"Sumpah Ca, Abay aneh banget!"
Agista merebahkan dirinya menatap langit-langit kamar Izly. Ia tengah numpang main di rumah Izly karena bosan di rumahnya sendiri. Tidak ada Kak Vino yang menjadi teman ngobrolnya. Oleh karena itu ia memilih main saja ke rumah Izly. Mumpung, Izly hanya berdua dengan adik perempuannya.
"Soal dia bilang hubungan lo sama dia kayak sepasang merpati?" terka Izly setelah menyesap teh chamomile. Agista mengangguk dan mendudukkan dirinya.
"Iya woy. Dia aneh banget. Kayak sepasang merpati? Norak woy."
"Ambil sisi baiknya aja. Mungkin maksud dia hubungan kalian kayak persahabatan yang sangat setia."
Agista menopang dagunya. "Begitu ya? Jadi Abay nggak mungkin suka sama gue kan?"
Izly menggeleng. Ia merasa geli mendengar penuturan Agista. "Nggaklah. Menurut gue, Abay melihat lo itu sebagai Adik doang. Nggak lebih. Lagipula, Abay lagi proses deketin seorang cewek lho."
Kedua mata Agista melotot. "Masa Abay lagi deketin cewek?! Lha nasib Stella gimana?"
"Stella kan sudah punya Joey Ta. Masa Stella harus dapat dua keluarga Dewantara. Nggak lucu ya."
"Iya sih, eh tapi siapa cewek yang lagi dekat sama Abang gue itu?"
Izly duduk di samping Agista dan menggulir laman instagram dengan gesit. "Tahu lah. Itu cewek yang namanya Ana Tessa. Abang lo terang-terangan suka sama dia."
Agista beroh ria. Walaupun sejatinya ia tak paham dengan siapa yang dimaksudkan Izly. Ana Tessa. Tapi ia mencatat nama itu dalam benaknya supaya suatu saat ia bisa menanyakannya kepada Abay.
"Kakak, ada orang tuh." ujar Adik Izly yang baru berusia dua belas tahun. Namanya Nabila Salma Anindya. Panggilannya, Nabila.
"Siapa Bil?" tanya Izly bingung. Begitu pula Agista yang menyimpan rasa penasarannya di dalam dirinya.
"Entah, nggak tahu. Tapi dia cowok. Mungkin seumuran sama Kakak." ujar Nabila membuat Izly dan Agista saling pandang. Pemikiran mereka tertuju pada satu nama.
Hildan.
Segera Agista dan Izly bergegas menuju ruang tamu dengan saling dorong. Nabila yang melihat itu pun mengikuti mereka dan mengintip percakapan dari balik gorden. Ia cukup penasaran dengan laki-laki itu.
Soalnya laki-laki itu tampan sih.
"Tuhkan bener dugaan kita, ini pasti Hildan." ujar Agista tatkala melihat figur lelaki berdiri dan membawa bingkisan di tangannya. Hildan agak terkejut melihat keberadaan Agista.
"Halo Ta," sapa Noel melambaikan tangannya. Hildan malah terpaku pada Izly yang berada di samping Agista.
"Noel? Wah, sudah lama nggak ngobrol ya? Eh iya, gue denger lo jadian sama Pita. Dimana pacar lo itu?" ujar Agista asyik sendiri dengan Noel.
"Oh Pita? Iya. Dia lagi nungguin gue di mobil." tunjuk Noel ke arah mobilnya yang terparkir di luar gerbang rumah Izly.
"Wah keren banget ya lo sudah pacaran." Apalah nasib gue sendirian mulu. Lanjut Agista dalam kebatinannya.
"Eh iya, karena nggak ada orang tua gue, kalian nggak boleh masuk ya. Maaf." ujar Izly membuat Noel menyenggol lengannya. Lalu Noel berbisik.
"Buruan kasih Dan. Jangan lemot."
Hildan langsung menyodorkan totebag di tangannya setelah menarik napas. Izly menatapnya datar. Izly kejam emang.
"Ca, ini dari gue. Diterima ya?"
YOU ARE READING
SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITY
Teen FictionIni masih tentang kelas XII IPA 7 yang sudah melepas gelar Silvernya dan menyandang gelar Diamond, suatu gelar paling tinggi yang pernah SMA Gemilang berikan. Ini bukan lagi masalah besar, melainkan pertikaian antaranggota yang tak bisa dihindarkan...
