by sirhayani
part of zhkansas
...
Ketika Sandra mengatakan dia sudah di depan gerbang, aku langsung buru-buru menjemputnya. Sore ini Sandra datang ke rumah. Aku yang mengundangnya dan dia dengan senang hati ingin datang menginap karena besok juga libur.
Tebakanku benar bahwa Kak Daru yang mengantar Sandra ke sini. Meski tak melihat Kak Daru secara langsung, tetapi aku melihat mobilnya sudah pergi jauh sementara Sandra sedang memandang kepergian Kak Daru.
"Sandra!" seruku senang. Gerbang sudah terbuka sejak tadi karena aku sudah memberitahukan kepada satpam untuk membukanya jika temanku sudah datang.
Sandra berbalik kepadaku. Senyum lebarnya menghilang berganti raut terkejut. "Masha? Seriusan?"
"Apa," balasku. "Kenapa?"
"Beda banget...," katanya pelan sambil mendekat. Dia memandangku lamat-lamat sebelum senyumnya kembali. Tangannya menggandung lenganku. "Yuk, nggak sabar pesta!"
"Pesta!" seruku sambil berjalan antusias menuju rumah, bergandengan bersama Sandra.
***
Sepanjang waktu, Sandra terus-terusan memuji interior rumah. Setiap kali Sandra memuji, aku bingung harus membalas apa dan hanya tersenyum tipis. Tiba di kamar, Sandra langsung mengempaskan tubuhnya ke atas kasur, menggerakkan kedua tangan dan kakinya membuka dan menutup. Sandra tidak segan melakukan apa pun dan aku tak perlu khawatir jika Sandra canggung.
Malam adalah waktu yang kami tunggu-tunggu. Dari televisi lebar sampai jaringan yang lancar. Lampu dimatikan. Gorden ditutup rapat. Aku dan Sandra duduk menyandar di atas tempat tidur, menyalakan AC sedingin bioskop, menyelimuti diri, memegang popcorn dan cola yang tersedia di nakas.
Menonton film horor bersama teman memang yang paling seru! Aku bukan penyuka film horor dan Sandra paling takut menonton film horor. Kami memilih genre ini karena alasan itu.
"Lo yakin? Nggak takut apa di sini ada...." Sandra tidak melanjutkan ucapannya, tapi aku tahu kelanjutannya. "Bisa-bisa kita nggak bisa nikmatin popcorn."
Aku tertawa tanpa mengalihkan perhatian dari tontonan. "Tenang aja. Kita kan nggak ganggu mereka. Ini bukan rumah mereka."
"Stop. Nggak usah bahas!" Sandra menggeleng-geleng sambil memejamkan mata saat aku menoleh kepadanya. Aku tertawa.
Ini menyenangkan. Begini rasanya menikmati kebersamaan dengan seorang teman.
Kami sama-sama diam melihat bagaimana pemeran yang berhalan ke pintu apartemennya ketika mendengar ada tamu yang datang. Namun, ketika pemeran itu membuka pintu, tak ada siapa-siapa. Bahkan terlihat lorong yang sangat sepi.
Sandra tersentak kaget karena suara pintu yang ditutup kencang oleh pemeran film. Aku juga kaget karena Sandra yang terkejut.
Aku tak perlu menceritakan apa yang terjadi sepanjang film, kan? Pada intinya Sandra ketakutan sampai dia ingin mengakhiri film itu di tengah-tengah. Aku pikir ini tidak begitu menyeramkan, Sandra yang terlalu penakut. Aku bahkan mengejeknya penakut dan dia cemberut tak terima itu.
Film berakhir dengan memuaskan setelah lebih dari dua jam terlewati. Aku dan Sandra sampai tak menghabiskan popcorn karena terlalu serius menonton film tadi. Akhirnya kami sama-sama menghabiskan satu tempat popcorn ukuran jombo itu sambil bercerita, menceritakan apa pun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Wallflower
Teen FictionSELESAI ✔️ "Bersihin semua barang gue yang lo kotorin!" serunya, memandangku dengan mata elangnya. "Sekarang juga, B-ngs-t!" Semua bermula dari ucapannya kepadaku di kantin sekolah, tepat pukul 10.40 a.m. Dia Gama Mahardika. Dan perkenalkan, aku Ma...