalah selir perdana menteri kalian itu." Aku bertanya sambil berharap bukan mereka orangnya.

"Aku mohon bukan mereka semua." Aku berdoa dalam hati.

"Kami semua selir perdana menteri yang dulu nona." Carel tersenyum lebar.

Sial

"Baiklah, jika kalian ingin aku menjadi pemimpin disini maka aku akan melakukannya." Ucapku.

Sebagai dari mereka tersenyum dan sebagiannya lagi acuh.

"Tapi kalian semua harus pergi dari kastil ini!" Aku tersenyum manis menatap mereka satu persatu.

"HAH?" Mereka melotot kearahku secara bersamaan.

Mungkin aku terdengar tidak tahu diri karena telah merampas tempat tinggal mereka, tapi apa peduliku? Aku bisa merekrut karyawan jika mereka semua ku usir, gampang kan?

"T-tapi nona, kenapa kami harus pergi dari sini?" Tanya Carel.

Karena aku membenci semua jenis laki-laki. Tapi aku tidak harus mengatakan itu bukan? Karena itu bukan sesuatu yang bisa dijadikan alasan.

"Ah, ya karena aku tidak butuh orang yang tidak berguna."

"Siapa yang anda maksud, kami tidak berguna?" Tanya Darius tidak terima.

Aku menatapnya malas, "Menurutmu?"

"Kau, kau, kau, kau, dan kalian semua adalah selir bukan?"

Mereka mengangguk.

"Tapi majikan kalian itu pergi meninggalkan kalian, jadi untuk apa aku memungut selir orang lain yang bahkan tidak aku kenal,"

"Ta--"

"Dan kalian kira aku akan berbaik hati kepada kalian hanya karena kalian tampan? Cih jangan bercanda! Di dunia ini tidak ada yang gratis, jika ingin hidup maka bekerja!" Tolong jangan mengataiku tidak tahu diri karena tanpa kalian katakan pun aku tahu aku tidak tahu diri.

Mereka tertunduk.

Aku agak membenci pria tampan. Mereka adalah orang-orang yang mengandalkan wajah, kata-kata manis dan perhatian palsu mereka untuk memikat hati wanita dan meninggalkannya begitu saja setelah bosan.

Aku menghela nafas.

Mereka semua masih setia tertunduk dan tidak ada satupun yang mengeluarkan suara apalagi berani protes.

Akulah Sang Perdana MenteriWhere stories live. Discover now