[21] Adiknya Abay

784 151 69
                                    

votenya ges, komen juga janlupz, yes

happy reading 💗

Galang tengah memikirkan suatu hal dengan amat serius. Ia menopang dagu dengan kedua tangannya. Lalu ia menegakkan tubuhnya.

"Heh, coba tebak anjing apa yang kakinya dua?" ujarnya kepada teman-teman lakinya yang ada. Soalnya Royvan mengikuti acara sebagai tugasnya dan Zaga menghilang entah kemana. Zaga memang jarang di kelas karena menurutnya membosankan.

Dava mengernyit, merasa ucapan Galang salah. "Anjing yang kakinya buntung depan belakang?" terkanya mencoba logis.

"Salah!" ujar Galang. "Tebak lagi."

Fian melepaskan headphone dan menatap Galang dengan serius. "Anjing yang terkena mutasi genetik?" ujarnya.

"Ya nggak sampai serius itu lah Yan." ujar Juan merasa jawaban Fian terlalu kaku. Tetapi hal itu wajar mengingat mereka berada di jurusan IPA.

"Anjing yang kakinya buntung depan doang?"

Gakang berdecak. "Bukan, ngawur!"

"Anjing yang kakinya buntung belakang?"

Galang merasa gedhek. "Bukan, anjim!"

"Lalu apa?" tanya Farel dengan bingung. Biasanya ia membuat tebakan aneh, tetapi kini ia membuang-buang pikiran dengan menjawab pertanyaan Galang.

Galang menahan senyumnya. Baru saja ia hendak menjawab, suara Hendra mencegahnya.

"Gue tahu, anjing yang kakinya dua itu lo, kan Lang?"

"Woi, Ndra, kalau ngomong sukanya bener!" ujar Satya tertawa mendengar penuturan Hendra. Lelaki itu tak habis pikir dengan Hendra. Galang memasang wajah piasnya dan ingin sekali menghajar Hendra.

"Woilah jangan sekate-kate lo. Ganteng gini dibilang kayak anjing! Buta mata lo?"

"Lo memang anjing sih, Lang. Apalagi kelakuan lo itu, beuh ber-damage. Damage kayak anjing maksudnya." ujar Kenan begitu saja membuat Galang ditertawakan. Seketika Galang merajuk.

"Ahaha, makanya Lang, nggak usah sok-sokan ngasih tebak-tebakan kalau ujung-ujungnya lo rugi sendiri." ujar Dava tertawa sambil menepuk-nepuk punggung Galang. Betapa berdosanya dia melihat teman sedih dan ditertawakan.

"Lang lo itu punya bakat berpikir yang terpendam, sebaiknya dipendam saja." ujar Farel. "Mending lo simpan tenaga buat tampil di acara nanti malam."

Galang benar-benar kesal. Apalagi ucapan Juan kali ini. "Lo tidak ditakdirkan untuk berpikir Lang, beruntungnya."

Mendadak, Fariz berteriak dengan lantang. "Heh ges, gue punya video cewek yang nggak pakai baju!"

Seketika raut wajah mereka berubah sangat berbeda. Mereka langsung menyahut dengan keras, terutama Juan, Galang, dan Dava. "Wei mana-mana, bagilah!"

"Ayo Riz kasih tunjuk biar kuburan lo nggak sempit!"

"Nggak lo kasih lihat ntar lo jadi homo lho."

"Buruan woi!"

Keantusiasan mereka membuat Hendra mengerlingkan matanya jengah. Hanya Abay, Azka, dan Satya yang tak tertarik dengan ucapan Fariz dan isi ponselnya. Abay lebih memilih merokok. Satya enggan merapat karena diawasi Aliza, padahal sebenarnya mah dia mau sekali. Azka benar-benar murni tidak minat.

Fariz menunjukkan ponselnya. "Nih!"

Bukan mendapat perempuan tidak berbaju, Galang, Juan, Farel, Dava, Kenan, dan Fian sukses dibuat kesal karena Fariz.

SCIENCE 7 : UNITY IS PRIORITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang