Pergi

7 3 0
                                    

Di bandara

Seorang perempuan cantik sedang duduk menunggu kakaknya, ya siapa lagi jika bukan Alna. Karena dia terlalu lama menunggu dan bosan akhirnya dia memutuskan untuk mencari resto di dekat sana. Sebenarnya ia bisa saja langsung masuk ke dalam pesawatnya, karena itu milik pribadi. Tapi Alna memilih menunggu kakaknya selesai meeting, ia tidak mau sendirian disana.
Saat Alna ingin beranjak dari sana, tiba-tiba ada seseorang yang mencegah dia untuk pergi.

"Alna tunggu"

"Ka Farel? Kok kakak bisa tau aku disini?"

"Emm... Iya aku minta maaf, aku cari informasi tentang kamu, aku masih ga yakin kalo kamu...." ucapan Farel terpotong.

"Ka udah ya, kakak ga usah cari tahu tentang aku lagi, kita udah putus, jadi kita jalanin hidup kita masing-masing, oke?" potong Alna.

"Tapi Al... Kakak ga yakin sama yang kamu omongin kemaren" ucapnya sambil memegang lengan Alna.

"Ka udah cukup!" sentak Alna. Namun Farel langsung memeluk Alna.

"Aku ga bakal nyerah Al, aku bakal cari cara biar kita bisa bersama, aku janji Al"

"Kak aku mohon.... jangan kaya gini.... aku.... aku ga mau kalo kita.... hiks.... ngelanjutin ini lagi.... karena.... hiks... hiks.... " ucapnya tersendat-sendat.

"Karena aku ga mau kamu jadi terluka dan menjadi korbannya" batin Alna.

Tanpa mereka sadari Julius dan Steven melihat interaksi mereka. Alna melepas pelukannya Farel.

"Karena apa Al? Cerita sama aku, ngomong Al jangan diam aja" ucap Farel sambil menggoyangkan bahu Alna. Julius yang melihat adiknya di tekan seperti itu ingin menghampiri Alna tapi di tahan oleh Steven.

"Kasih mereka waktu untuk bicara" ucap Steven, Julius ingin protes pun membiarkan adiknya. Mereka hanya memantau Alna dan Farel dari jauh.

"Aku harus pergi kak sorry"

"Al? Tapi kamu belum jawab aku" protes Farel. Langkah Alna terhenti, ia terdiam sesaat untuk membulatkan tekadnya, lalu berbalik menghadap Farel.

"Aku benci sama kamu kak, karena papah kamu papah aku jadi korbannya, persaingan mereka akan berlanjut sampai ke anaknya. Sebaiknya kamu siap-siap karena aku dan kakak-kakak aku bakal bales semua perbuatan papah kamu ke papah aku" ucap Alna dengan tatapan mata tajam.

"Maksud kamu apa? Kakak ga ngerti?"

"Tanya saja sama papah kamu" ucapnya dingin lalu berbalik pergi meninggalkan Farel dengan sejuta tanya dan sakit hati, ia masih tak menyangka jika Alna membencinya.

Ia bisa terima jika Alna mau pergi tapi untuk membencinya, ia tak akan sanggup. Ia tak menyadari jika di samping kanan dan kirinya ada seseorang, tidak bukan satu orang tapi dia orang.

"Sebaiknya lo lupain Alna!" ucap Julius yang seperti perintah, lalu ia berjalan meninggalkan Farel dan kakaknya. Steven hanya bisa menepuk-nepuk pundak Farel, lalu bergegas menyusul adik-adiknya.

***
Didalam pesawat

Alna memilih untuk duduk sendiri, ia bahkan mengusir kedua kakaknya, hal hasil mereka hanya bisa pasrah. Alna hanya diam memandangi awan putih yang bertaburan di langit.

Sangat indah tapi tak mampu membuatnya tersenyum. Senyumannya sudah hilang saat ia menaiki pesawat ini. Seorang pramugari membawakan makan siang untuk Alna.

"Permisi nona, ini saya bawakan makan siang, nona harus makan perjalanan masih panjang dan nona belum makan apa pun sejak pagi" ucapnya ramah dan meletakan makanannya.

Falna? [End]✔Where stories live. Discover now