BLV35

24 5 1
                                    

"Nyonya ini bajunya di taro dimana?" Tanya bi Susi saat selesai melipat baju Alesha yang akan di bawah ke London.

Mama Alesha menoleh.

"Taro di situ ajah bi," tunjuk mama Alesha pada koper besar berwarna merah di samping ranjang Alesha.

"Emangnya non Alesha berapa tahun disana nya?" Tanya bi Susi di sela-sela kesibukan mereka.

"Kurang lebih 4 tahun bi," jawab mamanya Alesha. Bi susi mengangguk.

Alesha sekarang berada di balkon kamarnya bersama Ara. Tadi Ara membantu Alesha mengemas beberapa sepatu yang akan di bawah kesana. Hanya ada beberapa sepatu yang akan dia bawa begitu juga dengan barang-barang lainnya, karna nanti juga Alesha akan berbelanja disana.

"Lo yakin sha?" Tanya Ara masih tidak percaya Alesha mau pergi jauh.

Alesha mengangguk mantap.

"Iya gue yakin banget. Kenapa sih?" Tanya Alesha heran. Dari tadi Ara selalu bertanya begitu.

"Ara menatap lurus ke depan tanpa menoleh ke Alesha. Dia menghembuskan nafas dalam.

"Gue berat banget buat pisah sama lo," ucap Ara dengan nada sendu.

Alesha menatapnya diam lalu mengangguk paham.
Dia menarik pergelangan Ara. Dia memeluk Ara dari samping dan mengelus pundak Ara.

"Gue bakal telfon lo setiap hari kok, bahkan kita bisa vc an nantinya. Asal lo gak ganti nomor hehe," ucapnya sedikit terkekeh. Mngingat kebiasaan Ara yang selalu mengganti nomornya. Ara mengangguk dan membalas pelukkan Alesha.

"Eh ngomong-ngomong lo udah ngomongin ini sama Ahnan? Dia ngasih izin gak?" Tanya Ara mengingat Alesha sudah menjalin hubungan dengan Ahnan.

"Iya gue udah ngasih tau dia. Dia ngasih izin gue tapi kayak gak ikhlas gitu sih," ucapnya.

Ara diam.

"Kayaknya dia sayang banget sama lo. Inget gak, cuma lo cewek yang bisa bikin dia ketawa, senyum dan ngomong panjang kali lebar," ujar Ara.

Alesha terkekeh lalu mengangguk.

"Gue tau, cuma gue baru sadar ajah," ucapnya.

"Lo jaga diri yah disana? Awas kalo lo gak telfon gue setiap hari, gue gak bakal temenan sama lo lagi tau," ucap Ara. Alesha mengangguk tersenyum.

"Besok berangkatnya jam berapa sih?" Tanya Ara.

"Enam," jawabnya.

Ara terperangah.

"Cepet banget anjay, gak bisa siang atau sore gitu?" Tanya Ara.

Alesha menggeleng.

"Gak bisa ra, jadwal ke London emang gitu besok," ucap Alesha.

"Yaudah gue nginep sini deh," pungkas Ara.

Alesha mengangguk seraya tersenyum senang. Ternyata masih ada orang yang menyayangi dia walaupun notabenenya hanya sekedar sahabat tidak ada hubungan darah.

"Aleee, Ara" teriak papanya.

Alesha dana Ara serempak membalikkan badan mereka.

"Kenapa pa?" Tanya Alesha pada papanya yang menghampiri mereka.

"Ara harus ikut," ucap papanya.

Keduanya terperangah, lalu saling menatap.

"A-ara ikut pa?" Tanya Alesha, papanya mengangguk lalu menatap Ara tersenyum.

"Om udah urus semuanya, kamu ikut Alesha kuliah disana yah?"

Ara masih melongo.

"P-p-" ucapan Ara terpotong.

"Orang tua kamu sudah tau, mereka memberi izin. Saya sudah menelfon mereka. Kamu tidak perlu membawa barang banyak, begitu pun dengan Alesha. Belanjanya di London saja. Besok jam enam pagi kalian berangkat," ucap papa Alesha.

Ara mengangguk. Papa Alesha pergi meninggalkan mereka.

Ara dan Alesha saling manatap, lalu mereka berpelukan sembari berteriak.

"Yeeeeeeeyy kitaaaaaaaa pergiiiiiiii bersammaaaaaaaaaaaa," teriak mereka di balkon kamar.

Betapa gembiranya hati Alesha mendengar sahabat sejatinya itu ikut dengannya, begitu juga dengan Ara yang tak kalah senangnya.

Selalu saja mereka di beri waktu untuk tetap bersama. Inilah definisi sahabat sejati. Disaat Alesha terluka, Ara selalu berada di sampingnya menjadi pengobat lukanya. Disaat Alesha terjatuh dan rapuh, ada Ara yang selalu memberi semangat agar Alesha kuat dan bangkit. Saat Alesha kesepian, Ara selalu berada disampingnya. Saat Alesha tidak butuh Ara, Ara tetap berada bersama dengannya.

Sesering-seringnya mereka bertengkar dan menciptakan konflik, dari salah satu mereka tidak pernah berfikir untuk berhenti tetap selalu ada. Banyak cerita yang mereka ukir bersama dari awal pertemuan mereka di bangku SD hingga sampai saat mereka SMA, banyak sudah lika liku kehidupan yang mereka jalani bersama.

Mereka selalu saling suport. Tidak pernah ada luka di antara mereka akibat dari konflik yang mereka ciptaka sendiri, Karna mereka juga sangat tau batasan bercanda. Mereka selalu saling menjaga perasaan, agar salah satu dari mereka tidak ada yang merasa tersindir.

COLD BOY PILIHAN JENDRAL(END)✔حيث تعيش القصص. اكتشف الآن