Nine : ぜろ ( 2 )

184 30 0
                                    

"Ikanaide! Jeongin," teriak Hyunjin sambil mengejar Jeongin.

Jeongin tidak peduli, laki-laki itu terus berjalan meninggalkan Hyunjin di belakang.

Ada alasan, mengapa Jeongin seperti ini?

Itu karena Hyunjin memaksanya untuk tidak pergi. Jeongin benar-benar muak jika Hyunjin menghentikannya.

Jeongin harus menyelamatkan Izumi, ia tidak bisa membiarkan adiknya menderita. Tapi Hyunjin selalu mencegahnya.

Seperti menghalangi untuk tidak mengambil langkah lebih lanjut dalam menyelamatkan Izumi.

Jelas Jeongin marah, maka dari itu dia harus benar-benar meninggalkan Hyunjin, ia bahkan tidak meminta atau berharap pilar api itu membantunya.

"Jeongin!"

Jeongin membalikkan badannya, menepis tangan Hyunjin yang memeganginya.

"Nani? Hyunjin-san mau menghentikan ku lagi?"

Hyunjin mengangguk, "itu berbahaya, Jeong. Jangan ya? Kumohon ..."

"Iye, aku tetap akan pergi. Tujuan ku menjadi pilar hanya untuk mengembalikan Izumi seperti semula." (Tidak)

Jeongin melangkahkan kakinya lagi, namun ia tertahan dan justru tubuhnya tertarik ke belakang.

Chup

Laki-laki manis berparas bak rubah itu terdiam. Otaknya masih memikirkan kejadian barusan yang terlintas.

"Apa itu tadi?"

Hyunjin mengangkat kepalanya, memandang dalam wajah Jeongin.

"Aishiteru, Yang Jeongin." (Aku mencintaimu)

--

"Hachim!" Seungmin mengusap ingus yang meler di hidungnya.

Flu benar-benar menyerang laki-laki manis itu. Meski dia pilar cinta yang menggunakan kipas sebagai senjata utama, tetap saja penyakit bisa menyerang. Kim Seungmin kan hanya manusia biasa.

"Kau kenapa, Mong?" Tanya Chan khawatir.

"Biasa Chan, lagi kena flu. Sekarang kan musim dingin."

Chan mengerutkan dahinya bingung, telapak tangan menganggur ia gunakan untuk menyentuh dahi Seungmin.

"Kau demam, Mong. Mangkanya melantur," ujar Chan.

"Apa maksud mu Chan? Aku hanya terserang flu saja."

Chan menggelengkan kepalanya, ia menaruh katana nya di balik punggung, kemudian menggendong Seungmin.

"Channn turunkan aku!"

"Tidak akan."

Chan membawa Seungmin ke kamar nya, menyuruh laki-laki itu untuk beristirahat karena demam.

Tidak hanya itu saja, Chan merawat Seungmin juga. Kebetulan, dia sedang kosong tugas.

"Tidur saja di sini. Aku ambilkan teh dan obat."

"Tidak perlu, itu merepotkan Chan."

Chan tersenyum, mengelus pelan surai hitam Seungmin, "tidak. Aku hanya ingin merawat mu saja. Daripada aku menganggur."

Pipi Seungmin merona merah, ketua pilar itu benar-benar tau cara membuat orang jantungan ya.

"Aku pergi dulu."

Chan pergi dari kamar Seungmin, kini hanya tersisa pemilik kamar saja di sana.

Seungmin menutup matanya, berpikir sejenak. Ia memikirkan penyebab dirinya terserang demam di musim panas seperti ini.

"Apa ada pasangan baru?" Pikir Seungmin tiba-tiba.

--

Canggung.

Itulah suasana Hyunjin dan Jeongin saat ini. Keduanya berjalan bersama untuk mencari Raja Akuma. Tanpa petunjuk tentunya.

Jeongin masih menyimpan suaranya, ia terlalu canggung untuk memulai topik pembicaraan dengan Hyunjin.

Pengakuan Hyunjin tadi benar-benar membuat nya tidak bisa berpikir jernih, dan juga rasa khawatir pada adiknya pun perlahan menghilang.

"Aku akan ikut denganmu."

Jeongin menghentikan langkahnya, ia menatap punggung Hyunjin yang tepat ada di depannya.

Hyunjin merasa Jeongin tidak menyahutnya pun berhenti berjalan dan menoleh ke belakang.

"Mengapa?"

Jeongin menggeleng pelan, ia tersenyum sumringah, berlari ke arah Hyunjin dan menggenggam tangan pilar api itu.

"Ikimashou!" (Ayo pergi)

Hyunjin terkekeh pelan melihat tingkah Jeongin, ia mencubit pipi Jeongin. Kemudian menarik laki-laki itu untuk lanjut berjalan.

Keduanya bersenang-senang, seolah pasangan baru. Tanpa tau akan ada sesuatu yang besar menunggu mereka di kedepan hari.

 Tanpa tau akan ada sesuatu yang besar menunggu mereka di kedepan hari

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

21/03/2021

Nay, anjir mules pen boker

[✓] あくま [hyunjeong]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang