51. Bersemi

2.7K 272 10
                                    

"Ngapain?!"

"Nonton konser," jawabku asal.

Wajahku sedikit ditekuk. Sepertinya aku tidak terlihat menarik di depan Seun. Aku segera menaikkan kakiku agar pahaku yang cukup mulus terlihat di depan matanya.

Aku dalam fase harap-harap cemas. Apakah tubuhku akan dijamah oleh Seun atau justru dianggurkan?

Seun memperlihatkan senyum licik bercampur sakit hati. Akhir-akhir ini ekspresi tersebut sering dia tunjukkan padaku. Aku merasa sedikit bersalah karena membuatnya resah berulang kali termasuk kejadian malam ini. Dia mendekat ke arahku. Kepala Seun dicondongkan sehingga sejajar dengan kepalaku.

"Setelah ngaku cinta sama Jedan, sekarang lo mau ngapain?"

"Mau i-tu," jawabku sedikit terbata. Seun membuang pandangannya ke samping. Fokusnya kini teralih pada pahaku yang terbuka. Seun kembali membuang wajahnya ke arahku.

"Lo mau mainin gue?" tanya Seun frustasi.

"Gak tertarik ya?" Aku balik bertanya dengan polos.

"Hm," jawabnya pendek. Aku menggaruk kepalaku yang tidak gatal.

"Kata Jojo semua laki-laki bakal tertarik," ujarku menyalahkan Jojo.

Aku sudah kepalang malu di hadapan Seun karena ditolak mentah-mentah seperti tadi. Dengan mengatasnamakan Jojo setidaknya Seun tidak berpikir bahwa aku adalah wanita jablay nan mesum. Aku terpaksa membongkar biang keladi yang sebenarnya.

"Lo sering liat kayak gini ya? Udah gak tertarik ya? Apa gue yang gak menarik?" tanyaku bertubi-tubi.

"Hm, jadi ini yang tadi lo pelajarin bareng Jojo?" Seun memastikan padaku sekali lagi.

"Iya. Siapa tahu habis tidur sama gue, lo udah gak penasaran lagi sama rasa gue, terus mau ceraiin gue," jawabku jujur.

"Still virgin?" tanya Seun. Aku perlahan mengangguk ragu.

"Mau coba? Tapi habis itu cerai ya, deal?"

Aku sudah kehilangan akal sehatku. Seun yang tadinya sudah berdiri tegak di depanku kini memilih duduk di atas pahaku. Buru-buru aku menggeser tubuhku agar tidak bersentuhan dengannya. Aku tidak protes meski pun aku merasa ada beban berat di pahaku. Aku masih menunggu Seun berubah pikiran dan mau menerima tawaranku.

Setelah menggeserkan pahaku pada jarak aman, kini aku harus berhadapan dengan deru napas Seun yang hangat. Seun berulang kali menolak ajakanku untuk 'tidur' bersama, tapi lucunya aku mendapati tubuh Seun tidak bisa jauh dari diriku.

"Gak tertarik, lo masih virgin," bisik Seun.

Setelah mengatakan itu, Seun beringsut menuju sisi tempat tidur yang kosong. Yup, Seun melewati tubuh mungilku dengan mudah tanpa menyentuh diriku sama sekali. Seun tidak semesum yang kukira.

Aku masih terdiam di tempatku dengan paha yang sedikit tertutupi oleh selimut. Seun berbaring memunggungiku. Aku menelan salivaku kasar karena Seun menarik selimut yang kugunakan menutup tubuhku. Satu kali tarikan saja, setengah tubuhku yang hampir telanjang terpampang nyata di tengah dinginnya kamar tidurku.

Aku mendengar Seun mengerang kasar kemudian bangun dari tidurnya. Lelaki itu berjalan menuju sebuah koper baju berwarna hitam di dekat lemari. Aku menduga koper tersebut baru saja dibawa oleh Seun hari ini.

Aku bisa menebak bahwa Seun memang sudah berencana menetap lebih lama di rumahku. Selagi Seun sibuk dengan kopernya, aku menarik kembali selimut yang sebagian besar menumpuk di sisi ranjang Seun.

Tiba-tiba sebuah baju melayang di wajahku. Baju kaos kebesaran berwarna putih membungkus seluruh wajahku. Seun yang berdiri cukup jauh dariku hanya menampilkan senyum miring.

Bad PapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang