Seven : ラィゥレ あくま

202 36 2
                                    

"Ya! Yang Jeongin, kau mau ke mana!?"

"Ikasete," Jeongine memberontak, berusaha melepas tangan Hyunjin yang menariknya. (Biarkan aku pergi)

"Yang Jeongin!"

"Nani?" Jeongin menghempaskan tangan Hyunjin, membalikkan badannya menghadap pilar api itu.

"Ikanaide," tatap Hyunjin ke mantan muridnya itu. (Jangan pergi)

"Aku tidak bisa. Aku harus pergi, Hyunjin-san."

"Ajak aku! Jangan pergi sendirian."

Jeongin tersenyum, "apa boleh?"

"Boleh, aku akan minta ijin pada Jinyoung-sama. Kamu tunggu di sini, jangan kemana-mana."

Hyunjin mengisyaratkan Jeongin untuk diam di tempatnya, laki-laki berpilar api itu pergi dari hadapan Jeongin.

Jeongin menghela nafasnya, ia duduk di bangku tepat di bawah pohon sakura yang sedang mekar, menikmati segarnya udara.

Namun siapa sangka, saat ia duduk di sana. Matanya menangkap sosok yang tidak asing, mereka adalah pilar laut dan pilar es.

Jeongin mengamati kedua pilar tersebut, tampaknya bisa ia simpulkan jika mereka bertengkar.

"Mengapa mereka itu?"

Jeongin turun dari bangku, berjalan mendekati kedua pilar yang cek-cok itu.

"Kamu keterlaluan, bilang saja jika ingin putus dariku!"

"Hannie, bukan itu maksudku. Akuー"

"Ino-kun berbohong hiks ..."

"Sebentar, kalian ini bertengkar masalah apa sih?"

Minho menoleh ke suara, Jeongin di sana berjalan mendekatinya dan juga Jisung.

"Sepertinya dia salah paham, Jeongin-chan." Minho berujar.

"A-aku tidak salah paham hiks ... Ino-kun saja yang berbohong!"

Baiklah-baiklah, sepertinya Jeongin harus mengurus kedua pasangan ini. Ribut sekali hanya karena masalah sepele.

"Minho-san, bisa kamu jelaskan kejadiannya?"

Minho mengangguk, ia mulai menceritakan semua kejadian awal hingga akhir secara detail. Jisung mendengar nya, ia sedikit luluh dan percaya.

Namun yang namanya Han Jisung, ia pasti akan tetap kukuh dengan pendiriannya, karena itu ajaran dari sang ayah.

"Haik, aku mengerti." (Baik)

Jeongin beringsut ke arah Jisung, menggenggam tangan si manis kekasih pilar laut itu.

"Ji-san, Minho-san tidak berbohong. Ia benar-benar jujur," lontar Jeongin.

"B-benar?"

Jeongin tersenyum tipis dan mengangguk, "sudah, kalian berbaikan ya?"

Jisung mengangguk polos, ia menatap ke arah Minho, memeluk kekasihnya.

"Gomenne, Ino-kun." (Maaf)

"Daijobu, Hannie." Minho mengelus surai Jisung, menenangkan kekasihnya agar tidak terlalu larut dalam penyesalan. (Tidak apa-apa, Hannie)

Jeongin menaikkan kedua sudut bibirnya melihat interaksi kedua laki-laki di depannya. Seketika, ia berharap ingin memiliki kekasih seperti Minho dan mempunyai hubungan manis layaknya mereka.

Tapi Jeongin ingat, dia tidak bisa mewujudkan semua itu. Hidupnya akan dia habiskan untuk mencari iblis yang membunuh keluarganya.

"Yang Jeongin!"

Jeongin menoleh ke belakang, melihat Hyunjin berlari ke arahnya.

"Sudah kubilang untuk diam di tempat. Aku bingung mencarimu, hei!"

Jeongin terkekeh pelan, menundukkan kepalanya pelan.

"Gomenne, kkkk" (Maaf, hehe)

Hyunjin menghela nafasnya, arah matanya melihat pasangan berpelukan tepat di depan Jeongin.

"Kalian?"

Jeongin mengikuti arah pandang Hyunjin, sembari tersenyum tipis.

"Mereka habis bertengkar."

Hyunjin mengangkat alis sebelah, "lalu apa hubungan mu dengan mereka? Jika mereka bertengkar ya sudah. Kamu tidak perlu ikutan."

Senyum Jeongin menghilang, ia menatap Hyunjin kemusuhan dan memukul pelan lengan pilar api itu.

"Tidak heran kau melajang terus, Hwang. Sifat mu itu menjengkelkan." Minho menyahut.

"Terus apa hubungannya denganmu, Nii-chan?" (Kakak)

"Sstt, Hyunjin-san, sudahlah ..." Bisik Jeongin.

"Kami akan pergi, gomen atas kelakuan Hyunjin-san."

Jeongin menarik Hyunjin menjauh dari Minho dan Jisung, agar Hyunjin tidak menganggu ketenangan mereka.

"Ya, Yang Jeongin!"

Jeongin menulikan pendengarannya, ia terus menarik Hyunjin, tanpa peduli pandangan pelayan yang bekerja di tempat kamp pemburu iblis.

Sementara Minho dan Jisung terkekeh melihat kedua laki-laki yang sempat bicara dengan mereka. Hyunjin dan Jeongin sangat lucu bagi mereka.

"Mereka sangat cocok bukan?" Jisung mendongak ke atas, memandang wajah Minho.

"Benar, kuharap mereka menjalin kasih. Aku iba melihat Hyunjin melajang karena sifat nya."

--

"Kamu tau kita akan kemana?" Tanya Hyunjin.

Jeongin setia terdiam, fokus berjalan tanpa memperdulikan Hyunjin di belakangnya.

"Cih, sombong sekali ... " Cibir Hyunjin pelan.

Jeongin mendengarnya, tapi dia masa bodoh dengan Hyunjin. Nanti saja diurus, yang terpenting ia harus sampai di tempat yang dicarinya.

Srakk

Jeongin menyingkirkan semak di depannya, berjalan ke depan, sembari memandang bangunan tua yang dicarinya.

"Akhirnya ..."

Hyunjin memandang bingung, "kamu mau apa di sini?"

"Bertemu Ra Lilur Akuma."

19/03/2021

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

19/03/2021

Nay, akhirnya kita bertemu lagi

[✓] あくま [hyunjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang