PRELUDE #9: Again and Again

347 59 0
                                    

« P r e l u d e »

¦Agarya Septian

                                  |Again and Again ¦

※※

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

I'm trying to find a way
To say I'm okay
And I've been here for so long
Might as well say I'm gone

🎵Arash Buana - Depressed Sometimes🎵

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

※※

○◎○

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.

○◎○

Gue mengerjapkan mata dan perlahan mengedarkan pandangan keseluruh tempat yang sedang gue tempati saat ini. Nasal kanula, selang IV dan beberapa alat medis lain sudah terpasang ditubuh gue. Gue menghela napas berat, lagi-lagi gue berakhir ditempat ini.

Sedikit mengingat lagi kejadian tadi malam, dimana saat itu, gue sekeluarga menghadiri acara perilisan produk terbaru nyokap gue, yang digelar di salah satu gedung yang cukup terkenal di Jakarta. Selama acara gue hanya diam mengamati orang-orang yang datang, sejak awal tubuh gue kurang fit, karena paginya gue pergi bersama bang Rori. Kita pergi untuk fitting baju dan segala macam. Kepala gue pusing, tapi sebisa mungkin gue menahannya, setidaknya sampai menjelang akhir acara, tapi ditengah acara gue justru pergi ke ruangan yang dikhususkan untuk keluarga saja. Punggung gue rasanya kebas, lama kelamaan rasa nyeri mulai menyebar ke area punggung bagian bawah hingga pinggang, gue meringis menahan sakit sendiri di ruangan itu, semua orang berkumpul di tempat acara, rasa sakit yang nggak bisa gue deskripsikan itu menjalar ke seluruh tubuh gue, dada gue rasanya seperti dihimpit batu besar, sesak.

Entah kebetulan atau apa bang Erian masuk dan sontak saja dia berteriak dan berlari menghampiri gue yang sudah tergeletak lemas di lantai, gue samar-samar ingat, dia menepuk pipi gue berkali-kali sambil berteriak memanggil nama gue, tapi suara bang Eri seolah berada di kejauhan, perlahan kesadaran gue menghilang, dan gue nggak tahu apa lagi yang terjadi setelah itu. Pasti acara perilisan produk mama hancur, karena gue.

Gue menatap langit-langit putih diatas gue dalam diam. Pikiran gue berkecamuk, memikirkan segala kemungkinan buruk yang akan kembali. Namun, sebisa mungkin gue menepis pikiran-pikiran itu. Pandangan gue teralihkan saat mendengar suara pintu kamar yang gue tempati dibuka dari luar.

"Aga udah bangun?" tanya wanita cantik yang sudah melahirkan gue ke dunia ini.

"Pagi Ma!" sapa gue dengan suara lirih yang hampir nggak terdengar.

"Pagi sayang." Mama menaruh ransel  yang dibawanya, kemudian dia menghampiri gue dan duduk di kursi di samping ranjang yang gue tempati.

"Gimana udah lebih baik?" tanyanya. Aku mengangguk dan tersenyum, mencoba menenangkannya. Walaupun Mama jarang di rumah, seorang ibu tetap lah ibu yang akan mengkhawatirkan anak-anaknya.

SUPER FRIENDSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant