Part 2

5.2K 579 26
                                    

*click*

*click*

*click*

Seorang photographer memfokuskan kameranya ke arah Gracia yang sekarang menjadi pusat perhatian di studio tempat pemotretan berlangsung. Wanita yang menjadi fokus kamera itu terus berganti pose se-irama dengan suara tombol kamera yang ditekan layaknya seorang profesional.

Gracia memakai kemeja oversize berwarna putih yang cukup menutupi hingga pahanya dengan tiga kancing atas yang terbuka. Matanya menatap lensa kamera dengan tatapan sayu, dengan badan yang ia senderkan ke dinding. Rambutnya di gerai dan dibuat sedikit berantakan untuk menampilkan aura pure yang menjadi konsep pictorialnya kali ini. Ditambah dengan background polos yang mengelilingi photoshoot Gracia untuk menonjolkan kesan innocentnya.

Anin berdiri memantau tak jauh dari Gracia. Di sebelahnya berdiri pula seorang stylish yang ditugaskan khusus untuk pemotretan hari ini.

"Gue memang gak pernah ngeraguin bakat lo soal rekrut sama ngelatih model nin, tapi yang ini paling gua akui sih. Kalau orang biasa yang ngeliat dia pasti pada ngira dia model yang udah lama terjun dibidang ini." Puji stylish itu sambil melihat kagum akan bakat alami Gracia.

Memang pujian yang diberikannya bukanlah berlebihan. Semua crew yang bekerja hari ini pun jika mendengar itu pasti setuju dengannya. Biasanya jika seorang model baru terjun di dunia modeling pasti perlu pengarahan yang lebih, baik dari photographer maupun crew pemotretan lainnya, tapi berbeda dengan Gracia. Tanpa perlu diarahkan dia sudah tau apa yang harus ia lakukan. Tatapannya seperti sudah terbiasa dengan lensa kamera. Dia sudah tau kapan harus berganti pose, gaya seperti apa yang cocok dengan konsep, bahkan ekspresinya juga selalu on point. Membuat semua orang yang bekerja dengannya terutama sang photographer merasa puas, karena tidak perlu bekerja ekstra.

"Gue sih gak terlalu sulit untuk ngelatih dia, dari awal gue ketemu dia di audisi, gue udah tau kalau orang ini punya bakat alami. Jadi cuma butuh sedikit bimbingan aja dari orang yang tepat, gak butuh waktu lama untuk dia bisa disebut model profesional." Jawab Anin membanggakan rekan sekaligus sahabatnya itu.

"Gue setuju dengan omongan lo. Tapi gue masih gak nyangka lo sendiri yang jadi manager dia. Maksudnya, lo kan udah punya nama di dunia fashion, masa lo menurunkan derajat lo sendiri dengan jadi managernya?" Tanyanya kurang yakin dengan keputusan Anin untuk menjadi manager Gracia.

"Karena entah kenapa gue gak rela buat ngelepas dia ke orang lain, gue takut kalau orang lain yang jadi managernya dia jadi kurang eksplorasi. Gue kan tadi bilang, butuh orang yang tepat buat bimbing dia di dunia modeling. Dan menurut gue, ya cuma gue yang bisa bimbing dia diantara orang lain yang ada di agency. Toh gue tetap megang jabatan sebagai pelatih model. Jadi ya ini cuma urusan manage waktu gue aja." Jawab Anin santai.

"ok thats a wrap" suara photographer menandakan sesi photoshoot telah berakhir. Para crew pun bernapas lega akhirnya mereka bisa beristirahat. Anin yang mendengarnya bergegas menghampiri Gracia sambil memakaikan jaket di tubuhnya.

Setelah merapikan kameranya photographer itu menghampiri Anin dan Gracia.

"Great job untuk hari ini. Saya pikir karena kamu masih baru, saya harus banyak kasih kamu arahan. Tapi pas saya baru stand by dan ngeliat kamu udah pose tanpa arahan, saya tau kamu bisa sendiri dan saya sangat puas dengan hasilnya." Photographer yang dikenal dengan nama Jefri itu menjulurkan tangannya kearah Gracia, dan langsung disambut oleh Gracia. Tak lupa ia melakukan hal yang sama ke Anin.

"Terima kasih, saya juga bisa begitu karena melihat sikap karyawan yang sangat ramah membuat saya lebih nyaman dan lebih percaya diri." Jawab Gracia sambil tersenyum. Jefri membalas senyumannya sambil mengangguk.

APPAREL Where stories live. Discover now