13 - Jealous?

9.6K 1K 42
                                    

Sebisa mungkin Arden menormalkan perasaannya yang tiba-tiba berdebar, karena kalimat Lea barusan. Tenang saja, Arden adalah aktor yang hebat, bukan hal sulit baginya untuk sekedar pura-pura baik-baik saja ditengah perasaanya yang carut marut karena kalimat konyol Lea yang menyinggung soal anak.

Berbeda dengan Arden, kini Lea sudah sibuk mencicipi soto betawi buatan tante Arden. Gadis berambut gelombang tersebut nampak girang karena lidahnya dimanjakan oleh cita rasa otentik soto betawi yang sudah sangat lama tidak ia temui.

"Enak bangeeet" Mata Lea berbinar saat mengatakan kalimat tersebut, membuat Arden tidak kuasa menahan rasa gemasnya, dan dengan spontan mengacak pucuk kepala Lea.

'Sejak kapan Arden senang melakukan hal-hal semacam ini?' Lea membatin dan menatapn aneh ke arah Arden.

"Ohh, ini ada yang tanya, apa yang Kak Arden suka dari Kak Lea" Arden mulai membaca pertanyaan yang ada di layar ponsel.

Lea menghentikan sejenak acara icip-icipnya, menantikan jawaban Arden

"Dia unik, beda dari semua gadis yang pernah aku temui. Hmmm, dia punya keistimewaan yang bahkan nggak bisa aku diskripsiin pakai kata-kata. Percayalah, dia benar-benar seistimewa itu"

Lea tidak sanggup menahan jantungnya yang kian bertalu. Harus Lea akui bahwa Arden memang memiliki bakat acting yang sangat baik. Lihat saja, ia mengatakan kalimat barusan dengan penuh keyakinan, dengan mata yang sulit ditemukan kebohongan didalamnya. Lea bahkan nyaris tertipu seperti netizen yang kini menggila dengan heboh di kolom komentar live instagram mereka.

"Itu ada yang tanya, kalau kamu, apa yang kamu suka dari aku?" Arden memberitahu Lea dengan cuek, ia mengangkat satu piring Nasi yang telah disiram dengan kuah soto dan sambal dipinggirnya.

"Apa ya?-" Lea nampak berpikir sejenak, menimbang kalimat apa yang harus ia ucapkan. Ia tahu sedang ada banyak orang yang menyaksikan dan setiap kalimatnya jelas harus penuh perhitungan, tanpa boleh ada kesalahan seidikitpun yang membuat penonton curiga dengan kebohongan mereka. Selain itu, Lea tidak mau kalah dari Arden, ia harus bisa memberikan jawaban yang lebih memuaskan ketimbang milik Arden.

"Yang aku suka dari Arden adalah, dia sosok partner yang baik" Kalimat Lea membuat Arden menghentikan acara makannya, membuat Nita memberikan tatapan panik penuh peringatan.

Lea tetap tenang dan kembali melanjutkan kalimatnya "Kata orang, saat kamu mencari pasangan, entah itu pacar ataupun suami. Jangan hanya melihat seberapa besar kamu mencintai dia dan seberapa besar dia mencintai kamu, karena cinta bisa usang dimakan waktu. Jika kamu sedang mencari seseorang untuk diajak menua bersama, maka kamu harus mencari seorang partner, partner yang melengkapi kamu dalam segala hal, baik dalam hal saling memberikan cinta kasih, diskusi, maupun berantem. Dan aku nemuin semua itu dalam diri Arden. So, sepertinya aku harus bilang bahwa Arden adalah my best partner in everything"

Lea mengakhiri deretan kalimatnya dengan sebuah senyum manis, yang kadar kemanisannya melebihi deretan kalimat yang baru ia ucapkan. Lagi-lagi, Arden tidak kuasa menahan diri untuk memeluk Lea.

"Thankyou sayang"

"Ma pleasure"

Anita menatap dan tersenyum puas terhadap interaksi yang dilakukan oleh Arden dan Lea. "kayanya abis ini gue harus rekrut Lea jadi aktris deh, actingnya oke banget" gumaman lirih Anita dan kemudian diangguki oleh staf agency Arden yang lain. Mereka semua tidak bisa mengelak bahwa saat ini acting Lea memang amat mempesona.

"Oke good, yang nonton terus bertambah" Anita amat puas melihat respon yang diberikan oleh pasangan settingan ini.

"Abis ini lo fix harus debut jadi pemain sinetron saja, nggak usah jadi beauty influencer" Arden tersenyum sambil bergumam amat lirih, menyindir Lea yang kini hendak kembali menikmati sotonya. Lea sendiri ogah menanggapi sindiran tersebut, bukannya apa-apa, ia tidak ingin selera makannya hilang karena Arden.

90 DaysWhere stories live. Discover now