23. Home

361 76 9
                                    

Hari pernikahan Aira akhirnya tiba. Sekarang Gistara sedang duduk di salah satu kursi yang tersedia dan menatap kakaknya di pelaminan.

"Capek banget nggak, sih, salaman begitu?" tanya Mitha, sepupunya.

Gistara mengangguk. "Kamu mau nikahan rame gini, Mit?"

Mitha tertawa. "Aduh, Gis, kalau pun aku nggak mau juga kemungkinan besar tetep bakal begini acaranya,"

"He...iya ya?" ujar Gistara. "Aku liatin Mbak Aira aja udah capek,"

"Ya tapi ini, mah, karena Mas Satya orang penting. Orangtuanya juga relasinya banyak. Kalau orang biasa kayaknya nggak serame ini,"

"Mana pacar kamu? Diajak kesini nggak?"

Mitha tertawa malu. "Nggak, ah. Nanti diintrogasi Tante Sari, panjang urusannya,"

Gistara terbahak. Tantenya yang satu itu memang selalu dihindari kalau ada kumpul-kumpul keluarga karena kepo dan julidnya setengah mati.

"Pacar kamu mana, Gis?" Mitha bertanya balik. "Nggak diajak juga?"

"Aku barusan pacarannya, masa udah diajakin kesini?" ucap Gista.

"I see, besok-besok aja ya kalau udah lama,"

"Kamu loh, Mit, udah lama pacarannya. Diajak kesini nggak papa tau,"

Mitha menggeleng. "Nggak, deh. Kayaknya mau putus ini,"

"Eh? Kok gitu?" tanya Gistara heran.

"Kayak nggak ada masa depannya,"

Seingat Gista, sepupunya ini sudah berpacaran sejak awal kuliah dan ternyata tidak ada masa depan bagi mereka?

"Yakin itu, Mit? Lagi bosen aja kali?"

Mitha tersenyum dan menggeleng. "Nggak Gis. I know him too well, dan jelas banget dia nggak ada effort. Aku ngerti, sih, kita masih muda, nggak keburu-buru nikah juga, tapi kalau buat masa depannya sendiri aja dia males, terus aku mau berharap apa?"

"Ooh..." gumam Gista pelan. "Belum kerja?"

Mitha mendengus. "Boro-boro, nyari aja enggak. Padahal orangtuanya juga udah kasih banyak chanel, tetep aja nggak gerak,"

"Kalau emang begitu, kayaknya keputusan lo bener, sih," ujar Gista sambil menepuk-nepuk pundak sepupunya. "Nggak apa-apa, abis ini cari lagi,"

Menurut Gistara, wajar jika Mitha mulai resah melihat pacarnya yang masih menganggur. Kalau belum mendapat pekerjaan tapi disertai usaha, mungkin akan beda cerita.

"Pacar kamu udah kerja, Gis?"

Gistara mengangguk lalu menceritakan pekerjaan Mahesa.

"Ih kerennya, awet-awet ya kalian,"

"Hng...amin..." jawab Gistara malu. "Ambil makan lagi, yuk? Ini kita nganggur sampai tamunya habis, kan?"

Mitha mengiyakan. "Liatin Mbak Aira salaman sampai selesai,"

Saat sedang mengantre, Gistara merasakan pundaknya ditepuk. Ia menoleh lalu segera keluar dari antrian.

"Tante.." ucapnya sambil menyalami Prita. "Sama siapa?"

"Itu, Shani sama Trica,"

Gistara mengangguk lalu menyapa Shani dan juga Trica. "Makasih ya, tante, udah dateng. Tante nginep di mana?"

"Di hotel sini juga, sekalian aja,"

Resepsi pernikahan Aira memang dilaksanakan di ballroom hotel dan sebagian tamu dari luar kota memilih untuk menginap di hotel ini.

Enchanteحيث تعيش القصص. اكتشف الآن