12. Makan Malam

2.1K 256 9
                                    

Setelah acara makan malam selesai, aku berpamitan pada seluruh keluarga Seun untuk kembali ke kamarku. Alasanku kembali ke kamar karena aku tidak ingin terlibat lebih jauh dengan drama percintaan Seun dan Liette. Aku cukup muak dengan kebohongan yang aku buat untuk menyelamatkan Seun.

Awalnya aku sangat bersemangat untuk bekerja sampai tengah malam. Namun mataku mulai berat, seperti ada perekat yang memaksanya menutup. Akhirnya aku tertidur dengan kepalaku menempel pada modul praktikum perancangan pesawat.

Aku sedikit terusik dari tidurku karena aku mendengar tangisan suara bayi dari kamar sebelahku. Semakin aku menutup mata, semakin suara bayi itu mengeras. Aku akhirnya mengangkat kepalaku dengan wajah yang masih mengantuk. Suara Christian menangis tidak juga reda.

Aku buru-buru bangkit lalu mengikat rambutku asal-asalan. Aku keluar dari kamarku dan berlari kecil menuju kamar Seun. Aku mengetuk-ngetuk kamar Seun namun tidak mendapat respon apa-apa. Tanpa banyak berpikir aku segera menerobos masuk ke kamar Seun yang ternyata tidak dikunci.

Aku melihat tubuh Christian ditimpa oleh tangan seorang wanita yang aku yakini milik Liette. Seun sudah sadar dan sedang memindahkan tangan Liette dari tubuh Christian dengan perlahan.

Melihat baby Christian dalam keadaan kesusahan, aku tidak tinggal diam. Dengan kasar aku menarik tangan Liette dari genggaman Seun. Tangan Liette terangkat ke atas sehingga sedikit menarik tubuh Liette yang sedang tertidur. Akhirnya wanita itu sadar dari tidurnya.

"Gila lo ya, cantik-cantik tapi tidurnya kayak orang meninggal," ujarku. Liette otomatis bangkit dari tidurnya dengan wajah marah. Wanita itu berusaha menutupi bagian dadanya yang sedikit terbuka. Aku tidak yakin mengapa tubuh Liette sedikit terbuka ketika tidur bersama seorang lelaki.

Aku mengangkat bayi Christian dalam gendonganku. Aku menenangkannya dengan senandung-senandung kecil. Entah apa yang aku nyanyikan, aku hanya berharap Christian dapat segera tidur. Tanganku terasa panas ketika menyentuh pipi Christian. Aku merasakan napas bayi itu tidak teratur.

"Christian demam," ujarku sambil melihat Seun yang kini tengah menenangkan Liette dalam pelukannya. Seun menatapku kesal sembari menyembunyikan wajah Liette dalam pelukannya.

"Tunggu apa lagi, ayo! Anak lo panas!" bentakku pada Seun. Tidak lupa aku menarik selimut bayi yang berada di tempat tidur Seun.

"Sayang, kamu tidur ya, aku bakal cepet pulang."

Cepat pulang? Apa Seun waras? Anaknya sedang sakit dan membutuhkan pertolongan secepatnya. Dia masih sempat menjanjikan untuk pulang dengan cepat kepada wanita yang sudah menyebabkan anaknya menangis.

Andai tadi aku adalah Seun, aku pasti akan melempar tubuh wanita itu hingga jatuh dari tempat tidur ketika aku mendapati tangannya menindih tubuh anakku.

Aku berjalan mendahului Seun keluar dari kamarnya bersama dengan Christian di gendonganku. Aku kesal ketika menunggu Seun membukakan pintu rumah maupun pintu mobil untuk diriku. Gerakan Seun yang terkesan santai membuat asap panas seperti keluar dari kedua telingaku.

"Kasian ya lo, harus ngurusin dua bayi," sinisku ketika dia sudah duduk di sampingku.

"Tunggu, tunggu, aku ikut!" teriak Liette dari luar mobil. Aku mengernyit kesal. Wanita dewasa tersebut sepertinya lupa kalau saat ini sedang tengah malam.

Liette menarik pintu depan tempat di mana aku duduk. Karena malas berdebat aku segera turun dari mobil Seun dan memilih duduk di jok belakang. Meski agak kesusahan, aku akhirnya berhasil membuka pintu kemudi jok belakang.

Seun menjalankan mobil menuju ke rumah sakit terdekat. Aku membawa Christian menuju ruang UGD ketika mobil Seun berhenti di halaman rumah sakit dengan sempurna. Aku tidak memperdulikan kehadiran sepasang kekasih itu. Yang penting bagiku sekarang adalah kesehatan Christian. Tangis Christian pecah karena merasakan gerakan tubuhku yang terburu-buru.

Bad PapaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora