18-BAPER

108 10 0
                                    

Mata itu jendela jiwa, terkadang mata bisa mengakatan segalanya. Tanpa terucap oleh bibir.

By story SAIMEN •

H a p p y R e a d i n g
Tuhan Yesus Memberkati

+ =


"Men?" pangil Johnatan heran. "WOOOiii Saimen senyum-senyum muluh nih bocah napa sih?" decak Enos. Keduannya masih menatap Saimen dari ambang pintu. Melihat punggun Saimen yang menujuh ruang koridor kelas.

"Aneh deh, pasti ada sesuatu yang terjadi deh sampai sih Saimen begitu!"

"Apa pun itu ada kaitanya dengan Mercy!" Enos menatap wajah dingin Johnatan. "Kok bisa?"

Johnatan diam ikut menyusul Saimen dan Enos menutup pintu ruang musik kembali. Kata Saimen ia akan mengembalikan gitarnya ke ruang musik saat jam istirahat. Namun setelah jam istirahat nyaris usai cowok itu tidak balik lagi ke kelas.

Keduannya mendapatinya hanya tersenyum-senyum sendiri seperti itu.

...

"Mer!" Denis menojok bahu Mercy karena cewek itu. Menopang dagu dengan senyum sendiri. Gabriel duduk bersama Patrickx dibangku kedua karena mereka sedang  membuat surat dinas tugas Bhs. Indo bersama tiga cowok lainya. Sebab sekarang tak ada guru di kelas. Tetapi karena kelas itu kelas anak-anak alim. Jadi tidak gaduh, seperti kelas mereka dulu. Kalau pun gaduh dan rusuh ya, berarti ketujuh manusia itulah dalangnya.

"Mer!" Cewek itu masih seperti itu. Diam bertopang dagu dengan tersenyum. "Wooooiii sih Mercy kenapa sih?" Denis memutar leher menghadap teman-temannya yang sibuk membuat tugas.

"Tahu!" sahut Gabriel yang sibuk menyalin jawaban, dari buku tugas Patrickx. Cowok berambut pirang itu juga sibuk membaca ulang tugasnya.

"Emang kenapa dia?" Esau mengangkat kepala dari buku tugas Bhs. Indonya.

"Sih Mer napa?" Yosua bangkit dari bangku melihat reaksi cewek itu. "B. b aja tuh (biasa-biasa)" Cowok dengan rantai kecil emas yang bergantung di lehernya. Duduk kembali.

"Habis darimana sih Mercy tadi?" Patrickx, menatap tugasnya. Namun, berahli pada Denis sekarang.

"Katanya mau marah sih Saimen, karena nulis surat, pasti isinya ceramah doang katanya. Mungkin kemarin tawuran." Punggun Denis bersandar di bangku dengan raut bingung ia menatap cewek itu.

"Dasar tidak peka kalian semua! Kemarin kan ada yang dikacangin sekarang mungkin lagi dipedulin!" Rizky duduk dengan satu kakinya diangkat diatas bangku. "Peka dong peka! Tuh lihat si Saimen aja, duduk dibangku sambil senyum-senyum tuh! Bedahnya dia masih bisa ngerjain tugas Bhs. Indonya kalau Mercy tidak!"

Denis maupun Patrickx, Gabriel, Esau dan Yosua. Menoleh pada Saimen. Benar cowok itu sedang tersenyum-senyum sendiri sambil mengerjakan tugasnya bhs. Indonya. Sementara dua cowok itu temannya, Johnatan dan Enos juga bingung dengan raut wajah Saimen.

"Benar sebentar kita minta PJ rame-rame sama Mercy!" tuntut Gabriel yang bangkit dari bangkunya, tapi Patcrikx menarik cowok itu. Kembali duduk karena tugas bahasa Indonya belum beres.

Mereka semua terlihat antusias. Kecuali Esau cowok itu hanya diam saja. Memakai handsant yang mengaktif musik pada ponselnya.

"Es! Awas belum berjuang udah kalah!" bisik Rizky kembali mengangkat sebelah handsant kiri Esau. Cowok itu diam saja tak menyahut ia seakan tak mood sekarang untuk becanda.

Berganti jam pelajaran pun sama kini mereka sedang istirahat kedua. Saimen dipangil menujuh ruangan OSIS katanya ada hal yang harus dia urus, sedangkan Johnatan dan Enos sedang berada dilapangan basket. Mereka sedang persiapan tading basket hari Sabtu sore di sekolah. Mereka sekarang mungkin lagi latihan basket.

SAIMEN [END]✓ Terbit Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang