[20] Gejolak

655 146 94
                                        

gomawo atas semua penilaiannya. yang belum komen soal cerita ini, komen kuy biar buat evaluasi begitu :"

can u give me a vote for this (sad) part?

happy reading 💓

Hari ini persiapan menghias kelas mencapai tahap final. Hari ini pula akan diadakan perayaan ulang tahun sekolah yang ke 28 tahun. Umur SMA Gemilang yang semakin bertambah begitu pula dengan kualitas anak didiknya.

"Woi, semuanya dalam kendali?"

Osis membuat perayaan dengan membuat acara tumpengan dan membagikan nasi kuning lengkap dengan lauk pauk ke semua kelas. Bekerjasama dengan kantin, Osis mampu menggalang dana dari internal dan eksternal yang cukup untuk memesan setidaknya 1.700 nasi kotak kuning beserta kaus seragam tiga angkatan.

Kaus itu memiliki lambang SMA Gemilang di bagian depan. Lengkap dengan tulisan kapital SMA GEMILANG melingkar di bawah logo.

Di bagian belakang kaus, terdapat tulisan jurusan sesuai dengan yang ditempati. Tulisan dibuat di bagian punggung atas karena punggung didominasi oleh angka 28 yang tercetak besar.

"Semuanya sudah siap, Van?"

Nadine, Larissa, dan Naira disibukkan dengan pembagian nasi kotak. Sehari sebelumnya mereka juga disibukkan dengan pembagian kaus untuk semua warga sekolah.

"Siap." ujar Royvan selesai menghitung semua jatah nasi. Sebenarnya Naira sudah melakukannya, tetapi Royvan diperintahkan Jason untuk memperkecil segala kemungkinan kesalahan. Jadilah ia memeriksa semua jumlah nasi itu.

"Jadi gue bisa mengumumkan untuk perwakilan kelas mengambil nasi, kan?" ujar Rea berdiri di depan pintu bersiap ke ruang guru.

"Iya sana, umumkan." ucap Adira mengusir. "Sekalian ulangi dua kali biar mereka pada mendengar."

"Oke, Dir." ujar Rea pamit lekas ke ruang guru. Tepatnya ke studio penyiaran yang letaknya bersebelahan dengan ruang guru.

Adira menatap Royvan yang menyibukkan diri. Sejurus kemudian, ia mendekati lelaki itu. "Van, akhir-akhir ini lo lebih murung dari biasanya." ujar Adira sebagai pembuka obrolan mereka. "Apa lo sedang ada masalah?" tanyanya.

Royvan mendongak. Menampilkan sisi wajahnya yang datar. "Kenapa?" balasnya dingin.

Adira sukses tergugup. Interaksi mereka ditonton oleh Naira dan Nadine yang merupakan teman sekelas Royvan. "Ya gue perhatikan lo itu-"

Ucapan Adira terputus tatkala Royvan menyelanya. "Nggak usah perhatikan gue. Urus saja kehidupan lo sendiri."

Tatapan Adira melunak, tidak segalak saat menatap orang lain. Hanya Royvan seorang yang mampu membuat Adira sangat jinak. "Tapi Van, gue pengen banget bisa membantu lo keluar dari setiap masalah."

Mendengar ucapan Adira, bibir Royvan melengkung membentuk seringaian. Ia meletakkan papan kerja di atas nasi kotak dan menatap Adira dengan datarnya. "Apa lo benar-benar bisa membantu gue keluar dari masalah?"

Adira mengangguk antusias. Merasa mendapat lampu hijau, Adira membalas. "Iya! Gue akan melakukan apa saja untuk membantu lo keluar dari masalah."

Royvan berdecih. Ia mendekati Adira dengan tatapan yang tak bisa diartikannya. Naira dan Nadine menunggu dengan was-was kejadian selanjutnya.

"Kenapa lo bisa seyakin itu membantu gue keluar dari masalah?"

Adira berusaha menguatkan tekadnya. Tatapan Royvan terasa seperti sebilah pisau yang tajam. Hal itu membuatnya tidak mampu menatap lama-lama iris Royvan. "Karena gue.. suka sama lo, Van."

SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYМесто, где живут истории. Откройте их для себя