23. Step Two

2.7K 318 19
                                    

Vote dulu ya, makasih 🥰

Dengan kalian vote, aku jadi tahu berapa pembaca tetap cerita ini, jadi aku lebih semangat update hehe.

***
Aku menggunakan dress panjang, cardigan berbahan tebal dan high heels kala berkesempatan mengunjungi Seun di kantornya. Aku menenteng sebuah tote bag yang kubeli di gerai cotton on.

Aku berjalan menuju resepsionis yang sedang sibuk menerima telepon.
"Mbak, saya mau ketemu pak Seun. Mau nganter makanan dari ibunya. Kalau mbak gak percaya, saya telepon ibunya Seun sekarang." Aku menyiapkan alibi yang tepat agar mempermudah langkahku bertemu Seun.

"Maaf mbak, Pak Seun sedang rapat. Saya sambungkan ke asisten pak Seun aja ya, mbak."

"Boleh mbak, saya tunggu di sini."

Denting lift berbunyi, orang-orang berpakaian kantoran terlihat keluar dari dalam lift. Aku dan seorang lelaki tambun saling bertatapan. Aku menyadari pria itu adalah sekertaris Seun. Aku masih mengingat wajahnya dengan jelas. Kami pernah bertemu ketika aku membuat masalah di depan restoran beberapa bulan lalu.

Pria itu secara otomatis mendekatiku. Aku memperbaiki rambutku sejenak. Apakah dia mengetahui bahwa sekarang aku adalah istri Seun? Rasanya aku ingin bersembunyi. Aku takut semua orang di sini mengetahui siapa diriku sebenarnya.

"Bu Kairaci, udah lama di sini?" tanya pak tua yang menjadi sekertaris Seun.

"Be-belum."

"Mau ketemu Pak Seun atau?" Pertanyaannya agak menggantung. Memang banyak sekali anggota keluarga Seun yang bekerja di perusahaan ini. Kebanyakan dari mereka memiliki jabatan yang tinggi. Sekertaris itu mungkin tidak bisa menyebutkan semua anggota keluarga Seun satu-persatu.

"Iya, mau ketemu Pak Seun."

"Pak Seun lagi rapat, mari saya antar ke ruangannya," ujar pria itu.

"Makasih," balasku. Baru saja aku dan sekertaris Seun melangkah, tiba-tiba ada rombongan yang keluar dari lift. Aku melihat sekeliling kantor, semua pegawai tampak bersiap-siap menyambut rombongan tersebut.

Seun berada di barisan terdepan dari rombongan itu. Dia berjalan bersama beberapa pria berjas dan seorang wanita cantik yang menempel di sampingnya. Para pria itu terlihat berbicara satu sama lain sedangkan Seun hanya diam.

Mata Seun melebar kala melihatku berdiri bersama sekertarisnya. Seun menatapku tajam dan dingin di saat yang bersamaan. Dalam hatiku langsung menyimpulkan bahwa Seun tidak suka kehadiranku di sini.

Seun mengacuhkanku begitu saja, layaknya aku orang asing yang tidak dia kenal. Tatapan matanya hanya sekilas mengarah padaku namun mengenai tepat di hatiku. Menimbulkan beribu rasa sakit. Seun berpura-pura tidak mengenalku.

Ternyata begini rasanya tidak diakui oleh suami sendiri tepat di hadapan banyak orang. Aku merasa rendahan sekarang. Pangkatku sama dengan pegawai-pegawai di sini yang tidak mengenal Seun secara personal. Aku seolah tidak nyata baginya, padahal aku berdiri tepat di samping sekertarisnya. Dan aku adalah istri sahnya.

Pantas saja tadi mama Aminar melarang aku mengabari Seun mengenai kedatanganku. Jika tadi kukabari, Seun pasti akan melarangku mati-matian untuk datang ke kantornya karena bermacam alasan. Ternyata banyak yang ingin Seun sembunyikan dariku, termasuk kehadiran seorang wanita yang terus mencari perhatian suamiku dengan lirikan maut.

Aku lupa bahwa memang dari awal Seun menyembunyikan status kami berdua di depan semua orang, terutama wanita-wanita cantik yang mendekatinya. Aku baru mengerti satu hal, Seun mungkin sedang mencari istri pengganti yang sesuai tipenya, agar bisa dinikahi ketika kami resmi berpisah nanti.

Bad PapaWhere stories live. Discover now