16. Aira dan Keandra

408 80 9
                                    

"Kok lu rapi lagi, Sa?" tanya Harris saat melihat Mahesa keluar kamar dengan kondisi rapi dan wangi.

"Mau pergi lagi?" tanya Lucas.

Mahesa mengangguk. "Mau nemenin Gista ke bandara,"

"Ngapain tuh?" Arjuna ikut masuk dalam percakapan sambil mengeringkan rambut dengan handuk.

"Jemput kakaknya. Minggu depan wisudaan, kan,"

Harris menggumam paham. "Kakak-kakaknya doang yang kesini?"

"Iya, Ris. Sedih gue dengernya," jawab Mahesa.

"Wait, ini maksudnya dia wisudaan sama kakaknya doang?" seru Lucas agak terkejut. "Nggak sama ortunya?"

Mahesa dan Harris saling lirik sebelum akhirnya mengangguk.

"Damn. Gue mau dateng ah besok waktu dia wisuda, gue ramein, gua bawain kembang yang banyak," ucap Lucas.

"GUE JUGA," seru Arjuna. "Sabtu, kan, wisudanya?"

"Iya, dia bilang gitu," jawab Mahesa.

"Bentar, ini kita semangat mau dateng, si Mahesa diundang apa kagak?" celetuk Harris.

"Wah iya, gue lupa kalau lo pemeran utamanya," sahut Lucas. "Gimana tuh, perkembangan kisahnya?"

"Udah jelas belum?"

"Udah,"

"Udah apa, anjir?"

"Ya...udah, udah gue pacarin," jawab Mahesa yang membuat ketiga temannya terdiam sesaat lalu segera menyoraki dirinya.

"Cakep," ucap Harris. "Udah yakin ini? Perasaan kemarin bilang masih ragu,"

Mahesa terkekeh. "Agak kepikiran, sih. Tapi takut makin lama malah makin ragu, gue nggak mau,"

"It's ok, Sa," ucap Arjuna. "Dijalanin aja. Kalau udah nggak bisa dikompromikan, ya berarti diakhiri,"

Mahesa menyetujui ucapan Arjuna meskipun dalam hati ia bertanya, memangnya ia bisa menjalani hari-hari seperti sebelum bertemu Gista?

**

Mengikuti instruksi Gista, setelah memarkirkan mobil Mahesa naik ke lantai dua lalu mengetuk kamar gadis itu.

"Hai!" Sapa Gista dengan riang. Ia sudah rapi, hanya rambutnya saja yang masih digelung dengan jepit.

"Nggak langsung berangkat aja? Lumayan, lho, dari sini ke bandara," ucap Mahesa sambil menepuk-nepuk kepala gadis di depannya.

"Loh, kamu baca chat ku nggak, sih?" ujar Gista sembari mengajak lelaki itu masuk. 

"Baca, kamu suruh naik dulu, kan?"

Gista menyipitkan matanya. "Ih, sebelumnya kan aku bilang pesawatnya delay, makannya aku suruh masuk dulu,"

"Aku cuma baca lewat notif," ucap Mahesa lalu memeriksa pesan dari Gista, dan betul saja, gadis itu sudah memberi tau jika pesawat yang ditumpangi kakak-kakaknya akan terlambat. "Emang sengaja ambil penerbangan yang malem, Gis?"

Gista mengangguk. "Biar sampai sini langsung istirahat," 

"Nginep disini?" tanya Mahesa sambil mengedarkan pandangan ke kamar kos Gista.

"Nggak, lah. Nginep hotel aja," jawab Gista dengan tawa. "Nanti aku nggak bebas kalau mereka disini,"

"Emang kamu mau ngapain?" 

Gista yang sejak tadi sibuk menyeduh minum hanya tertawa ringan, tidak menjawab. Sampai sepasang tangan merengkuh dirinya dari belakang. Gista deg-degan hingga limbung ketika mencium wangi parfum Mahesa.

EnchanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang