03. Bengkel dan Kenalan

441 102 19
                                    

Jumat sore itu, setelah mendapat pesan dari Mahesa, Gista melajukan mobilnya menuju bengkel tempat mereka janjian. Ternyata, lokasinya dekat dari kosan, Gista sampai kaget saat tau ada bengkel sebagus ini dan sedekat ini. 

"Bisa-bisanya si Tama nggak ngasih tau kalau ada bengkel disini," Gista bermonolog sambil memarkirkan mobilnya.  

Gista termasuk golongan orang yang kemana-mana naik mobil, jadi ya sudah wajar kalau kadang mobilnya lecet, ban bocor, tiba-tiba mogok, yah sewajarnya kendaraan. Sebetulnya peristiwa serempetan semacam ini sudah beberapa kali terjadi, hanya saja tidak ada yang bertanggung jawab seperti Mahesa. Memang mereka memberi ganti rugi, tapi Gista masih nambah banyak.

Nah, yang tidak wajar adalah, Tama selalu mengarahkan Gista ke bengkel yang jauh setiap kali Gista melapor jika ada musibah terkait mobilnya. Padahal hanya sepuluh menit dari kosan sudah ada bengkel sebagus ini. Makannya waktu Mahesa tanya apakah dia punya bengkel langganan, Gista jawab enggak, karena emang Tama selalu mengarahkan ke bengkel yang berbeda.

"Mbak Gista," panggil Mahesa sambil berjalan menghampiri.

"Eh, halo," Gista menjawab sapaan Mahesa.

"Ini Ko Aksa, yang punya bengkel," ucap Mahesa memperkenalkan lelaki di sampingnya.

Gista menyambut uluran tangan Aksa. Bingung juga, baru sekali ini ke bengkel kenalan dulu.

"Gista, Mas...Ko," ucapnya ragu.

"Panggil Mas juga nggak apa-apa," jawab Aksa sambil tersenyum, membuat matanya menjadi segaris.

"Nggak, deh. Koko aja," jawab Gista. "Oh iya, Ko Aksa kenal sama Tama? Dia temen aku, katanya kenal sama koko,"

"Tama?" tanya Aksa sambil mengingat-ingat.

"Eng...kata dia...Tama kasep gitu," ucap Gista agak tidak rela menyebut temannya kasep.

"OHHH SI KASEP," seru Aksa. "Kenal banget. Sering kesini dia,"

"Lah, beneran dipanggil Tama kasep?" ucap Gista tidak percaya.

Aksa mengangguk. "Ya soalnya emang kasep kan? Ini si Mahesa juga kenal kok,"

Gista makin terkejut. "Mas Mahesa kenal Tama juga?"

Mahesa mengangguk ragu. "Tama Gaurdi itu kan?" ucapnya menyebutkan username sosial media milik Tama.

"Iya, yang itu. Idih, kok terkenal dia,"

Mahesa terkekeh. "Kalau sering balapan atau modif mobil, sih, kemungkinan besar kenal sama Tama,"

Gista membulatkan bibirnya. Masih denial kalo Tama dibilang kasep dan wow, relasinya banyak juga.

"Tunggu sebentar ya, Mbak Gista, kayaknya bisa langsung dibenerin kok itu mobilnya," ucap Aksa setelah mengobrol dengan salah satu pegawainya. "Mau nunggu di sebelah aja? Sana atuh, Sa, ajakin," lanjut Aksa sembari menepuk lengan atas Mahesa.

"Sebelah mana?" tanya Gista polos.

"Itu, di sebelah ada cafe punya kakaknya Ko Aksa, biasanya sambil nunggu mobilnya beres pada nongkrong disana," jawab Mahesa. "Kamu mau kesana?"

"Bentar, ini mobilnya bisa jadi hari ini Ko?" tanya Gista sangsi. Bukan meragukan kemampun montirnya, hanya saja kerusakan yang dialami mobilnya tidak tergolong ringan.

Aksa mengangguk ragu. "Kemungkinan bisa, tapi paling agak malem, gimana? Atau mau ditinggal juga nggak apa-apa, diambil besok pagi,"

Gista terdiam bingung. 

"Ya udah, dicoba dulu aja, Ko. Kalau sampai malem belum beres, berarti ditinggal, besok pagi kita ambil," ucap Mahesa memberi solusi.

Kita?

EnchanteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang