"Menyebalkan!"

53 14 9
                                    

Tidak lama menunggu di bandara, pesawat yang ditumpanginya segera lepas landas meninggalkan Indonesia dan terbang ke tujuannya, London. Butuh waktu sekitar 19 jam untuk sampai di kota itu. Perjalanan yang sangat lama. Audie tiba di London pukul sepuluh malam waktu Inggris. Malam itu juga ia menyewa kamar di sebuah apartemen untuk tempat tinggalnya selama berada di negara itu. Ia segera menata barang-barangnya dan pergi tidur untuk melepas lelahnya berpergian seharian.
***
Drrttt... Drrttt...
Dering telepon membangunkannya di pagi hari. Dengan setengah sadar, ia mengangkat telepon tersebut.

"Audie, apa kau sudah sampai di London?" tanya Mr. Lewis melalui telepon.

Audie langsung beranjak dan mengusap kedua matanya yang masih mengantuk.
"Iya. Iya, Pak. Aku sudah di London. Aku tinggal di sebuah apartemen untuk beberapa bulan ke depan," jawab Audie.

"Bagus! Temui aku pagi ini jam 9 di Charlie's Cafe and Bakery."

"Baik, Pak. Aku akan segera ke sana," jawab Audie.

Ia segera bersiap-siap dan berangkat ke cafe itu. Tepat jam 9 ia tiba di sana dan Mr. Lewis sudah menunggunya di meja.

"Ini naskahmu." Mr. Lewis menyodorkan satu bendel naskah kepada Audie.

"Bacalah sekilas. Jika ada pertanyaan, tanyakan saja padaku," sambungnya.
Audie membaca sekilas naskah itu. Tiba-tiba raut wajahnya berubah. Ia menghela nafas.

"Maaf, Pak. Aku tidak bisa memainkan peran ini. Terdapat adegan dimana aku harus berciuman dan memeluk seorang pria. Kau tahu kan aku tidak bisa melakukan itu? Dan disini juga tertulis bahwa tokoh yang akan aku perankan adalah seorang gadis berambut hitam dan panjang. Bagaimana bisa aku melepas hijabku, Pak? Dan aku juga tidak akan mencium ataupun memeluk pria manapun. Maafkan aku, Pak. Tapi sebaiknya kau mencari pengganti saja untuk peran ini," jelas Audie kecewa.

"Aku paham, Audie. Kau tenang saja. Aku sudah memilihmu, itu berarti aku sudah mempertimbangkan semuanya. Nama wanita itu akan diganti menjadi Zhafira, karena aku pikir nama Angel tidak cocok dengan penampilanmu. Dan kau tidak perlu melepas hijabmu. Hijab itu tidak akan menghalangimu. Itu akan menjadi keunikan tersendiri dalam film ini. Untuk adegan berciuman dan berpelukan, aku sudah berencana untuk menghilangkannya. Kau tak perlu khawatir. Kau tinggal mainkan saja peran ini, sepakat?" jelas Mr. Lewis.

"Baiklah, aku sepakat," jawab Audie.

"Oh ya, kau bisa mengambil kursus mulai hari ini. Kau sudah tahu tempatnya, bukan?" tanya Mr. Lewis.

"Sudah, Pak. Terimakasih banyak, Mr. Lewis."

Mereka pergi meninggalkan cafe itu. Audie berjalan menuju tempat kursus itu yang kebetulan tidak jauh dari cafe tempatnya dan Mr. Lewis bertemu. Saat ia sedang berjalan, seorang pria tidak sengaja menyenggol bahunya dan berjalan menuju arah yang berlawanan dengannya. Audie pun menoleh ke belakang untuk melihat siapa pria yang menyenggolnya tadi. Namun tidak dapat terlihat jelas. Terlalu ramai orang di jalan. Pria itu tidak sadar dan terus saja berjalan dengan memainkan ponselnya.

"Huh, sombong sekali!" batinnya.
Saat ia akan membalikkan badan untuk kembali berjalan ke kursus, ia menemukan sebuah kartu identitas tergeletak di bawah.

"Ini pasti milik pria itu. Aku sudah terlambat. Aku akan mengembalikannya besok saja." Ia membawa kartu tersebut dan segera menuju ke kursus.

Setelah selesai menyelesaikan kursus, ia berbelanja bahan makanan dan kembali ke apartemen. Ia menghabiskan sisa hari itu untuk mempelajari naskah dan melakukan kegiatan-kegiatan yang biasa ia kerjakan.
✨✨✨

Keesokan harinya, ia melakukan hal yang sama. Yup, pergi ke tempat kursus. Selalu begitu. Setelah menyelesaikan kursusnya di hari itu, ia berniat mengembalikan kartu identitas milik pria tersebut. Ia mengambil kartu itu dari tasnya dan melihat alamat yang tertera pada kartu tersebut.

Permainan Tuhan dalam Mengukir Sebuah Kisah Cinta (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang