19 - Know where the shoe pinches

93 13 1
                                    

Assalamualaikum teman-teman !
Jumpa lagi dengan kisah dari Kutu Buku 😁 ! Selalu di Hari Sabtu sesuai jadwal seperti biasa.

Siapa yang sudah rindu dengan kisah Arini dan Daud ?

Yuk yuk mari sama-sama kita menyelam ke dalam ceritanya 😁✌️

******

Sekolah seperti biasa sangat membosankan. Tidak ada hal yang menarik. Arini merasakan krisis no life pada jam pelajaran Fisika di pagi hari. Rasanya justru semakin membuatnya mengantuk. Guru yang mengajar Fisika adalah Bu Irana. Guru yang terkenal sadis dan suka menghukum murid untuk keluar kelas.

“Arini !” Seru Bu Irana mengaum seperti singa mengisi seisi ruangan bahkan sampai ke laci-laci meja tempat para murid menyembunyikan siomay mereka dan makan tanpa sepengetahuan Bu Irana.

Arini terkejut dan terlonjak kaget.

“Eh buset !” Balas Arini berseru dengan terkejut. “Apaan sih Rena ?”

Rena menampilkan ekspresi ngeri pada Arini sambil mengalihkan bola matanya menunjuk bu Irana dengan isyarat.

“Bukan gue Kanjeng Ratu. Tapi bu Irana.” Kata Rena dengan tertahan dan berbisik.

Arini menoleh dan mendapati pelototan mata bu Irana. Arini meneguk ludah dan nyengir.

“He he peace bu guru sadis.” Kata Arini sembari mengisyaratkan symbol peace dengan dua jari tangannya.

Rena menepuk wajah dengan frustrasi.

“Mati aku. Lagi.”

Para murid mulai mengeluh.

“Mulai lagi deh drama Ratu gila.” Kata Darman.

“Arini, kamu tidur ya ?” Tanya Bu Irana dengan suarana yang membahana dan menggelegar seperti bunyi Guntur.

Kali ini Arini tidak bisa menyangkal karena dia memang tertidur dan dibangunkan tadi.

“Iya bu guru. Arini ngantuk belajar fisika.”

Rena memekik dalam hati dengan gelisah. Serasa ingin menjambak rambut Arini membuka otaknya dan membuatnya sadar sekali.

“Apa katamu ? Kamu ngantuk belajar fisika ?”

Arini mengangguk. “Benar bu guru. Metode mengajar ibu membosankan. Nggak seperti Daud mudah dimengerti dan menyenangkan.”

Rena menggigit giginya dengan panik. “Rin, sudah dong.”

Arini tidak menghiraukan teguran Rena dan menatap bu Irana tanpa gentar sedikitpun.

“Arini, kamu keluar sekarang dari kelas ibu !” Perintah bu Irana dengan tegas dan meradang.

Arini memutar bola mata dengan bosan. “Yaelah bu. Jadi guru jangan baperan gitu dong. Dah lah males gue kasih tahu berapa kali. Kalau tidur itu manusiawi bu. Lagian nggak semua yang akan tamat dari sekolah ini bakalan jadi fisikawan. Jadi nggak usah maksain banget buat siswa mengerti. Otak setiap manusia itu beda porsi pengetahuannya. Seorang guru itu harus bisa bersikap bijaksana dalam menilai muridnya bukan karena melihat mereka tidur langsung dihukum. Itu namanya tidak adil bu. Sudah deh, Arini nggak mau ribut ya. Arini mau keluar buat belajar sendiri. Lagian, banyak orang hebat juga berhasil dengan belajar sendiri. Ibu tahu kan Michael Faraday ? Dia cuman lulusan SD tapi bisa jadi ilmuwan hebat bahkan dikenal sebagai Bapak Listrik. Jadi, nggak usah maksain orang buat belajar bu.” Ujar Arini lalu mengambil tas-nya dan berjalan keluar dari kelas dengan mendongkol.

Arini keluar dari kelas dengan perasaan kesal. Ia menendang kerikil di lapangan sekolah.

Shit, gue dikeluarin lagi. Hanya karena gue tidur dan protes. Apa yang salah dengan itu sih ?

KUTU BUKU (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang