XLIV

174 43 8
                                    

"Yang Mulia."

Audrey berjalan terburu-buru memasuki ruangan sang raja. Sementara Jeffrey yang kini berdiri menghadap lukisan besar miliknya itu pun perlahan berbalik.

"Kau menemukan sesuatu?"

"Berdasarkan kesaksian beberapa penjaga istana ratu, mereka seringkali melihat sosok Paulo yang datang berkunjung. Tak jarang mereka bertatap muka di taman belakang kerajaan."

"Dan?"

"Beberapa kali juga Paulo mengawal ratu untuk pergi dari istana."

"Kemana? Bagaimana dengan Elena?"

"Mereka selalu bertemu disaat Elena tak mendampingi ratu. Tidak ada yang mengetahui kemana mereka pergi. Tetapi sepertinya tidak jauh. Karena Yang Mulia selalu kembali tepat sebelum gerbang istana di tutup."

Sahutnya sedangkan Jeffrey kembali berbalik dan menghela nafas pelan.

"Pengawal setia Charles bertemu dengan Joana yang merupakan mantan majikannya.. Menarik."

Gumam pria itu hingga sebuah ketukan pelan membuat keduanya menoleh keasal suara dan mendapati Ludwiq yang kini berdiri diambang pintu.

"Ada apa?"

"Pangeran Kei datang berkunjung untuk memberi salam."

"Kei? Sudah cukup lama aku tak melihat sepupuku itu. Hal yang cukup langka ia datang berkunjung."

"Saya akan memintanya untuk menunggu di aula."

"Tidak. Aku akan menemuinya sekarang."

Sahut sang raja mengambil langkah keluar dari ruang kerja dengan diikuti kedua pengawal setianya.

Tak memakan waktu lama bagi Jeffrey untuk kembali ke kediamannya hingga ia menghentikan langkahnya kala mendapati sosok ratunya itu dan Key yang terlihat dalam pembicaraan serius. Ketika Audrey hendak mengabarkan kehadirannya, pergerakan tangan Jeffrey memberinya isyarat untuk tetap bungkam.

Ia sedikit terkejut kala melihat Key mendekat dan membelai lembut pipi wanitanya. Begitu besar amarah yang ia rasakan saat ini hingga membuatnya nyaris menghunuskan pedangnya.

"Apa yang kau lakukan disini pangeran Key?"

Setelah terdiam cukup lama, pria itu pun memutuskan untuk buka suara. Dapat ia lihat tersenyum tipis Key berjalan mendekatinya seraya membungkuk ringan.

"Bagaimana kabar anda Yang Mulia? Maafkan saya karena jarang berkunjung."

Ucapnya sedangkan Jeffrey tersenyum simpul menanggapi ucapan sepupunya itu.

"Seperti yang kau lihat. Aku selalu sibuk."

Sahutnya kemudian mengalihkan pandangan pada Joana yang tampak gugup.

"Apa kau menemui ratuku secara diam-diam?"

"Bagaimana bisa saya berani melakukannya? Kami tak sengaja bertemu saat dalam perjalanan untuk menemuimu."

"Benarkah? Lalu apa yang ratuku lakukan disini? Mengapa tak ada pelayan yang menjagamu?"

"Aku datang untuk membawakan makanan ringan untukmu."

Sahut Joana tersenyum kikuk. Tak menyadari perubahan raut wajah sang raja.

"Untukku?"

"Akhir-akhir ini yang kulihat kau tak memiliki nafsu makan. Jadi aku berpikir membuatkan beberapa untukmu."

"Sepertinya lezat. Kau pergilah lebih dulu ke ruanganku. Ada beberapa hal yang harus kubahas dengan pangeran."

"Em."

"Lord Ludwiq, antar ratuku."

"Baik Yang Mulia."

Sahut pria berbadan besar itu seraya mengawal langkah Joana yang kini menghela nafas lega.

-

Joana berdiri dengan tatapan kosongnya. Membiarkan Elena melakukan tugasnya menggantikan gaun untuknya.

Seperti yang dijadwalkan, malam ini adalah malam dimana sang raja dan ratu akan berbagi ruangan yang sama dan menghabiskan waktu panjang mereka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Seperti yang dijadwalkan, malam ini adalah malam dimana sang raja dan ratu akan berbagi ruangan yang sama dan menghabiskan waktu panjang mereka. Semua orang tampak bahagia namun tidak bagi Joana yang dilanda dengan perasaan cemasnya. Menggenggam erat sebuah botol di tangannya hingga nyaris melukai telapak tangannya.

"Semuanya sudah selesai. Anda hanya perlu menunggu hingga Yang Mulia raja tiba."

Ujar Elena membungkuk ringan sebelum akhirnya bergegas pergi. Sementara Joana perlahan menghela nafas panjang dan terduduk di ujung ranjang dengan deru nafasnya yang tak teratur. Tatapannya beralih pada sebuah cangkir minum sang raja.

Dengan menggigit bibir bawahnya, gadis itu menggerakkan tangannya membuka tutup botol. Menuangkan cairan dalam botol tersebut ke dalam cangkir minum milik Jeffrey. Tampak jelas tangannya bergetar hebat kini. Setelah melakukannya, Joana bergegas membuang botol tersebut dan kembali duduk di tempatnya.

"Tidak apa-apa. Semuanya akan baik-baik saja. Kau akan baik-baik saja Joana. Kau sudah melakukan yang seharusnya. Benar. Setidaknya aku harus membalaskan dendam keluargaku."

Gumamnya bermonolog pada diri sendiri. Gadis itu sedikit tersentak kala mendengar suara pintu yang terbuka. Memaksakan senyumnya kala melihat sosok sang raja yang kini berjalan mendekat.

"Kau tampak menakjubkan malam ini. Tidak. Kau selalu menakjubkan."

"Anda..datang, Yang Mulia."

Jeffrey tersenyum menanggapi ucapan Joana. Membelai lembut pipi ratunya itu dan mengecup singkat bibir cerinya.

"Ada beberapa pekerjaan mendesak. Maaf karena kau harus sedikit menunggu untuk itu."

"Tidak masalah. Pelayan juga baru saja selesai dengan tugasnya."

"Oh? Ini teh kesukaanku."

Tangan besar itu meraih cangkir minumnya yang telah terisi penuh dengan teh. Mendekatkan pada wajahnya dan menghirup dalam aromanya seraya memejamkan mata sejenak.

"Aroma yang selalu kusukai. Sangat menenangkan dan begitu memabukkan. Bukankah begitu, ratuku?"

"Hm? Ah.. Ya benar."

"Aku ingin kau mencicipinya lebih dulu."

Ucapan Jeffrey membuat Joana membelalakkan matanya. Menatap tak percaya pada pria yang kini tersenyum tampan.

"Aku? A-aku tak menyukai teh rosella."

"Mengapa? Teh ini sangat nikmat. Bukankah kau menyukai rasa kecut?"

Pria itu kembali menyorokan cangkir dalam genggamannya. Lama Joana menatap kosong pada cangkir sang raja sebelum akhirnya ia tersenyum dan menghela nafas pelan.

'Benar. Ini lebih baik.'

Batin gadis itu seraya meraih secangkir teh rosella milik sang raja. Membalas tatapan Jeffrey dan tersenyum begitu manis dengan tatapan sendunya. Mendekatkan cangkir teh dalam genggamannya dan menempelkan bibirnya bersiap untuk meneguk secangkir teh yang telah ia seduhkan untuk rajanya.

~~~

JOANA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang