[ ᴄʜᴀᴘᴛᴇʀ 3 | ʜᴇᴀʀᴛꜰᴇʟᴛ ]

2K 278 363
                                    

A/N: Chapter ini sangat panjang, penuh konflik, serta angst. Ada fanart spesial (yang Vanilla buat dengan penuh perjuangan, tetesan keringat dan air mata TwT /halah/) di akhir cerita. Jadi, baca sampai habis, ya!~

Hawks menyandarkan punggungnya ke kursi kantor yang empuk. Headphone yang biasa dia kenakan kini diturunkan dan tertahan di leher. Ponsel yang dia dekatkan di telinga masih dalam panggilan. Ruangannya yang hening membuat Hawks dapat mendengarkan telepon dengan lebih fokus.

"Kami sudah mengumumkan surat edaran kepada semua pro hero untuk tidak merekrut Yukina. Kau harus memanfaatkan kesempatan ini, Hawks."

"Hai'," Hawks menutup panggilan. Helaan napas dia embuskan berat. Tidak disangka Komisi Kepahlawanan akan berbuat sejauh ini hingga melarang perekrutan Yukina. Perasaan tidak enak pun muncul, seharusnya Yukina dapat magang di tempat yang lebih pantas dibanding agensinya.

"Ini seperti Mission Impossible saja."

Pintu ruangan Hawks diketuk dari luar, membuat Hawks kembali serius. "Masuk," ucapnya. Begitu pintu terbuka, tampak sidekick Hawks yang masuk diikuti Yukina di belakangnya. Tentu saja mata Hawks langsung berfokus pada Yukina yang wajahnya tertutup bayangan hoodie sweater abu-abu dalam blazer U.A. Akhirnya sang target datang juga ke sarangnya.

"Aizawa Yukina dari U.A. sudah datang," Sidekick Hawks itu memperkenalkan.

Yukina menurunkan hoodienya, memperlihatkan wajah datar nan dingin yang membuat Hawks pangling sejak pertemuan pertama mereka. Tidak ada rona merah, tatapan bercahaya penuh kekaguman, atau senyuman tipis yang tulus. Hanya ekspresi datar dan mata menatap kosong yang ditunjukkan Yukina.

"Yoroshiku onegaishimasu," Yukina sedikit membungkukkan badan, hanya sekitar 15⁰ saja. Sudah terlihat bahwa itu cuma sekadar formalitas belaka. Setidaknya di mata Hawks.

"Yosh, selamat datang di agensiku, Kid," Hawks bangkit dan menerima kedatangan Yukina setelah sidekicknya keluar. "Maa, aku benar-benar terbantu atas kedatanganmu kemari. Asistenku sedang sariawan jadi dia cuti beberapa hari. Gara-gara itu, jadwalku sangat berantakan karena tidak ada yang memanage-nya. Jadi, mohon kerjasamanya, ya~"

Sariawan sampai harus cuti? Mungkin itu azab bagi mulut pengghibah yang nyinyirin orang. Yukina tidak peduli dengan penjelasan Hawks. Alasannya datang kemari adalah untuk magang, persetan hal lainnya. Termasuk perasaan sakit dan menyesakkan setiap kali teringat hari valentine bulan lalu.

"Katakan saja tugasku," Yukina berucap singkat. Dia tidak bertemu pandang dengan Hawks, hanya menatap kosong jauh ke depan layaknya tunanetra. "Aku datang ke sini untuk magang. Acara basa-basi seperti ini tidak ada artinya bagiku."

Kejujuran yang sangat menusuk. Sikap ramah Hawks dipatahkan oleh perkataan dingin Yukina yang sarkas. Hawks terdiam, menyadari perubahan sikap Yukina yang antipati padanya. "Hei, santai saja. Lagipula, kau baru saja sampai di sini."

"Kenapa kau merekrutku?" Yukina bertanya tiba-tiba, membuat Hawks tertegun. Dia melirik Hawks dengan mata yang berkilat tajam, "Jika kau merekrutku hanya karena ingin sesuatu dariku, langsung katakan saja. Drama kebaikan ini membuatku muak."

Detik selanjutnya, Yukina terdorong ke dinding ruangan. Dia terpojok, salah satu tangan Hawks menampar dinding keras-keras dan menguncinya. Sayap merah Hawks yang berkibas terbuka itu mengurung Yukina dalam zona kekuasaannya. Hawks menunduk dengan bayangan hitam yang menutupi wajah atasnya.

Yukina yang tidak dapat kabur pun menelan ludah. Dia sadar sedang berada dalam situasi yang membahayakan dirinya. Jantungnya berdegup kencang. Dalam jarak sedekat itu, Yukina yakin Hawks dapat mendengar kebisingan dalam dadanya.

Castles In The Sky | Lele Free Project [Hawks x OC] ☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang