[ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 1 | ʜᴇᴀʀᴛꜱᴛʀɪɴɢꜱ ]

1.5K 243 41
                                    

Tok! Tok!

Suara ketukan pintu kamar di lantai lima itu terdengar lebih keras dari seharusnya karena bergema di lorong yang sepi. Midoriya, si pengetuk, menahan tangannya tetap di dekat pintu bertuliskan "Aizawa Yukina". Di belakangnya, murid kelas A lain juga ikut berdiri menanti pemilik kamar membukakan pintu.

"Yukina, kau ada di dalam, 'kan?" tanya Midoriya, terdengar kecemasan dalam nada bicaranya yang lembut. "Aku tahu kau mengalami banyak hal yang berat, tapi kami semua ada di sini untukmu."

Semua murid kelas A telah mengetahui jati diri Yukina dan menerima dia apa adanya. Tiga tahun satu kelas bersama Yukina meyakinkan mereka bahwa Yukina bukanlah orang jahat walau terlahir dari keluarga villain. Yah, meski Bakugo awalnya tidak terima karena dikalahkan seorang mantan penjahat sekaligus putri dari bos villain, perlahan dia dapat bersikap dewasa dan menerimanya. Lagipula, semua itu telah berlalu.

"Kurasa dia memang butuh waktu untuk sendiri," ucap Todoroki tenang. "Tidak peduli seberapa keras kita menyemangatinya, jika Yukina tidak ada niat untuk bangkit, ini semua sia-sia."

"Jaga ucapanmu, Todoroki! Bagaimana jika Yukina dengar!?" bisik Kirishima panik. Meski Todoroki benar, ucapannya seperti menabur garam di atas luka.

Sejak AFO dijebloskan ke Tartarus pasca pertarungan di Kamino, Yukina tidak pernah keluar dari kamarnya. Dia seperti hikikomori yang mengurung diri. Tidak ada yang tahu bagaimana keadaan gadis itu di dalam sana, kecuali Aizawa yang saat ini sedang rapat dan dokter yang bertanggung jawab atas kesehatan fisik juga mentalnya. Ekspresi dokter yang sayu setiap kali selesai memeriksa membuat kelas A makin cemas terhadap Yukina.

"Jika sudah merasa lebih baik, jangan ragu untuk menemui kami, ya," ucap Uraraka. "Kami akan menunggumu."

Pada akhirnya, kata-kata pasrah seperti itulah yang dapat diucapkan Uraraka dkk sebelum akhirnya beranjak pergi dari kamar Yukina. Bakugo yang melihat hal itu dari kejauhan telah pergi lebih dulu sebelum mereka tahu.

"Ah! Aku hampir lupa!" Midoriya memekik panik, mengagetkan yang lainnya saat akan memasuki lift untuk turun ke lantai dasar. Dia menatap notifikasi yang masuk di ponselnya, "Sebentar lagi Hero Billboard Chart Jp akan diumumkan!"

"Sou ya, mereka baru mengumumkannya hari ini, ya?" tanya Ashido.

"Setelah banyak hal terjadi, wajar saja baru diumumkan sekarang," jawab Tokoyami.

Suara obrolan itu semakin menjauh hingga tak terdengar lagi di telinga Yukina yang berselimut tebal. Dalam gelapnya kamar dapat dilihat dengan jelas keadaan di sana sangat berantakan, baik ruangannya maupun penghuninya. Banyak bekas garitan cukup dalam pada dinding yang ditempeli foto dan potongan berita koran, semuanya telah robek. Buku-buku berceceran di sana-sini, menemani renyukan kertas di lantai. Sisa makanan dan sampah hampir memenuhi penjuru ruangan karena tidak dibuang pada tempatnya.

Merupakan suatu keanehan melihat kamar orang yang terkenal gila kebersihan di kelas A itu sekarang berubah menjadi Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Pemilik kamar masih anteng di balik selubungan selimut, tidak peduli keadaan kamarnya yang seperti habis diterpa badai Katrina.

Selimut itu perlahan bergerak. Tersingkap, menampilkan Yukina yang mendudukkan diri di pinggir kasur. Gadis itu masih mengenakan piama dengan sekadarnya, bahkan tidak ada niatan untuk membenarkan lengan yang turun atau kancingnya yang terbuka. Rambut dwi warnanya yang acak-acakan dan kusam kini telah menutupi mata karena lama tak dipotong. Dia sudah hilang hitungan berapa hari tidak membersihkan diri.

Botol obat di meja belajar terambil lemah oleh tangan Yukina yang putih pucat. Dia mengeluarkan beberapa pil dari sana dan langsung menelannya bersama segelas air. Gelas yang telah kosong itu kembali diletakkan ke meja dengan keras hingga sedikit memantulkan obat-obat antidepresan di sekitarnya.

Castles In The Sky | Lele Free Project [Hawks x OC] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang