3. Bertemu Kembali

12.3K 1.2K 11
                                    

Setelah diceraikan sesaat setelah akad nikah dulu, aku tak pernah lagi berpikir untuk mengenal lawan jenis. Bagiku pernikahan akan menghadirkan rasa sakit yang akan membuatku mati.

Bahkan setelah bertahun-tahun kejadian itu, aku masih merasakan luka yang sama. Luka yang tak kunjung mengering karena laki-laki yang bernama Anggara.

Tak lama setelah itu, aku memutuskan untuk merantau ke kota besar. Menyelesaikan S-2 tepat waktu dan terpanggil bekerja di perusahaan asing di Jakarta.

Perawan tua, ya, umurku tak lagi muda. Tiga puluh tiga tahun. Wanita yang seumuran denganku bahkan telah memiliki dua atau tiga orang anak. Apakah aku tergugah? Tidak sama sekali.

"Permisi, Bu. Ada tamu yang ingin bertemu." Viona, sekretarisku, masuk menunjukkan wajah hormat. 

"Suruh tunggu lima menit lagi."

"Baik, Bu." Viona kembali ke luar.

Tak mudah sampai di posisi ini, jabatan direktur kuperjuangkan dengan cara memeras otak siang dan malam. Ya, aku menghabiskan waktu bekerja dan bekerja.

Lima menit kemudian, tamu yang dimaksud Viona masuk. Aku belum mengalihkan perhatianku dari komputer bahkan saat langkah kakinya terdengar.

"Silakan duduk ...." Kuangkat wajahku, betapa terkejutnya kami. Dia juga, kami sama-sama terpaku, sedangkan ingatan buruk berputar di kepalaku.

Dia ... Anggara. Dengan wajah yang lebih dewasa dari terakhir kami bertemu. Bagaimana takdir bisa begitu kejam mempertemukan kami. Bahkan di kota sebesar ini, yang jauh dari kampung halaman kami.

Aku berusaha bertingkah bagaikan orang asing. Mengabaikan rasa sesak dan marah pada pria itu, terbayang wajah Ayah yang meregang nyawa di hadapan kami saat pria itu menceraikanku tepat setelah kata sah digaungkan.

"Ada yang bisa saya bantu?"

"Nur ...."

NURAINIWhere stories live. Discover now