EMPAT BELAS

907 25 0
                                    

I'M BACK !

Butuh waktu dua hari untukku kembali ke dunia nyata. Aku menangis seharian setelah Mike mengantarkanku pulang dan keesokan harinya aku juga izin sakit karena aku tidak mau masalah pribadiku menggangu kinerjaku. Dan hari ini, walaupun terhitung sangat singkat aku sudah kembali berkutat dengan pekerjaanku yang kemarin sempat tertunda karena perccintaan sialan ini.

"Kamu pucat sekali, masih sakit?" Rekan kerjaku menanyakan kondisiku.

"Sudah baikan, mungkin hanya butuh sedikit makan" Aku tersenyum berusaha untuk tetap tegar.

Semua sudah terjadi, tidak ada yang bisa disesali. Realistis saja, menangis berhari - hari tidak akan menyelesaikan masalah. Ya, karena masalah utamanya adalah Daniel. Atau mungkin memang aku biang masalahnya. Aku memiliki idealisme sendiri, pendirian sendiri untuk tidak menikah. Untuk waktu dekat ini dan beberapa tahun kedepan mungkin.

Karena banyaknya laporan yang harus aku kerjakan membuatku lupa waktu. Handphoneku berdering tepat pukul 7 malam.

"Iya, siapa?"

"Kau tidak menyimpan nomor bossmu sendiri?"

Aku melihat nama dikontak handphoneku, Mike sialan.

"Ada apa? aku sibuk"

"Kapan selesai? aku menuggumu dibawah"

"Apa maumu Mike?"

"Turunlah dalam 10 menit atau aku akan menyeretmu dari sana"

Tanpa menjawab perintahnya aku langsung mematikan sambungan telepon kami. Masa bodoh dengan ancamannya, aku sedang menyelesaikan laporan mingguan yang harus aku kumpulkan waktu dekat. Satu jam berlalu akhirnya aku berhasil menyelesaikan semuanya, aku merapikan semua barang bawaanku kemudian mengecek penampilanku sebelum keluar dari ruangan.

"Katanya mau menyeretku? hahaha mana buktinya?" Aku mencemooh Mike sambil mengecek pesan dan kontak panggilan di handphoneku.

"Tadinya memang mau aku seret, tapi sepertinya pekerjaanmu memang lebih penting karena menyangkut tempat usahaku. Jadi aku berbaik hari menunggu disini"

Aku mematung, tidak menyangka dia akan menungguku disudut ruangan. Dia berbicara sambil memainkan handphonenya. Aku berjalan pelan menghampirinya.

"Apa mau kamu sih Mike?"

"Makan, aku sudah lapar" Dia menaruh handphonenya kemudian berjalan didepanku.

"Aku mau pulang, aku capek"

"Oke, ide bagus. Kita pesan makan dan makan ditempatmu." Mike masih berbicara sambil terus berjalan didepanku.

"Kamu gila ya? "

"Atau kita ketempatku dan kita pesan makanan. Please Adinda, permudah semuanya."

Aku menatapnya kesal tapi tetap mengikutinya masuk lift sampai ke mobilnya.

"Mau makan apa?"

"Terserah"

"Oke, baiklah"

Aku memasang wajah malas kemudian menyandarkan kepalaku sambil memejamkan mata. Aku sudah tidak peduli lagi mau diapakan oleh Mike, aku sudah terlalu lelah dengan semua ini.

Kami sampai dua puluh menit kemudian, aku tidak tahu ini dimana tapi yang jelas Mike belum pernah mengajakku kesini. Aku terus berjalan mengekorinya tanpa banyak bicara. Sesampainya dilantai yang kami tuju, kami disambut oleh seseorang yang kupikir adalah pembantu disini.

"Sudah siap semua?"

"Sudah pak, kalau begitu saya pamit dulu"

"Iya, terima kasih"

I WANT MORETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang